Empat Lingkaran Ilmu

Semua ilmu Al-Azhar bisa dikelompokkan dalam 4 lingkaran:

1. Lingkaran الفَهْم والإِفْهام.
Mencakup ilmu bahasa: Nahw, Sharf, Ma'âni, Bayân, Badî', Isytiqaq, Wadh', Fiqh al-Lughoh, dll.
• Lingkaran ini bertujuan untuk membangun sarana/alat bagi pelajar agar memahami nash (dan lainnya), untuk mampu menyampaikan dan memahamkan.

2. Lingkaran التَّثَبُّت.
Mencakup Ilmu Hadis, Jarh wa Ta'dîl, Siroh dan Târikh.
• Lingkaran ini bertujuan untuk autentikasi nash, dan agar pelajar terlatih untuk memperhatikan derajat validitas informasi yang ia dapat.

3. Lingkaran الحُجِّيَّة والتَّحلِيْل.
Mencakup Ilmu Kalam, Ushûl Fiqh, Mantiq dan Adâb al-Bahs wa al-Munâzoroh.
• Lingkaran ini bertujuan untuk membangun pelajar yang mampu menata dalil dan menganalisa dengan cermat serta mendalam.

4. Lingkaran بِنَاءُ الإنْسَان .
Mencakup Ilmu Fikih dan Tasawuf.
• Lingkaran ini bertujuan untuk membangun manusia yang baik lahir batin.
__________
Dikutip dari penjelasan Dr. Usamah Sayyid Mahmud Al-Azhari, pada muhadharah "Bagaimana Menjadi Azhari". 23/8/2016
#يحيا_الأزهر

Share:

MUHAMMAD IDRIS JAUHARI (1950-2012)

Kyai Haji Muhammad Idris Jauhari atau lebih dikenal Kyai Idris Jauhari adalah pendiri pondok modern di pulau Madura. Ia juga seorang ulama yang mendekonstruksi tradisi peralihan kekuasaan kepada keturunan. Ia dilahirkan pada tanggal 28 November 1950 di Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Ayahnya, K.H. Achmad Djuhari Chotib, adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Amien, Mathlabul Ulum (pesantren putra), dan Tarbiyatul Banat (pesantren putri). Kyai Muhammad Idris Jauhari adalah nomor dua dari tiga bersaudara, K.H. Muhammad Tidjani Djauhari dan K.H. Makhtum Djauhari. 
Kyai Muhammad Idris Jauhari memulai pendidikannya di Sekolah Dasar pagi hari, dan Madrasah Ibtidaiyah, siang harinya. Pada 1965 ia melanjutkan pendidikannya ke Pondok Modern Gontor Ponorogo, yang ditempuhnya selama enam tahun. Usai belajar di Gontor, ia dipanggil pulang ke kampungnya untuk meneruskan kepemimpinan ayahnya di Pondok Pesantren Al-Amien, menyusul wafatnya Kyai Achmad Djauhari Chotib. Sebenarnya yang memegang tampuk kepemimpinan itu kakak tertuanya, Kyai Tidjani Djauhari. Tapi karena Kyai Tidjani Djauhari akan belajar ke Mekah, maka untuk sementara ia yang memegangnya.
Masa awal pengembangan Pondok Pesantren Al-Amien dapat dibagi menjadi dua periode. Masa pertama merupakan masa perintisan pondok pesantren Al-Amien oleh Kyai Haji Ahmad Djauhari Chotib, saat itu masih berbentuk congkop dengan fasilitas yang sangat minim dan terbatas. Pada masa pengembangan kedua dibentuklah lembaga pendidikan dengan nama Tarbiyatul Muallimen Al-Islamiyah, kemudian disusul dengan dibuatnya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amien yang saat ini diganti namanya menjadi Institut Dirasat Islamiyah Al-Amien (IDIA) dan Ma'had Tahfidz Al-Quran Al-Amien.
Pada awal pengembangan itu, tepatnya tahun 1971, Kyai Muhammad Idris Jauhari mulai membuka lembaga pendidikan Tarbiyatul Muallimien Al-Islamiyah (TMI). Sedangkan TMI khusus putri atau lebih dikenal dengan nama Tarbiyatul Muallimaat Al-Islamiyah (TMaI) dibuka secara resmi 14 tahun kemudian.
Di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, pendidikan akhlak atau etika menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan para santri, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Dalam proses pembelajaran dan pendidikan di TMI dan TmaI Al-Amien, Kyai Mohammad Idri Jauhari lebih mengutamakan Akhlak dari pada ilmu-ilmu yang lain.
Kyai Mohammad Idris Jauhari sering menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan etika atau akhlak kepada para santri pada waktu-waktu tertentu, misalnya dalam dialog pagi (setiap hari jum'at) dan sebelum masa liburan tiba. Dari pentingnya pendidikan akhlak dalam menempuh pendidikan di Pondok pesantren Al-Amien Prenduan, ia menyusun suatu pedoman "Adab Sopan Santun" dalam bentuk buku bagi para santri, guru-guru, dan alumni.
Kyai Muhammad Idris Jauhari produktif menulis, kurang lebih ada enam puluh tiga judul buku yang sudah diterbitkan, dari hasil karya yang ia miliki menunjukkan kepeduliannya dalam bidang pendidikan, karena hampir seluruh buku Kyai Muhammad Idris Jauhari yang ditulis berkenaan dengan pendidikan dan keagamaan. Begitu juga beberapa buku yang digunakan sebagai buku pelajaran di pondok pesantren Al-Amien merupakan hasil karyanya.
Dalam mendidik santri, Kyai Muhammad Idris dikenal dengan disiplin yang keras, itu dimulai dari dirinya, misalnya ia selalu mempersiapkan bahan pelajaran sebelum masuk kelas. Kyai Muhammad Idris ketat memegang prinsip pesantren, ia juga menolak intervensi luar ke pondok pesantren, terutama pada masa Orde Baru. Otoritas Kyai pesantren betul-betul ia pelihara. Independensi pesantren tak boleh ditawar-tawar. Apapun bantuan yang ditawarkan, berupa uang ataupun tenaga, akan selalu melewati filternya agar tak mengkontaminasi pondok dan penghuninya.
Kyai Muhammad Idris Jauhari merupakan salah seorang Kyai Madura yang sangat terbuka terhadap ide, pemikiran dan orang baru. Hob de Jung, antropolog Belanda, pernah tinggal di Pondok untuk meneliti budaya Madura. Ia juga membuka tangan lebar-lebar saat Tom Michel SJ, pakar Islam dari Gereja Katolik datang ke pesantren Al-Amien dan berdiskusi dengannya. Ia  dikenal kyai yang cerdas dan kaya ilmu pengetahuan. Meski tak pernah mengenyam pendidikan tinggi, Kyai Muhammad Idris Jauhari banyak mengeluarkan inovasi baru dalam pendidikan dan pengajaran di pesantren. .
Kyai Muhammad Idris Jauhari merumuskan konsep pendidikan Mu'allimin secara utuh, ilmiah dan terstruktur, sehingga menjadi rujukan standar bagi pesantren-pesantren mu'adalah di Indonesia. Konsep itu dilengkapi dengan bangunan epistemologi keilmuwan Islam. Inspirasi utama rumusan konsep itu memang dari Gontor dan sejumlah lembaga Mu'allimin, seperti Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Mu'allimin Persatuan Umat Islam (PUI) Majalengka. Tapi Kyai Muhammad Idris Jauhari mampu merumuskan konsep Mu'allimien yang bisa diterima semua pesantren, bukan hanya yang modern seperti Pondok Gontor, tapi juga yang Pondok Salafi seperti Pesantren Sidogiri.
Beberapa orang menilai bahwa pesantren adalah lembaga keluarga, lembaga yang hanya dikuasai oleh personel yang memiliki garis hubungan keluarga, sehingga orang lain tidak memiliki kesempatan untuk turut bersanding bersama kyai dalam tampuk ke-kyai-an sebuah pesantren, hal yang seperti ini terjadi di beberapa pesantren di Indonesia. Namun kepemimpinan di Pondok Pesantren Al-Amien saat ini dipimpin oleh Badan Wakaf yang disebut Majlis Kyai Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dengan Kyai Muhammad Idris Jauhari sebagai Ketua Badan Wakaf tersebut. Dalam hal ini kepemimpinan dalam pesantren ini menggunakan kepemimpinan kolektif, yang mana dewan tertinggi disebut dewan ri'asah yang di dalamnya terdapat tujuh orang kyai.
Kyai Muhammad Idris Jauhari mengemukakan bahwa pesantren bukan zamannya lagi dipimpin oleh seorang kyai, hal ini dikarenakan banyaknya permasalahan yang begitu kompleks yang dihadapi oleh pondok pesantren. Salah satu alasan terciptanya model kepemimpinan kolektif adalah ajaran Islam tentang syura atau musyawarah. Keterlibatan lebih banyak unsur mempermudah mengatasi problem-problem yang begitu kompleks. Hampir tidak ada jalur birokratis bila ingin bersilaturrahmi. Selama ia ada di tempat pasti menerima tamu siapa saja. Penampilannya fresh dan enjoy, enak diajak dialog dan selalu menghargai pendapat orang lain.
Kyai Muhammad Idris Jauhari wafat pada 26 Juni 2012 di kediamannya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Ia berharap Pondok Pesantren Al-Amien bisa mandiri secara ekonomi dengan cara mengembangkan potensi ekonomi lewat unit-unit usaha yang ada.[]

REFERENSI

Jauhari, M. Idris. Adap Sopan Santun Edisi 20. Jakarta: Penerbit Mutiara Press, 2012.
Jauhari, M. Idris. Hakekat Pesantren & Kunci Sukses Belajar di Dalamnya. Jakarta, Penerbit Mutiara Press, s.a.
Jauhari, M. Idris. Ilmu Jiwa Pendidikan Untuk Kelas VI TMI. Jakarta: Penerbit Mutiara Press, 2009.
Jauhari, M. Idris. TMI, Tarbiyatul Muallimien Al Islamiyah. Jakarta: Penerbit Mutiara Press, 2010.
Warta Singkat (WARKAT) Pondok Pesantren AL-AMIEN PRENDUAN Tahun Ajaran 1429 -1430 H / 2009 –2010

Share: