Resep Jus Jantung 5in1

Resep ini saya ambil dari bungkus Jus Jantung 5in1 buatan ustadz Ikhwan Abdullah

1. Apel hijau 3 kg dijus jadi -> 1,5 lt sari apel
2. Lemon 3,5 kg dijus jadi -> 1,5 lt sari lemon
3. Jahe 2 kg + 1,5 lt air diblender jadi -> 1,5 lt sari jahe
4. Bawang putih 1,5 kg + 1,5 lt air diblender jadi -> 1,5 lt sari jahe

Keempat bahan dicampur, masukkan ke kuali nonlogam, dan dididihkan selama 3 jam. Lalu, stlh dingin, campuran tadi dicampurkan dengan bahan satunya:
5. Madu 1,5 lt.

Jus jantung sebanyak 7,5 lt tadi kini siap dikonsumsi.
Share:

Fixed - Yawcam won't start on Windows 10

I really hate to bring up this old post since it was like 2 years ago but I wanted to share the solution to the problem I was having just in case it might help someone. At the time I was using a older version of Yawcam so this might not apply to the latest version, as of my writing this is 0.6.2.

Problem: Yawcam would not start. I would see a the splash screen then program would close.
log error EXCEPTION_ACCESS_VIOLATION (0xc0000005) at pc=0x61014a80, pid=3112, tid=0x000039b4
bunch of other crap.

Solution:
Replaced dsj.dll in the YawCam folder
Replaced dsj.jar in the YawCam\lib folder

I downloaded them from here http://www.humatic.de/htools/dsj.htm

Share:

Kebahagiaan Abadi

Oleh Badiuzzaman Said Nursi

Ketahuilah... kebahagiaan abadi dibagi dua jenis: 
 
Pertama dan paling utama: Keridlaan Allah Yang Maha Tinggi, kelembutan karunia-Nya (talthîf), manifestasi-Nya (tajallî), dan kedekatan-Nya (qurbiyyah).

Kedua: Kebahagiaan fisik. Ini dicapai melalui rumah, makanan, dan pernikahan seseorang, serta segala kesempurnaannya, yang merupakan kelanggengan dan kekekalannya.

[Kebahagiaan abadi] jenis pertama tidak membutuhkan penjelasan rinci, atau penjelasan seperti itu tidak mungkin dilakukan.

Adapun [kebahagiaan abadi] jenis kedua: Rumah paling nyaman adalah yang dibangun di antara tanaman pepohonan dan air yang mengalir. Anda pasti mengetahui bahwa debur dan gemericik air sungai, yang berbisik di bawah rumah paviliun dan kebun, menginspirasi lahirnya puisi dan desah cinta dalam hati.

Adapun makanan, itu adalah rezeki, dan karena rezeki yang paling lezat adalah yang menimbulkan rasa intim dan kasih sayang, maka buah-buahanlah yang terbaik di satu sisi ketika jenisnya bervariasi. Melalui hukum keintiman (ma'lûfiyyah), seseorang dapat mengenali derajat ketinggian nikmat dan keunggulannya atas hal-hal serupa. Selain itu, salah satu kenikmatan tertinggi adalah mengetahui bahwa [rezeki itu] merupakan imbalan atas amal perbuatan seseorang. Sebagiannya merupakan sumbernya dan perbendaharaannya yang langsung hadir di depan mata, menghasilkan nikmat ketenangan.

Mengenai pernikahan, salah satu kebutuhan terbesar manusia adalah memiliki seseorang yang menanggapinya dengan cinta yang tulus, [tempat] berbagi kesenangan dan keintiman dengan [pasangannya]. Bahkan, mereka berbagi dalam hal-hal seperti merasakan takjub [atas karunia ilahi], dan [bersama-sama] merenungkannya. Tidakkah anda mengamati bahwa jika seseorang melihat sesuatu yang tidak biasa yang menakjubkannya dan membuatnya berpikir, dia mengajak seseorang, meskipun sebatas pikiran, untuk berbagi ketakjubannya.

Dan hati yang paling lembut, paling baik, dan paling hangat, adalah hati dari jenis kedua.

Dan yang membuat jiwa akan berbaur sepenuhnya, yang membuat hati akan mencapai keintiman utuh, serta yang membuat perpaduan luarnya akan murni dan bersih, adalah dengan menyucikan dan membersihkan [hati] jenis kedua dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat tidak menyenangkan.

(Isyarat al-I'jaz fi Madlann al-Ijaz, hlm 171, diterjemahkan Ahmadie Thaha)
Share:

Kitab Perukunan dan Resep Shalat Paling Tertib Sedunia

M. Ishom el-Saha

Muslim Nusantara secara kolektif dikenal shalatnya paling tertib. Hal ini dapat dibuktikan pada saat berjamaah di Masjid Haram Mekkah maupun Masjid Nabawi Madinah. Jika jamaah asal negeri lain tampak melakukan gerakan aneh, seperti garuk-garuk, mengusap dengan tangan, "meraih" HP dan anak kecil yang aktif, dll; maka muslim Nusantara tampak khidmah mengerjakan shalatnya.

Shalat yang sedemikian khidmah dan tertib yang dilakukan muslim nusantara merupakan praktek dari resep shalat yang diajarkan dalam "Kitab Perukunan". Di Nusantara, kitab ini pertamakali ditulis ulama besar asal Banjarmasin, yakni Syekh Arsyad Al-Banjari, dalam buku besar berjudul Sabilul Muhtadin.

Beliau adalah ulama Nusantara abad XVIII seangkatan dengan Syekh Abdus Shomad al-Falimbani (Palembang), Syekh Abdul Wahhab al-Maqassari (Bugis), dan Syekh Abdurrahman al-Mishri al-Batawi (Jakarta). Mereka adalah para murid sufi terkenal yang belajar kepada Syekh Muhammad b. Abdul Karim al-Sammani di Madinah.

Kitab Perukunan disebut sebagai karya Syekh Arsyad sebab apa yang kemudian populer di tengah masyarakat dengan sebutan "Kitab Perukunan Jamaluddin" atau "Perukunan Fathimah" adalah salinan salah satu bab dari kitab Sabilul Muhtadin. 

Nama Jamaluddin maupun Fathimah yang melekat pada judul kitab Perukunan pada dasarnya "bukan orang lain" dari Syekh Arsyad. Jamaluddin adalah putra Syekh Arsyad sementara Fathimah adalah cucu Syekh Arsyad.

Kitab perukunan yang berisi resep praktis tatacara shalat pertama kali diterbitkan oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekkah, pada tahun 1315 H/1897 M. Selanjutnya diterbitkan di Singapura pada tahun 1318 H. Setelah itu diulang cetak  di Bombay, Thailand, Indonesia dan Malaysia. Hal ini menunjukkan Kitab Perukunan sangat berpengaruh bagi masyarakat Islam dunia.

Di Nusantara sendiri, Kitab Perukunan telah mengilhami para ulama Nusantara lainnya untuk disadur dan diterjemahkan ke bahasa daerah lainnya. Sebagai contoh, Sayyid Utsman al-Batawi, ulama abad XIX yang menulis Kitab Babul Minan. Kitab berbahasa Melayu ini sangat masyhur di kalangan masyarakat Betawi dan biasa dijadikan pegangan untuk santri pemula dan kalangan yang baru belajar agama.

Di Jawa, juga telah lahir kitab Perukunan berbahasa Jawa yang pertama ditulis oleh KH. Muhammad Sholeh b. Umar atau lebih dikenal dengan sebutan Kiai Sholeh Darat, ulama Semarang abad XIX. Kitab itu diberi judul "Fasholatan" yang pertamakali diterbitkan di Bombay dan setelah beliau wafat dicetak berulang-ulang di Surabaya.

Kitab Perukunan "Fasholatan" berbahasa Jawa juga ditulis oleh ulama asal Kudus, KH.R. Asnawi. Kitab ini diterbitkan oleh penerbit Menara Kudus pada tahun 1970 dan sampai sekarang masih dibaca dan diajarkan untuk santri-santri pemula.

Adapun di daerah Pasundan, Kitab Perukunan telah diterjemahkan oleh ulama Sukabumi, Mamah Hasan Basri dengan judul Kitab Perukunan Sunda. Beliau adalah salah satu murid Mamah Sempur yang pernah belajar kepada Sayyid Utsman al-Batawi. Kitab Perukunan berbahasa Sunda yang ditulis Mamah Hasan Basri ini dibaca dan diajarkan kepada kalangan yang baru belajar agama di seluruh Pasundan.

Kitab Perukunan yang telah disalin ke dalam bahasa daerah dan digunakan oleh tiap-tiap muslim di seluruh Nusantara menandakan kemasyhuran tata cara shalat muslim Nusantara. Dari mulai bacaan "nawaitu" dan "ushalli" lengkap dengan kaifiyah dan tata caranya merupakan bukti kehati-hatian masyarakat Nusantara dalam menjalankan peribadatan.

Atas dasar inilah, sangat wajar jika kitab Perukunan berpengaruh besar dalam ketertiban muslim Nusantara mengerjakan shalat. Dan jika sekarang ini kita menyaksikan segelintir muslim nusantara yang shalatnya kurang tertib maka hal itu karena mereka belum pernah belajar Kitab Perukunan. Wallahu a'lam.
Share:

To Fly Masjid

Oleh Prof. Dr. Ali Aziz

Apakah Anda ingin menerbangkan masjid Anda menjadi pusat ibadah dan pemberdayaan masyarakat? Saya sudah amat sering mendengar ceramah tentang hal itu yang selalu normatif dan teoretis. 

Tapi, ceramah yang disampaikan oleh Ustad Moh. Jazir ASP dari Masjid Jogokariyan Jogjakarta yang disampaikan dalam seminar nasional STIDKI (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam) Arrahmah Surabaya (9/2/19) ini benar-benar penuh dengan ide cemerlang, out of the box, dan sudah teruji. Nah, inilah pokok-pokok ceramahnya:

Masjid harus dikembangkan sesuai dengan misi syariat Islam (maqashidus syari'ah), yaitu:

*1. Hifdhun Nafsi* (menjaga keselamatan nyawa). Masjid harus menjadi sumber kedamaian dan keselamatan nyawa manusia. Tidak boleh ada orang justru sedih, tersinggung, merana ketika berada dalam masjid, apalagi mati atau dibunuh di dalamnya dengan alasan apapun, termasuk oleh orang dengan alasan gila.

*2. Hifdhul Mal (menjaga keamanan harta).* Jangan ada sandal, motor, dan apapun yang hilang di area masjid. Takmir harus bertanggung jawab, dan dengan berani mengumumkan, "Semua harta jamaah dijamin aman. Jika ada sandal, motor, atau laptop  yang hilang, masjid akan menggantinya dengan merek yang sama." Jangan meniru takmir yang tidak bertanggungjawab, dengan memasang pengumuman, "Hati-hati, jaga barang Anda, sebab di sini sering terjadi kehilangan." Atau lebih konyol, "Jagalah barang Anda. Masjid tidak bertanggungjwab atas barang Anda yang hilang." 

Maka masjid harus dikelola dengan profesional. Jadikan tugas utama pengurus adalah sebagai takmir, dan pekerjaan sambilannya adalah direktur perusahaan, bupati dan sebagainya.  Berikan gaji semua petugas masjid lebih tinggi daripada pekerja pabrik dan kantor, sebab masjid tempat yang jauh lebih mulia daripada semuanya. Masjid profesional tidak perlu merayu karyawan dengan nasihat klasik, "Mohon kerja di sini yang ikhlas. Jika ingin hidup layak, cari saja kerja di luar masjid"

Hitunglah berapa jumlah  jamaah, dan bangunlah kamar mandi secara proporsional. Jangan sampai kamar mandi terbatas, lalu orang baru bisa berwudlu setelah iqamat shalat dikumandangkan. Masjid Jogokariyan (JK) memiliki 30 KM, meskipun bukan masjid besar." 

Manjakan para jamaah seperti masjid JK yang segera membuat tempat wudlu dengan air hangat, karena dijumpai seorang lansia yang kedinginan ketika berwudlu.  Jika ada orang yang susah duduk, takmir harus  menyediakan kursi yang nyaman. Untuk kemudahan orang yang infaq, buatlah kotak infak dengan lubang yang besar, sehingga uang satu amplop besar mudah dimasukkan. Coba lihat berapa banyak kotak infaq kita yang sangat sempit lubangnya. Bila perlu, sediakan petugas penukaran uang, sebab beberapa kali orang tidak jadi infaq karena tidak tersedia uang recehan.
 
*3. Hifdhun Nasl (menjaga generasi).* Jangan melarang anak-anak bermain di masjid, sebab mereka penentu masa depan masjid itu. Mereka adalah partner dakwah orang dewasa. Ajarilah mereka untuk shalat yang benar dan menyenangkan, agar mereka suatu saat bisa mengajak keluarganya ke masjid. Anda tidak mempunyai hak untuk memaksa orang ke masjid, tapi cucu dengan senjata tangisannya bisa memaksa kakek dan neneknya ke masjid. Jika anak kita marahi karena  bermain di masjid, maka mereka akan bermain jauh dari masjid, dan hanya kembali ke masjid setelah menjadi jenazah.

*4. Hifdhul Aql (mencerdaskan masyarakat).*
Masjid harus memberi pencerahan masyarakat. Termasuk dalam hal memilih pemimpin. HOS Cokroaminoto mengatakan, "Datangkan singa untuk memimpin domba-doma agar ia bisa mengajari domba-domba itu meraung." Jika kambing yang memimpin singa, maka amat fatal akibatnya, sebab mereka hanya diajari bersuara seperti  domba.  Memilih makanan saja harus tahu aturannya, yaitu sehat dan halal, apalagi memilih pemimpin.

*5. Hifdud din (menjaga kualitas agama).*
Kita harus datang dari rumah ke rumah untuk bersilaturrahim mengetahui keadaan dan kesulitan warga sekitar masjid. Jika hati mereka sudah terpaut, barulah kita ajak ke masjid. Itulah adzan sejati. Bukan hanya meneriakkan adzan di menara.

Hitunglah berapa jumlah jamaah tetap masjid, dan hitung juga biaya operasional masjid. Bagilah berapa sumbangan yang harus diberikan setiap orang untuk menanggung biaya tersebut. Nah, setelah itu, umumkan, "Jika Anda menyumbang sebesar X, maka Anda jamaah mandiri, artinya sesuai dengan beban setiap jamaah. Tapi, jika Anda menyumbang lebih besar, maka Anda jamaah pemberi subisidi. Dan, jika Ana menyumbang lebih sedikit, maka Anda orang yang disubsidi. Apaka Anda ingin menjadi penerima subsidi?"
 
Berikan kursus-kursus shalat, sebab banyak jamaah mencarinya. Mereka justru lebih mudah mencari kursus-kursus lainnya di banyak media masa. Jika mereka berubah mau shalat, maka itu berarti kita telah memutus mata rantai keluarga yang tak shalat. Masjid harus bisa menshalatkan orang yang masih hidup. Silakan membuat undangan yang luks untuk shalat ke masjid.  Jadikan masjid Anda menjadi tempat destinasi wisata, sebagaimana masjid JK khususnya pemandangan terindah ketika shalat subuh, sebab semaraknya melebihi subuh Ramadan. Jika Anda dikritik orang karena mendorong terus menerus berinfak, maka jawab saja, "Masuk surga dengan terpaksa, lebih baik daripada masuk neraka dengan ikhlas."

Dengarkan denyut kebutuhan masyarakat, dan penuhilah kebutuhan mereka. Masjid JK pernah memberi biaya pengobatan orang miskin sebanyak 30 juta, meskipun keuangan masjid saat itu kosong.  Masjid JK juga punya program rehab rumah orang msikin, dengan biaya sebesar Rp. 800 juta. JK juga memberi makan orang secara rutin sebanyak 3000 piring nasi. Mengapa tidak kotak saja? Sebab, jika nasi kotak, maka nasi dibawa pulang, dan itu berarti tidak ada komunikasi di antara jamaah, padahal itu yang paling dibutuhkan. Alasan lainnya, jika berbentuk nasi kotak, maka tidak ada lagi petugas pencuci piring, padahal banyak warga yang senang menjadi pencuci piring tanpa meminta bayaran. "Sedekah saya ke masjid hanya itu yang bisa, tidak bisa berbentuk uang. Saya hanya menggandol saja ke surga kelak pada orang yang masuk surga karena masjid ini," kata mereka. 

Setorkan proposal Anda ke Allah, sebab di sisi-Nya, masih sedikit proposal dibanding persediaan Allah. Jika meja pengusaha, lebih banyak proposal daripada jatah sumbangan yang tersedia. Jangan jadikan masjid kita sebagai Candi, yaitu tempat sembahyang yang berkali-kali hanya mempercantik fisiknya. Masjid yang hanya fokus fisik dan mengabaikan kesejahteraan lingkungan, itulah Candi Islam. Jadikan masjid kita sebagai ahlussuffah, yaitu tempat penggodok calon pemmpin besar sebagaimana yang dilakukan Nabi.

Ajaklah para pemuda ke masjid. Ingatlah pesan ini, "Arek nom seneng sego, ora seneng suworo." Berikan fasilitas sehingga senang dalam masjid. Antara lain dengan Wi-Fi. Jika tanpa Wi-Fi, maka itulah sebuah deklarasi sebuah masjid untuk lansia.

Manajemen masjid harus memperhatikan empat perspektif. 
_Pertama,_ syariahnya, yaitu harus sesuai sunah nabi. 
_Kedua,_ hakikat, yaitu kesetaraan manusia.,
_Ketiga,_ tariqah, bahwa semua aliran harus diterima dalam masjid itu. "Jika Anda senang qunut, sedangkan imamnya tidak qunut, ya gampang saja, datanglah agak akhir, sehingga rakaat kedua ketika anda menambah rakaat yang tertinggal Anda bisa qunut sendiri," kelakar Ustad jazir.
_Keempat,_ makrifah, artinya, masjid harus menjadi tempat saling kenal mengenal antar jamaah, sehingga orang bisa menemukan jodohnya di masjid, menemukan rekanan kerja, dan sebagainya. Dan, majlis terbaik untuk itu adalah majlis makan bersama.

Masjid JK sekarang memiliki sejumlah ATM Beras dimana setiap orang miskin bisa mengambilnya dengan kartu ATM tersebut untuk mengambil beras. Bisa perhari, atau per dua hari dan sebagainya. Non muslim juga boleh mengambilnya. Untuk badan hukum masjid sebaiknya tidak hanya yayasan biasa, sebab berdasar aturan yang baru, pembina itu berstatus sebagai pemilik. Maka seharusnya aktenya berbunyi yayasan badan wakaf. Dengan demikian, jika ada sengketa, maka yang menangani adalah pengadilan agama. 

Masjid harus memiliki BUMM (Badan umum milik masjid), seperti Masjid Mekkah yang punya hotel Hilton dan Dart Tauhid. Masjid Nabawi punya hotel at Taubah dan Hotel Al Muadzin, sedangkan Masjid Bilal bin Rabbah mempunyai ruko besar untuk disewakan. 
Gunakan lahan yang luas milik masjid untuk hal-hal yang produktif. Misalnya, untuk rumah penginapan, bisa untuk pertokoan, bank syariah dan sebagainya. Masjid JK sekarang memiliki  13 kamar penginapan, karena turis yang datang untuk wisata subuh membludak dan membutuhkan penginapan. Dua kamar disediakan gratis untuk orang miskin. Sekarang, semua biaya masjid telah terpenuhi oleh penghasilan penginapan tersebut. Dari penginapan tersebut lalu berkembang pelayanan jasa tour guide, catering, tiket, dan sebagainya. Masjid tidak harus punya restoran. Cukup punya kotak-nasi yang berlogo masjid, sedangkan masakannya dari berbagai warung nasi dan restoran.

Surabaya 9/2/19
Share:

Era Matinya Kepakaran, Diganti Kedunguan

Menjelang tutup tahun 2018, terbit buku terjemahan menarik, Matinya Kepakaran - The Death of Expertise: Perlawanan terhadap Pengetahuan yang Telah Mapan dan Mudaratnya karya Tom Nichols. Buku aslinya berjudul: The Death of Expertise: The Campaign against Established Knowledge and Why it Matters.

Di buku The Death of Expertise ini, Tom Nichols menyampaikan keresahannya pada publik Amerika Serikat. Namun, kondisi matinya kepakaran yang sama ternyata dialami oleh masyarakat secara global. Kondisi itu tampaknya kini dialami masyarakat di berbagai belahan mendunia, termasuk Indonesia. 

Menurut Nichols, pengetahuan dasar rata-rata orang Amerika saat ini sangat rendah. Bahkan, mereka sampai menembus dari tingkatan "tak dapat informasi" meluncur ke arah "salah informasi," dan sekarang terempas ke "ngawur secara agresif."

Era informasi sekarang ini justru banyak melahirkan apa yang dia sebut 'ignorance' atau kedunguan di kalangan publik di AS, sebuah istilah yang di Indonesia belakangan ini disebarkan secara luas oleh Rocky Gerung. Kegandrungan pada literasi instan tersebut menggejala demikian masif, sehingga kepakaran terancam mati. Orang hanya memerlukan informasi tambahan untuk menguatkan keyakinannya ketimbang kebenaran itu sendiri. 

"Saya khawatir kita sedang menyaksikan 'matinya ide-ide kepakaran itu sendiri': kehancuran pembagian antara kelompok profesional dan orang awam, murid dengan guru, dan orang yang tahu dengan yang merasa tahu gara-gara Google, Wikipedia, dan blog – dengan kata lain, antara mereka yang memiliki pencapaian di sebuah bidang dan mereka yang tidak memiliki pencapaian sama sekali." (hal 3) 

Dia mencontohkan, pada 2014 Washington Post melakukan jajak pendapat dengan bertanya kepada warga, apakah AS harus terlibat dalam intervensi militer, setelah Rusia melakukan invasi ke Ukrania. Mayoritas warga AS menyetujui intervensi tersebut. Namun, setelah disurvei lebih lanjut, hanya satu dari enam dari warga AS yang tahu di mana lokasi Ukrania berada. 

Teknologi dan meningkatnya tingkat pendidikan memang telah membuat orang lebih banyak mendapat informasi ketimbang sebelumnya. Namun, keuntungan sosial ini juga telah membantu mendorong peningkatan egaliterisme intelektual salah arah dan narsis yang telah melumpuhkan debat berdasarkan data tentang sejumlah masalah.

Hari ini, semua orang tahu segalanya: hanya dengan penelusuran singkat melalui WebMD atau Wikipedia, rata-rata warga negara meyakini diri mereka memiliki kedudukan intelektual yang setara dengan dokter dan diplomat. Semua suara, bahkan yang paling konyol, menuntut dianggap sama seriusnya, dan segala klaim yang bertentangan ditolak sebagai elitisme yang tidak demokratis.

The Death of Expertise karya Tom Nichols menunjukkan bagaimana penolakan para ahli ini terjadi. Alasannya, antara lain: keterbukaan internet, munculnya model kepuasan pelanggan dalam pendidikan tinggi, dan transformasi industri berita menjadi mesin hiburan 24 jam. 

Secara paradoks, penyebaran informasi yang semakin demokratis, alih-alih menghasilkan masyarakat yang berpendidikan, malah menciptakan kelompok warga yang kurang informasi dan marah yang mengecam pencapaian intelektual. Ketika warga negara biasa percaya bahwa tidak ada yang tahu lebih dari orang lain, lembaga-lembaga demokrasi sendiri berada dalam bahaya jatuh ke populisme atau ke teknokrasi atau, dalam kasus terburuk, kombinasi keduanya.

The Death of Expertise di edisi paperbacknya memberi kata pengantar baru untuk menutupi kekhawatirn berlebihannya tren ini setelah pemilihan Donald Trump. Dilihat dari peristiwa di lapangan sejak pertama kali diterbitkan, The Death of Expertise mengeluarkan peringatan tentang stabilitas dan kelangsungan hidup demokrasi modern di Era Informasi yang bahkan lebih penting saat ini. (AT)
Share: