Sejarah Cikal Berdirinya NU

Pidato KH. As'ad Syamsul Arifin sebagai salah satu pelaku sejarah berdirinya NU. (Ditranslit dari versi asli bahasa Madura) :

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang akan saya sampaikan pada Anda tidak bersifat nasehat atau pengarahan, tapi saya mau bercerita kepada Anda semua. Anda suka mendengarkan cerita? (Hadirin menjawab: Ya).

Kalau suka saya mau bercerita. Begini saudara-saudara. Tentunya yang hadir ini kebanyakan warga NU, ya? Ya? (Hadirin menjawab: Ya).

Kalau ada selain warga NU tidak apa-apa ikut mendengarkan. Cuma yang saya sampaikan ini tentang NU,Nahdlatul Ulama. Karena saya ini orang NU, tidak boleh berubah-ubah, sudah NU. Jadi saya mau bercerita kepada anda mengapa ada NU?

Tentunya muballigh-muballigh yang lain menceritakan isinya kitab. Kalau saya tidak. Sekarang saya ingin bercerita tentang kenapa ada NU di Indonesia, apa sebabnya? Tolong didengarkan ya, terutama para pengurus, Pengurus Cabang, MWC, Ranting, kenapa ada NU di Indonesia.

Begini, umat Islam di Indonesia ini mulai kira-kira 700 tahun dari sekarang, kurang lebih, para auliya', pelopor-pelopor Rasulullah Saw. ini yang masuk ke Indonesia membawa syariat Islam menurut aliran salah satu empat madzhab, yang empat. Jadi, ulama, para auliya', para pelopor Rasulullah Saw. masuk ke Indonesia pertama kali yang dibawa adalah Islam. Menurut orang sekarang Islam Ahlussunah wal Jama'ah, syariat Islam dari Rasulullah Saw. yang beraliran salah satu empat madzhab khususnya madzhab Syafi'i. Ini yang terbesar yang ada di Indonesia.

Madzhab-madzhab yang lain juga ada. Ini termasuk Islam Ahlussunah wal Jama'ah. Termasuk yang dibawa Walisongo, yang dibawa Sunan Ampel, termasuk Raden Asmoro ayahanda Sunan Ampel, termasuk Sunan Kalijogo, termasuk Sunan Gunung Jati. Semua ini adalah ulama-ulama pelopor yang masuk ke Indonesia, yang membawa syariat Islam Ahlussunah wal Jama'ah.

Kira-kira tahun 1920, waktu saya ada di Bangkalan (Madura), di pondok Kyai Kholil. Kira-kira tahun 1920, Kyai Muntaha Jengkebuan menantu Kyai Kholil, mengundang tamu para ulama dari seluruh Indonesia. Secara bersamaan tidak dengan berjanji datang bersama, sejumlah sekitar 66 ulama dari seluruh Indonesia.

Masing-masing ulama melaporkan: "Bagaimana Kyai Muntaha, tolong sampaikan kepada Kyai Kholil, saya tidak berani menyampaikannya. ini semua sudah berniat untuk sowan kepada Hadhratus Syaikh. Ini tidak ada yang berani kalau bukan Anda yang menyampaikannya."

Kyai Muntaha berkata: "Apa keperluannya?"

"Begini, sekarang ini mulai ada kelompok-kelompok yang sangat tidak senang dengan ulama Salaf, tidak senang dengan kitab-kitab ulama Salaf. Yang diikuti hanya al-Quran dan Hadits saja. Yang lain tidak perlu diikuti. Bagaimana pendapat pelopor-pelopor Walisongo karena ini yang sudah berjalan di Indonesia. Sebab rupanya kelompok ini melalui kekuasaan pemerintah Jajahan, Hindia Belanda. Tolong disampaikan pada Kyai Kholil."

Sebelum para tamu sampai ke kediaman Kyai Kholil dan masih berada di Jengkuban, Kyai Kholil menyuruh Kyai Nasib: "Nasib, ke sini! Bilang kepada Muntaha, di al-Quran sudah ada, sudah cukup:

(يُرِيدُونَ أَن يُطْفِؤُواْ نُورَ اللّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّهُ إِلاَّ أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ ﴿٣٢

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (QS. at-Taubat ayat 32)

Jadi kalau sudah dikehendaki oleh Allah Ta'ala, maka kehendakNya yang akan terjadi, tidak akan gagal. Bilang ya kepada Muntaha."

Jadi para tamu belum sowan sudah dijawab oleh Kyai (Kholil). Ini karomah saudara, belum datang sudah dijawab keperluannya. Jadi para ulama tidak menyampaikan apa-apa, Cuma bersalaman. "Saya puas sekarang" kata Kyai Muntaha. Jadi saya belum sowan, sudah dijawab hajat saya ini.

Tahun 1921-1922 ada musyawarah di Kawatan (Surabaya) di rumah Kyai Mas Alwi. Ulama-ulama berkumpul sebanyak 46, bukan 66. Tapi hanya seluruh Jawa, bermusyawarah termasuk Abah saya (KH. Syamsul Arifin), termasuk Kyai Sidogiri, termasuk Kyai Hasan almarhum, Genggong, membahas masalah ini.

Seperti apa, seperti apa? Dari Barat Kyai Asnawi Qudus, Ulama-ulama Jombang semua, Kyai Thohir. para Kyai berkata: "Tidak ada jadinya, tidak ada kesimpulan." Sampai tahun 1923, kata Kyai satu: "Mendirikan Jamiyah (organisasi)", kata yang lain: "Syarikat Islam ini saja diperkuat." Kata yang lain: "Organisasi yang sudah ada saja."

Belum ada NU. (Sementara) yang lain sudah merajalela. Tabarruk-tabarruk sudah tidak boleh. Orang minta berkah ke Ampel sudah tidak boleh. Minta syafaat ke nenek moyang sudah tidak boleh. Ini sudah tidak dikehendaki. Sudah ditolak semua oleh kelompok-kelompok tadi. Seperti apa bawaan ini.

Kemudian ada satu ulama yang matur (menghadap) sama Kyai: "Kyai, saya menemukan satu sejarah tulisan Sunan Ampel. Beliau menulis seperti ini (Kyai As'ad berkata: "Kalau tidak salah ini kertas tebal. Saya masih kanak-kanak. Belum dewasa hanya mendengarkan saja"): "Waktu saya (Sunan Ampel Raden Rahmatullah) mengaji ke paman saya di Madinah, saya pernah pernah bermimpi bertemu Rasulullah, seraya berkata kepada saya (Raden Rahmat): "Islam Ahlussunah wal Jama'ah ini bawa hijrah ke Indonesia. Karena di tempat kelahirannya ini sudah tidak mampu melaksanakan Syariat Islam Ahlussunah wal Jama'ah. Bawa ke Indonesia."

Jadi di Arab sudah tidak mampu melaksanakan syariat Islam Ahlussunah wal Jama'ah. Pada zaman Maulana Ahmad, belum ada istilah Wahabi, belum ada istilah apa-apa. Ulama-ulama Indonesia ditugasi melakukan wasiat ini.

Kesimpulannya mari Istikharah. Jadi ulama berempat ini melakukannya. Ada yang ke Sunan Ampel. Ada yang ke Sunan Giri. Dan ke sunan-sunan yang lain. Paling tidak 40 hari. Ada 4 orang yang ditugasi ke Madinah.

Akhirnya, tahun 1923 semua berkumpul, sama-sama melaporkan. Hasil laporan ini tidak tahu siapa yang memegang. Apa Kyai Wahab, apa Kyai Bisri. Insya Allah ada laporan lengkapnya. Dulu saya pernah minta sama Gus Abdurrahman dan Gus Yusuf supaya dicari.

Sesudah tidak menemukan kesimpulan, tahun 1924, Kyai (Kholil) memanggil saya. Ya saya ini. Saya tidak bercerita orang lain. Saya sendiri. Saya dipanggil: "As'ad, ke sini kamu!"

Asalnya saya ini mengaji di pagi hari, dimarahi oleh kyai, karena saya tidak bisa mengucapkan huruf Ra'. Saya ini pelat (cadal). "Arrahman Arrahim…"

Kyai marah: "Bagaimana kamu membaca al-Quran kok seperti ini? Disengaja apa tidak?!"

"Saya tidak sengaja Kyai. Saya ini pelat."

Kyai kemudian keluar (Kyai Kholil melakukan sesuatu). Kemudian esok harinya pelat saya ini hilang. Ini salah satu kekeramatan Kyai yang diberikan kepada saya.

Kedua, saya dipanggil lagi: "Mana yang cedal itu? Sudah sembuh cedalnya?"

"Sudah Kyai."

"Ke sini. Besok kamu pergi ke Hasyim Asy'ari Jombang. Tahu rumahnya?"

"Tahu."

"Kok tahu? Pernah mondok di sana?"

"Tidak. Pernah sowan."

"Tongkat ini antarkan, berikan pada Hasyim. Ini tongkat kasihkan."

"Ya, kyai."

"Kamu punya uang?"

"Tidak punya, kyai."

"Ini."

Saya diberikan uang Ringgit, uang perak yang bulat. Saya letakkan di kantong. Tidak saya pakai. Sampai sekarang masih ada. Tidak beranak, tapi berbuah (berkah). Beranaknya tidak ada. Kalau buahnya banyak. Saya simpan. Ini berkah. Ini buahnya.

Setelah keesokan harinya saya mau berangkat, saya dipanggil lagi: "Ke sini kamu! Ada ongkosnya?"

"Ada kyai."

"Tidak makan kamu? Tidak merokok kamu? Kamu kan suka merokok?"

Saya dikasih lagi 1 Ringgit bulat. Saya simpan lagi. Saya sudah punya 5 Rupiah. Uang ini tidak saya apa-apakan. Masih ada sampai sekarang. Kyai keluar: "Ini (tongkat) kasihkan ya, (Kyai Kholil membaca QS. Thaha ayat 17-21):

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١

"Apakah itu yang di tangan kananmu hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula."

Karena saya ini namanya masih muda. Masih gagah. Sekarang saja sudah keriput. Gagah pakai tongkat dilihat terus sama orang-orang. Kata orang Arab Ampel: "Orang ini gila. Muda pegang tongkat."

Ada yang lain bilang: "Ini wali."

Wah macam-macam perkataan orang. Ada yang bilang gila, ada yang bilang wali. Saya tidak mau tahu, saya hanya disuruh Kyai. Wali atau tidak, gila atau tidak terserah kamu.

Saya terus berjalan. Saya terus diolok-olok, gila. Karena masih muda pakai tongkat. Jadi perkataan orang tidak bisa diikuti. Rusak semua, yang menghina terlalu parah. Yang memuji juga keterlaluan. Wali itu, kok tahu? Jadi ini ujian. Saya diuji oleh Kyai. Saya terus jalan.

Sampai di Tebuireng, (Kyai Hasyim bertanya): "Siapa ini?"

"Saya, Kyai."

"Anak mana?"

"Dari Madura, Kyai."

"Siapa namanya?"

"As'ad."

"Anaknya siapa?"

"Anaknya Maimunah dan Syamsul Arifin."

"Anaknya Maimunah kamu?"

"Ya, Kyai"

"Keponakanku kamu, Nak. Ada apa?"

"Begini Kyai, saya disuruh Kyai (Kholil) untuk mengantar tongkat."

"Tongkat apa?"

"Ini, Kyai."

"Sebentar, sebentar…"

Ini orang yang sadar. Kyai ini pintar. Sadar, hadziq (cerdas). "Bagaimana ceritanya?"

Tongkat ini tidak langsung diambil. Tapi ditanya dulu mengapa saya diberi tongkat. Saya menyampaikan ayat:

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١

"Apakah itu yang di tangan kananmu hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula."

"Alhamdulillah, Nak. Saya ingin mendirikan Jam'iyah Ulama. Saya teruskan kalau begini. Tongkat ini tongkat Nabi Musa yang diberikan Kyai Kholil kepada saya."

Inilah rencana mendirikan Jam'iyah Ulama. Belum adaNahdlatul Ulama. Apa katanya? Saya belum pernah mendengar kabar berdirinya Jam'iyah Ulama. Saya tidak mengerti.

Setelah itu saya mau pulang. "Mau pulang kamu?"

"Ya, Kyai."

"Cukup uang sakunya?"

"Cukup, Kyai."

"Saya cukup didoakan saja, Kyai."

"Ya, mari. Haturkan sama Kyai, bahwa rencana saya untuk mendirikan Jam'iyah Ulama akan diteruskan."

Inilah asalnya Jam'iyatul Ulama.

Tahun 1924 akhir, saya dipanggil lagi oleh Kyai Kholil: "As'ad, ke sini! Kamu tidak lupa rumahnya Hasyim?"

"Tidak, Kyai."

"Hasyim Asy'ari?"

"Ya, Kyai."

"Di mana rumahnya."

"Tebuireng."

"Dari mana asalnya?"

"Dari Keras (Jombang). Putranya Kyai Asy'ari Keras."

"Ya, benar. Di mana Keras?"

"Di baratnya Seblak."

"Ya, kok tahu kamu?"

"Ya, Kyai."

"Ini tasbih antarkan."

"Ya, Kyai."

Kemudian diberi uang 1 Ringgit dan rokok. Saya kumpulkan. Semuanya menjadi 3 Ringgit dengan yang dulu. Tidak ada yang saya pakai. Saya ingin tahu buahnya.

Terus, pagi hari Kyai keluar dari Langgar: "Ke sini, makan dulu!"

"Tidak, Kyai. Sudah minum wedang dan jajan,"

"Dari mana kamu dapat?"

"Saya beli di jalan, Kyai"

"Jangan membeli di jalan! Jangan makan di jalan! Santri kok makan di jalan?"

"Ya, Kyai."

Saya makan di jalan dimarahami. Santri kok menjual harga dirinya? Akhirnya saya ditanya: "Cukup itu?"

"Cukup, Kyai."

"Tidak!"

Diberi lagi oleh Kyai. Dikasih lagi 1 Ringgit. Saya simpan lagi. Kemudian tasbih itu dipegang ujungnya: "Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar." Jadi Ya Jabbar 1 kali putaran tasbih. Ya Qahhar 1 kali putaran tasbih. Saya disuruh dzikir.

"Ini."

Disuruh ambil. Saya tengadahkan leher saya. "Kok leher?"

"Ya, Kyai. Tolong diletakkan di leher saya supaya tidak terjatuh."

"Ya, kalau begitu."

Jadi saya berkalung tasbih. Masih muda berkalung tasbih. Saya berjalan lagi, bertemu kembali dengan yang membicarakan saya dulu: "Ini orang yang megang tongkat itu? Wah.. Hadza majnun." Ada yang bilang "wali", ya seperti tadi. Jadi saya tidak menjawab. Saya tidak bicara kalau belum bertemu Kyai. Saya berpuasa. Saya tidak bicara, tidak makan, tidak merokok, karena amanatnya Kyai. Saya tidak berani berbuat apa-apa. Sebagaimana kepada Rasulullah, ini kepada guru. Saya tidak berani. Saya berpuasa. Saya tidak makan, tidak minum tidak merokok. Tidak terpakai uang saya.

Ada yang narik: "Karcis! karcis!"

Saya tidak ditanya. Saya pikir ini karena tasbih dan tongkat. Saya pura-pura tidur karena tidak punya karcis. Jadi selama perjalanan 2 kali saya tidak pernah membeli karcis. Mungkin karena tidak melihat saya. Ini sudah jelas keramatnya Kyai. Jadi Auliya' itu punya karomah. Saya semakin yakin dengan karomah. Saya semakin yakin.

Saya lalu sampai di Tebuireng, Kyai (Hasyim) tanya: "Apa itu?"

"Saya mengantarkan tasbih."

"Masya Allah, Masya Allah. Saya diperhatikan betul oleh guru saya. Mana tasbihnya?"

"Ini, Kyai." (dengan menjulurkan leher).

"Lho?"

"Ini, Kyai. Tasbih ini dikalungkan oleh Kyai ke leher saya, sampai sekarang saya tidak memegangnya. Saya takut su'ul adab (tidak sopan) kepada guru. Sebab tasbih ini untuk Anda. Saya tidak akan berbuat apa-apa terhadap barang milik Anda."

Kemudian diambil oleh Kyai: "Apa kata Kyai?"

"Ya Jabbar, Ya Jabbar, Ya Jabbar. Ya Qahhar, Ya Qahhar, Ya Qahhar."

"Siapa yang berani pada NU akan hancur. Siapa yang berani pada ulama akan hancur." Ini dawuhnya.

Pada tahun 1925, Kyai Kholil wafat tanggal 29 Ramadhan. Banyak orang berserakan. Akhirnya pada tahun 1926 bulan Rajab diresmikan Jam'iyatul Ulama. Ini sudah dibuat, organisasi sudah disusun. Termasuk yang menyusun adalah Kyai Dahlan dari Nganjuk, yang membuat anggaran dasar. Kemudian para ulama sidang lagi untuk mengutus kepada Gubernur Jenderal. Ya, seperti itulah yang dapat saya ceritakan.

(Ms Arifin)

Share:

Doa dengan Salawat Fatih

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد الفاتح لما أغلق والخاتم لماسبق ناصر الحق بالحق والهادي إلى صراطك المسقيم وعلى آله وصحبه وإخوانه ومن والاه في كل لحظة ولمحة وخطرة وطرفة ونفس وحركة وسكون آباد الدنيا والآخرة بكل لسان ﻻهل المعرفة بالله عدد خلقك و رضى نفسك وزنة عرشك ومداد كلماتك وعدد ماوسعه علمك

صلاة تجعلنا بها عندك من المحبين المحبوبين العاشقين المقربين إليك والى حبيبك المصطفى صلوات ربي وسلامه عليه وآله وصحبه أجمعين وتغفر لنا بها كل ذنب وتستر لنا بها كل عيب وتوسع لنا بها كل رزق وتهب لنا بها رضوانك الأكبر و مرافقة حبيبك المصطفى صلى الله عليه واله وصحبه وسلم في أعلى الفراديس وتعيذنا بها من سخطك و النار يا ذا الجلال والإكرام ياحي ياقيوم يا بديع السماوات والأرض يا حنان يامنان يا واسع الرحمة والمغفرة والجود والكرم .
والحمد لله رب العالمين.

💐💐💐

Share:

Allahu Ghayatuna

Taujih Ustadz Hilmi Aminuddin di Rakornas PKS 2016
(Depok, 12 Januari 2016)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Dalam Rakornas yang merupakan kewajiban konstitusional dalam jamaah kita yang alhamdulillah dalam mata rantai sebelumnya telah kita laksanakan bersama dengan suatu langkah-langkah yang patut diteladani oleh partai-partai lain, oleh jamaah-jamaah lain, dari mulai menyelenggarakan Majelis Syuro kemudian Munas, Mukernas, dan sekarang Rapat Koordinasi Nasional. Seluruhnya, alhamdulillah, digambarkan betapa kesatuan langkah-langkah kita menyatu. Allahu ghoyyatuna.

Sesuai namanya Rakornas, koordinasi artinya kita bisa meluruskan koordinasi sekarang, baik dari koordinasi secara lima tahunan, juga akan menentukan koordinasi nasional untuk tahunan. Insya Alloh, dengan latar belakang kemenangan-kemenangan di tahun 2015, yaitu pencapaian pilkada, dengan pertolongan dan karunia Alloh, kita mencapai keberhasilan yang bahkan tidak diduga-duga.

Awal kita mulai Pilkada terdengar selentingan atau wacana disana-sini bahwa kita mendapatkan nomor 4, tapi setelah perhitungan kita mencapai puncak. Dan itu tidak lain atas karunia Alloh swt, yang kedua atas kerja keras antum sekalian yang mengorbankan atas segala potensi yang dimiliki untuk kejayaan Islam.

Rapat Koordinasi yang kita selenggarakan ini bagaimana kita mensinergikan seluruh langkah-langkah tujuan kita, baik itu lima tahun atau tahunan, menyatukan seluruh koordinasi dari seluruh program pusat dengan wilayah dan daerah tidak akan mungkin tanpa bersatunya hati dan akal kita serta motivasi kita, yaitu untuk mencapai ridho Alloh dan menegakkan kalimat Alloh. Tanpa itu semua, sangat sulit.

Tanpa motivasi dan tujuan untuk menegakkan kalimat Alloh, sangat sulit mempersatukan aneka ragam SDM, pendidikan, bahkan faktor budayanya, bahkan aneka ragam wilayahnya, yang tersebar di 700 pulau-pulau di Indonesia. Tapi, alhamdulillah, dengan kesatuan tekad kita bisa menyatukannya.

Dan terbukti, dalam pelaksanaan momentum pilkada 2015 menggambarkan keberhasilan. Dengan catatan itu, insya Alloh, tahun 2016 ini akan diisi dengan keberhasilan-keberhasilan selanjutnya baik raihan dalam pilkada untuk menyongsong kemenangan paling tidak sampai 2019.

Ikhwatifillah,

Koordinasi pencapaian itu tidak mungkin tercapai kalau sebelumnya tidak ada konsolidasi potensi yang kita miliki. Dan konsolidasi di ranah dakwah selalu dimulai dari konsolidasi hati kita, wihdatul quluub, konsolidasi akal kita, wihdatul uquul, dengan dua hal itu Insya Alloh SDM kita akan terkonsolidasi dengan baik.

Untuk mencapai wihdatul quluub dan wihdatul uquul tersebut dimulai dari (1) konsolidasi motivasinya dulu. Nawaitu-nya terkonsolidasi.

Pada waktu lalu, saya telah mengingatkan bahwa konsolidasi terbaik jika kader-kader kita mempunyai kesadaran tinggi bahwa jalan perjuangan ini merupakan pilihan kita. Kita memilihnya dengan penuh kesadaran sebagaimana Alloh swt menunjuk kita bahwa jalan perjuangan ini adalah sebagai pilihan dengan firman-firmanNya, yaitu:

Quul haadzihii sabili.. katakanlah bahwa ini adalah jalan pilihanku.. ad'uu illallah.. pilihan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah.. 'Alaa bashirotin.. dengan penuh kesadaran.. ana wamanittaba'ani wa subhanallohi wa maa anaa minal musyrikiin.. Mahasuci Alloh dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.

Kesadaran bahwa ini pilihan untuk memantapkan walaupun memang ada proses pembentukan, setiap individu bebas atau independen untuk menentukan jalannya. Dan manusia yang berani memilih perjalanan perjuangan dakwah pilihannya, itu berarti orang yang punya syakhsiyah tinggi. Sebab orang yang tidak berani dalam mengambil jalan pilihannya, berarti masih dalam kondisi split personality. Sehingga, pilihan-pilihan tersebut harus tetap ditebus dengan pengorbanan besar, pengorbanan waktu, harta, tenaga, bahkan jiwa. Semoga pengorbanan itu adalah pengorbanan karena Alloh.

Ikhwatifillah,

Motivasi semakin meningkat, semakin menguat, semakin mendorong jika ada kesadaran lain, yaitu kesadaran tertinggi bahwa kita ada di dunia ini dibimbing Alloh untuk memilih jalan dakwah ini. Inilah namanya kesesuaian antara pilihan makhluk dan juga pilihan yang dipilih manusia. Dan Alloh pun juga mendorong untuk menumbuhkan kesadaran ini:

"Katakanlah Alloh swt telah membimbingku, memberi petujuk kepadaku, untuk memilih jalan yang lurus ini, jalan perjuangan ini. Sebagai pedoman hidup yang kokoh, yaitu jalan yang ditempuh oleh Ibrahim dan para ahlul anbiya" (Qs Al-An'am:161)

"Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidupku, dan matiku hanya semata-mata untuk Robbil 'Alamin. Dan karena itulah aku diperingati oleh Alloh swt. Dan aku adalah orang-orang yang pertama menyerahkan diri kepada Alloh." ((Al An'am: 162)

Setelah pengakuan akan pilihannya yang sesuai dengan pilihan Alloh, lalu munculah tekad kuat, kita dibimbing Allah untuk berserah diri kepada-Nya. Berarti Alloh memotivasi kita untuk menjadi terdepan dalam memenangkan dakwah yang harus berada di barisan paling depan. Itulah makna wa anaa awwalul muslimin.

Motivasi seperti ini harus kita dorong dari waktu ke waktu. Sehingga motivasi itu adalah refleksi dari kekuatan iman kita. Kalau kita selalu terus mendorong, kemungkinan efeknya akan terus terjadi. Al-imaanu yaziidu wa yankus. Itu terkait juga dalam implementasi niat untuk berjuang di jalan Alloh.

(2) Yang kedua, setelah konsolidasi motivasi, adalah konsolidasi orientasi. Umat Islam Indonesia termasuk umat yang rajin beramal Islam dalam segala sektor. Bahkan secara independen, mereka mendirikan pesantren, ma'had-ma'had, tanpa subsidi dari pemerintah. Dari kerjasama mereka sendiri hingga saat ini. Dari mereka mulai mendirikan masjidnya, sampai menjadi imam masjidnya.

Namun sayangnya, hal itu minus orientasi. Akhirnya, roh-roh pendirian Islam di beragam bidang seringkali hanya tercecer dan malah menghambat perjuangan Islam dan tidak jelas akan orientasinya. Kejelasan orientasi Alloh SWT seperti digambarkan pada ayat "walikulli wijhatun huwa muwalliiha,". Setiap orang harus punya orientasi (wijhah) dalam mencapai sesuatu. Setelah jelas orientasi, barulah fastabiqul khoirot.

Kita bahkan diingatkan oleh ayat Alloh, orientasi harus yang objektif. Karena sesuai fitrah Alloh yang dikatakan "manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya." Dorongan-dorongan untuk kejelasan orientasi bahkan orientasi akan menjadi daya saing dalam melaksanakan perintah fastabiqul khoirot. Dalam melaksanakan tugas-tugas yang mendapat petunjuk dari Alloh SWT

(3) Yang ketiga, adalah integrasi. Islam adalah agama yang syammil mutakammil. Konsepsinya adalah menuntun dan mengikuti seluruh aspek dalam hidup kita secara menyeluruh. Dan kita tidak mungkin memperjuangkan tegaknya Islam tanpa mampu mengintegrasikan seluruh potensi SDM kita. Apakah itu, generasi tua, apakah itu generasi muda, apakah itu ikhwan, apakah itu akhwat, harus terintegrasi dalam satu kesatuan yang menyeluruh. Sehingga, arah perjuangan kita lebih tegas dan jelas.

Integrasi ini masalah penting. Tanpa integrasi kemungkinan akan berjalan sendiri-sendiri. Karena yang satu tidak merasa ada hubungan dengan yang lain. Tapi, jika kita berhasil mengintegrasikan seluruh potensi, insya Alloh, kita akan mencapai target-target pencapaian bahkan yang mungkin tidak kita perkirakan sebelumnya. Dan ini sering terjadi dalam sejarah perjuangan kita.

Hasil-hasil di Pilkada, lebih dari apa yang kita perkirakan. Itu lah jika kekuatan kita terintegrasikan dengan baik. Fabimaa rohmatallohi linta lahum. Dengan rahmat Alloh, kamu berlaku lemah lembut. Kalau kalian bersikap keras, maka mereka akan bertebaran. Tidak terintegrasi. Dan hatinya sangat sensitif, kalau ada yang tersekat di antara mereka. Makanya, dalam pergaulan kita berjamaah yang setiap kita pasti punya kelemahan, tapi kelemahan adalah sebuah keniscayaan. Dan kepemimpinan kita salah pun juga keniscayaan. Maka, fa'fu anhum. Berilah maaf kepada mereka. Dan ketika kita memaafkan lain dengan penuh kesadaran, bisa jadi kita selama ini kita bisa tetap berjamaah karena sering memaafkan.

Sehingga, insya Alloh, jika hambatan-hambatan itu tidak ada, komunikasi pun menjadi lancar. Baik musyawarah di tingkat DPP, tingkat wilayah, akan menghasilkan tekad bersama.

Dengan konsolidasi itulah, komunikasi itu bisa dilakukan. Dan kelanjutannya, kalau komunikasi itu bisa dilakukan dengan baik, selesailah. Jika kamu selesai satu urusan, maka segera lah selesaikan urusan lain.

Kita berjamaah karena Alloh untuk Alloh, bahkan bisa melebihi apa yang diperkirakan.

Faidzaa faroghta fanshob wa ilaa robbika farghob.

___
*Sumber: pks.id

Share:

Ujub dan Sombong

Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.

Kemudian Hasan berbisik dlm hati, "Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia seperti aku!"

Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam.

Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.

Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, "Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang".

Bagaimana pun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya, "Tuan, sebenarnya perempuan yg duduk di samping sy ini adalah ibu saya sndiri, sdgkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak".

Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, "Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan".

Lelaki itu menjawab, "Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan". Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.

Jika Allah membukakan pintu solat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yg sedang tertidur nyenyak.

Jika Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yg tdk ikut berpuasa sunat.

Boleh jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat dengan Allah, daripada diri kita. Ilmu Allah sangat amatlah luas...
Jangan pernah ujub & sombong pada amalanmu.

Share:

Micky Sakata, Perjalanan Hidayah Penuntut Ilmu dari Jepang

Ini catatan dari siaran radio Rodja pada Selasa, 12 Januari 2016 (2 Rabi'ul Akhir 1437H) di Masjid Al Barkah Radio Rodja Cileungsi Bogor (live). Hadir Micky Sakata, Lc (Mahasiswa Universitas Islam Madinah), didampingi Ust. Firanda Andirja MA (Mahasiswa Program Doctoral Islamic University of Madinah KSA).

Ust Firanda
Hidayah adalah nikmat yang sangat besar dari Allah. Bahkan hal ini disyukuri oleh para penghuni Surga sebagaimana firman Allah tentang ucapan penghuni Surga:

{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}

"Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami" (QS al-A'raaf: 43).

Harus disadari bahwa hidayah adalah murni datang dari Allah, bukan karena kecerdasan manusia, meskipun secerdas apapun, dan meskipun mendengarkan seribu ceramah sekalipun tapi belum tentu memperoleh hidayah kalau bukan karena dari Allah. Misalnya orang-orang Jepang yang sangat pintar hingga mampu menciptakan robot. Namun meskipun mereka pintar, ternyata mereka menyembah matahari.

Begitu pula orang-orang munafik, yang bahkan mereka turut serta mendengarkan begitu banyak ceramah Rasulullah, dan ikut sholat bersama Rasulullah. Begitu juga dengan paman Nabi, Abu Thalib, yang sangat mendukung beliau, memahami bahwa Islam adalah agama yang benar namun hingga akhir hidupnya tidak mau beriman karena memikirkan bagaimana celaan orang (orang-orang kafir Quraisy) terhadapnya kalau dia memeluk agaman Islam.

Kalau pula hidayah itu hanya karena sekedar faktor kedekatan, maka tentunya ayahnya Nabi Ibrahim memperoleh hidayah, dan begitu pula anak dan istri Nabi Nuh. Namun nyatanya tidak. Oleh karena itu, penting untuk disadari bahwa hidayah hanya datang dari Allah.

Alhamdulillah saat ini telah hadir bersama kita, Syeikh Micky Sakata, Lc. Beliau baru saja lulus dari Universitas Islam Madinah. Ayah beliau adalah orang Jepang, dan Ibu beliau orang Amerika. Beliau akan menceritakan bagaimana perjalanan beliau dalam mendapatkan hidayah, dari yang sebelumnya seorang atheis menjadi seorang muslim.

Micky Sakata, Lc
Pertama yang ingin saya sampaikan adalah saya bukan Syeikh, hanya seorang pelajar/penuntut ilmu. Nama saya Micki Sakata. Alhamdulillah saya sangat bersyukur memperoleh kesempatan untuk hadir di sini dan bertemu dengan banyak saudara-saudara muslim di sini yang masyaa Allah banyak yang telah menutup aurat.

Saya lahir di Amerika, Ayah saya orang Jepang, sedangkan ibu saya orang Amerika. Masa kecil saya tidak mengenal agama sama sekali. Dan selama hidup di Jepang saya sulit untuk mengenal Islam.

Ketika umur 15 tahun saya pindah ke Amerika untuk melanjutkan sekolah ke Junior High School (setara SMP). Saat itulah terjadi tragedi WTC 11 September 2001. Tragedi tersebut membuat Islam menjadi sangat dikenal, karena Islam banyak digembar-gemborkan di media-media barat. Namun pemberitaan-pemberitaan itu lebih mengaitkan Islam dengan hal-hal yang buruk dan salah satunya adalah terorisme.

Hal ini membuat saya sangat penasaran dan tertarik dengan Islam. Saya kemudian mempelajari tentang Islam melalui internet dan menemukan bahwa Islam tidak bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Saya menemukan bahwa Islam sangat berbeda dengan apa yang diberitakan di media-media barat.

Saya kemudian membeli Al Qur'an (terjemahannya) dan terkejut karena di dalamnya saya menemukan kisah-kisah mengenai Nabi-Nabi yang juga di sebutkan dalam agama Kristen dan Yahudi. Saya juga menemukan bahwa Islam ternyata sangat penuh dengan kedamaian, tidak mengajarkan tentang terorisme.

Saya menemukan bahwa Islam adalah agama yang sangat lengkap. Segala hal diatur dalam Islam. Hal ini berbeda dengan agama-agama lain yang saya pelajari. Islam sangat berbeda dengan agama lain karena sangat lengkap dan mencakup berbagai aspek.

Islam memadukan antara keimanan dan amal. Ketika seseorang mengaku beriman, konsekuensinya adalah dia harus beramal. Dalam Islam, ketika seseorang mengucapkan syahadat, berarti dia telah meyakininya (beriman). Dan ketika dia meyakininya, maka dia harus mengamalkannya. Hal ini sangat menarik dan tidak ada dalam agama-agama lain.

Saya besar di lingkungan Budha dan Shintoisme, namun keduanya lebih bersifat tradisi dan bukan agama. Begitu pula di lingkungan Kristen, meskipun mereka setiap minggu ke gereja, tapi menurut saya hal ini sangat aneh. Bagi orang Kristen, yang penting hanya sebatas beribadah, hanya mementingkan bahwa mereka memiliki iman tapi tidak perlu beramal. Hal ini tentunya berbeda dengan Islam yang tidak hanya beriman tapi juga harus beramal.

Setelah saya masuk Islam di Amerika, saya ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang Islam dan ingin dapat memahami isi Al Qur'an secara langsung tanpa bantuan terjemahan. Apalagi dalam Islam seorang muslim diperintahkan untuk menuntut ilmu, dan memiliki ilmu.

Kemudian ketika saya kembali ke Jepang, saya kuliah di Tokyo. Salah satu dosen saya berasal dari Indonesia. Beliau menyarankan saya untuk belajar di Universitas Islam Madinah. Beliau juga banyak membantu saya, termasuk dalam pernikahan saya (Micky Sakata menikah dengan wanita Indonesia dan memiliki 4 orang anak, antara lain Raihan dan Naomi).

Dari yang saya pelajari, terdapat beberapa dalil yang manafikkan & menentang bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan tentang terorisme, antara lain:

➖Bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda tapi yang terbaik adalah yang paling bertaqwa;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki –laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al Hujuurat: 13)

➖Bahwa Allah memerintahkan manusia untuk saling mencintai;
🔺Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR Bukhari dan Muslim)
🔺Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai (HR Muslim)

Dalil-dalil tersebut sangat berbekas di dalam hati saya dan membuat saya semakin menyakini bahwa Islam bukanlah agama yang seperti dituduhkan di media-media barat.

Sesi Tanya Jawab

1⃣ Ketika saudara Micky Sakata masuk Islam, bagaimana reaksi keluarga dan teman-teman anda atas hal itu?

Jawab:
Awalnya saya tidak memberitahu siapapun bahwa saya akan masuk Islam karena hal ini sangat kompleks. Namun pada malam sebelum saya masuk Islam pada hari esoknya, saya memberitahu ibu saya bahwa saya ingin masuk Islam. Alhamdulillah respon beliau sangat bagus dan penuh toleransi. Beliau berkata bahwa apapun yang membuat saya merasa nyaman dan lebih baik, maka beliau akan mendukung saya. Adapun kepada teman-teman saya, saya baru menceritakan kepada mereka 3 (tiga) tahun kemudian setelah saya masuk Islam.

2⃣ Apakah ada rencana untuk berdakwah di negeri Jepang?

Jawab:
In syaa Allah. Tentu saja saya ingin berdakwah di Jepang. Ketika kuliah saya mengambil jurusan dakwah ushuluddin (dengan tujuan memang untuk berdakwah). Sebenarnya sudah sejak 2 (dua) tahun yang lalu sudah memulai berdakwah. Dan saya melihat bahwa kondisi di Jepang masih membutuhkan dakwah. Semoga Allah memberi kemudahan bagi saya untuk berdakwah di Jepang dan saya mohon doanya dari saudara-saudara sekalian.

3⃣ Orang-orang Jepang dan Amerika dikenal memiliki habit/kebiasaan buruk seperti meminum minuman keras dan tinggal satu rumah (pria dan wanita) padahal belum menikah. Bagaimana cara untuk berdakwah kepada mereka terkait kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut?

Jawab:
Ini adalah bagian yang paling sulit. Sebelum saya masuk Islam, saya pun berpikir bahwa tidak mungkin kalau saya masuk Islam. Saya merasa bahwa hal ini berat sekali karena sebelumnya saya pun makan babi dan minum minuman keras juga. Tips untuk mengajak agar orang dengan kondisi seperti itu sadar adalah dengan membuat orang tersebut tertarik untuk belajar tentang Islam. Yang penting adalah orang tersebut mengenal/masuk Islam terlebih dahulu. Hal ini mungkin dapat diawali dengan disampaikannya mengenai beauty of Islam kepada mereka. Kita tekankan bahwa Allah itu Maha Pengampun. Jangan diawali dengan menyampaikan kepada mereka bahwa ini haram, itu haram. Hal yang paling penting adalah keyakinan karena Islam mengajari kita untuk yakin kepada Allah. Oleh karenanya kita upayakan agar mereka mengenal indahnya Islam, dan setelah itu mereka akan lebih mudah untuk memahami hukum-hukum Allah lainnya termasuk yang terkat dengan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut.

4⃣ Apa perbedaan yang dirasakan antara sebelum dan setelah masuk Islam?

Jawab:
Ada perbedaan yang sangat besar antara sebelum dan sesudah masuk Islam. Ketika belum mengenal Islam, hidup saya seperti tanpa tujuan, tidak memiliki harapan, dan tidak memiliki arah. Emosi saya tidak stabil dan saya mudah marah. Ketika hidup di Amerika, saya seperti tidak tahu harus berbuat apa, saya sering gonta ganti kuliah.
Adapun setelah masuk Islam, hal yang sangat saya rasakan perbedaaanya adalah keimanan. Hidup saya menjadi terarah, memiliki tujuan yang jelas dan tahu harus berbuat apa. Setelah masuk Islam, ada yang saya yakini dan ada yang menjadi motivasi dalam menjalani hidup dimana hal ini sangat berbeda dengan kondisi ketika saya belum masuk Islam.

5⃣ Bagaimana jika ada teman anda dari non muslim yang menuduh anda sebagai teroris? Bagaimana jawaban anda?

Jawab:
Ini adalah pertanyaan yang sulit karena pemberitaan-pemberitaan di media barat mengidentikkan Islam dengan perang (terorisme). Dalam Islam memang ada perintah untuk berjihad, tapi Islam tidak memaksakan agamanya melainkan atas kemauannya sendiri. Islam adalah ajaran yang sangat lengkap dan menyeluruh. Al Qur'an mengajarkan semuanya, tak hanya ketika masa damai tapi juga ketika peperangan (tidak hanya berjihad tapi juga tentang hal-hal lain). Sebenarnya terorisme adalah permasalahan yang tidak hanya dialami oleh agama Islam, melainkan juga oleh agama-agama lain seperti Budha, Kristen, Yahudi dll. Maka ketika kita berdakwah, hal yang harus didahulukan adalah bahwa Islam adalah agama yang penuh rahmat, penuh kasih sayang (rahmatan lil 'alamiin).

6⃣ Bagaimana meyakinkan teman-teman di luar negeri yang sudah terlanjur menganggap bahwa Islam itu buruk?

Jawab:
Anda tidak perlu meyakinkan mereka mengenai hal ini. Tidak perlu juga untuk meyakinkan mengenai agama ini kepada mereka. Karena kebanyakan orang tidak suka jika ditekan.
Anda hanya perlu untuk menjadi teman yang baik bagi mereka dan memperlihatkan beauty of Islam melalui karakter dan akhlaq anda sebagai seorang muslim. Tunjukkan bagaimana Islam mengajarkan kita untuk memiliki akhlaq yang bagus. Kita juga harus pintar dalam mengenali karekter orang yang akan kita dakwahi tersebut. Islam juga mengajari kita mengenai banyak hal termasuk bagaimana adab-adab dalam berperilaku/menghadap/berakhlaq kepada non muslim.

7⃣ Bagaimana metode belajar Ust. Micky sehingga dalam waktu singkat sudah dapat menghafal Al Qur'an dan Hadits? Saya saja yang sedari lahir sudah Islam masih belum bisa juga.

Jawab:
Saat ini saya masih seorang pelajar dan sebenarnya saya bukanlah pelajar yang baik. Saya lambat dalam belajar. Pada kuliah yang terakhir, saya memerlukan waktu 9 tahan untuk lulus (dimana untuk pelajar-pelajar lain biasanya lebih singkat). Saya memulai 3 (tiga) tahun pertama untuk persiapan (belajar bahasa Arab, dll). Setelah itu saya mulai kuliah S1.
Dalam belajar, hal yang penting menurut saya adalah melakukan upaya terbaik anda. Selain itu, belajar juga membutuhkan passion. Sebelum saya memeluk Islam, saya bahkan tidak mengetahui sama sekali tentang huruf Arab. Kemudian saya belajar secara bertahap, mulai dari alif-ba-ta. Saya juag belajar mengenai grammar/tata bahasa Arab karena ketika di Arab saya tidak terlalu memahami bahasa Arab.

8⃣ Bagaimana rasanya setelah menjadi seorang muslim? Bagaimana menyikapi dan menghadapi ujian-ujian yang diberikan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji? (QS. Al-'Ankabut:2)

Jawab:
Ketika menjadi seorang muslim, biasanya akan memperoleh ujian dari Allah. Ada banyak ujian yang diberikan oleh Allah, dan ujian yang datang dari Allah tersebut adalah ujian yang paling penting. Ujian-ujian tersebut datang setiap waktu, diharapkan ataupun tidak. Maka sebagai seorang muslim, tugas kita adalah mempersiapkan diri untuk menerima dan menghadapinya. Karena ujian dari Allah akan datang terus menerus seumur hidup kita. Ujian yang paling sulit adalah ujian jihad, yaitu jihad melawan setan dimana kita harus menang darinya. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya, baik secara fisik maupun secara mental. Jihad melawan setan adalah jihad melawan nafsu diri sendiri dan ini merupakan jihad yang berat sekali karena kiat harus melawan diri sendiri agar selalu tunduk kepada Allah. Adapun jihad dalam bentuk membunuh sana sini adalah bentuk jihad yang salah. Jihad adalah bagaimana kita mampu menaklukkan diri kita sendiri (manaklukkan hawa nafsu kita).

Demikian dan jazakumullah khair kepada Ust Firanda dan saudara-saudara sekalian.

Ust. Firanda Andirja 
Demikian kisah singkat dari perjalanan hidayah Micky Sakata Lc, diawali dari tanpa agama, kemudian mengenal berbagai agama hingga akhirnya mengenal Islam.

Semoga Allah memudahan perjalan dakwah beliau, baik di Jepang atau dimanapun berada, dan semoga diteguhkan keimanannya dalam berdakwah.

Copas dari grup HAPIA (Abu Bilal juli D)

Share:

Kesederhanaan Haji Agus Salim

"Orang tua yang sangat pandai ini adalah seorang yang jenius. Ia mampu berbicara dan menulis secara sempurna sedikitnya dalam 9 bahasa. Kelemahannya hanya satu: selamanya ia hidup melarat dan miskin." (Prof. Schermerhon, ketua delegasi Belanda pada perundingan Linggarjati, dalam Het dagboek van Schermerhon).

Di dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang padat rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang besar. Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah dan kasur-kasur digulung di sudut lain ruang besar itu. Di sanalah tempat tidur H. Agus Salim bersama istri dan ketujuh anaknya.

Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela kebenaran"); lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.

H. Agus Salin bersama Sutan Sjahrir dan Ket DK PBB Faris el-Khouri 14/8/47
Dikontrakan yang lain, H. Agus Salim, kira-kira enam bulan sekali mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur. H. Agus Salim berpendapat bahwa dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, yang manusia sewaktu-waktu perlukan, tanpa pindah tempat atau rumah atau pergi istirahat di lain kota atau negeri. Begitulah seperti dikisahkan Mr. Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga tokoh Masyumi.

Kesederhanaannya yang luar biasa adalah ketika H. Agus Salim rela berjualan minyak tanah, sekadar memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa rasa malu ia menjualnya dengan cara mengecer, meski pada saat itu dia sudah pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan perwakilan tetap Indonesia di PBB. Bahkan saat ada acara di Yogyakarta, Agus Salim terpaksa membawa minyak tanah dan menjualnya disana. Hasil penjualan minyak tanah itu, lanjut Roem, dipergunakan untuk menutupi ongkos perjalanan Jakarta – Yogyakarta.

Anies Baswedan dalam 'Agus Salim: Kesederhanaan, Keteladanan yang Menggerakan' menyebutkan bahwa Agus Salim hidup sebagai Menteri dengan pola 'nomaden' atau pindah kontrakan ke kontrakan lain. Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali Agus Salim pindah rumah bersama keluarganya.

Pernah, pada salah satu kontrakkan, toiletnya rusak. Setiap Agus Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun menangis sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber. Zainatun Nahar istrinya, tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia muntah-muntah. Agus Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC dan ia sendiri yang membuang kotoran istrinya menggunakan pispot.

Kasman Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi, Ketua KNIP Pertama), dalam 'Hidup Itu Berjuang' mengutip perkataan mentornya yang paling terkenal; pada ceramahnya di hadapan Bung Karno, Bung Syahrir, dan Soeharto, H. Agus Salim mengatakan "Memimpin adalah menderita, bukan menumpuk harta."


Pada waktu salah satu anak Salim wafat ia bahkan tak punya uang untuk membeli kain kafan. Salim membungkus jenazah anaknya dengan taplak meja dan kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan baru. "Orang yang masih hidup lebih berhak memakai kain baru," kata Salim. "Untuk yang mati, cukuplah kain itu."

Dalam Buku 'Seratus Tahun Agus Salim' Kustiniyati Mochtar menulis, "Tak jarang mereka kekurangan uang belanja."

Lihatlah, bagaimana tak ada sumpah serapah pejabat meminta kenaikan jabatan, tunjangan rumah dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC, tunjangan dinas ke luar negeri untuk pelesiran, tunjangan kasur, tunjangan lobster dll.

Kita tentu rindu sosok seperti H. Agus Salim, bukan tentang melaratnya, tapi tentang ruang kesederhanaannya yang mengisi kekosongan nurani rakyat, sebuah keteladanan yang mulai memudar. (WA)

Share:

Sejarah Salawat Badar

Salawat Badar berisi pujian-pujian kepada Rasulullah saw dan Ahli Badar (para sahabat yang mati syahid sebagai pahlawan dalam Perang Badar). Bentuknya syair dan dinyanyikan dengan lagu yang khas.

Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya Karomah Para Kiai, Salawat Badar digubah oleh Kiai Ali Mansur, salah seorang cucu dari K.H. Muhammad Shiddiq, Jember pada 1960. Kiai Mansur saat itu menjabat kepala Kantor Kementerian Agama Banyuwangi, sekaligus menjadi ketua PCNU di tempat yang sama. Proses penciptaan salawat ini penuh dengan misteri dan teka-teki.

Konon pada suatu malam ia tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena terus-menerus memikirkan situasi politik yang semakin tidak menguntungkan NU. Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh kiai-kiai di pedesaan. Karena kiailah penghalang utama bagi terlaksananya rencana PKI di tempat itu.

Sambil merenung, Kiai Ali terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam bahasa Arab. Dia memang dikenal mahir membuat syair sejak masih belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri. Kegelisahan Ali berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya dia bermimpi didatangi para habib (=habaib) berjubah putih-hijau. Semakin mengherankannya lagi, karena pada saat yang sama istrinya bermimpi bertemu Rasulullah saw. Keesokan harinya mimpi itu ditanyakan pada Habib Hadi Al-Haddad Banyuwangi.

Habib Hadi menjawab, "Itu ahli Badar, ya akhi!" Ahli Badar artinya para pahlawan yang gugur di medan pertempuran ketika berlangsung Perang Badar.

Kedua mimpi aneh dan terjadi bersamaan itulah yang mendorong dirinya menulis syair, yang kemudian dikenal dengan Salawat Badar. Keheranan muncul lagi karena keesokan harinya banyak tetangga yang datang ke rumahnya sambil membawa beras, daging dan lain sebagainya, sebagaimana layaknya akan mendatangi orang yang akan punya hajat mantu. Mereka bercerita bahwa pada pagi-pagi buta pintu rumah mereka didatangi orang berjubah putih yang memberitahukan di rumah Kiai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Mereka meminta membantu. Maka mereka pun membantu sesuai dengan kemampuannya.

"Siapakah orang berjubah putih itu?"

Pertanyaan itu terus mengiang dalam benak Kiai Ali tanpa jawaban.

Malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk menyambut kedatangan tamu, yang mereka sendiri tidak tahu siapa, dari mana, dan untuk keperluan apa.

Menjelang matahari terbit, serombongan habib berjubah putih-hijau dipimpin Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi dari Kwitang, Jakarta, datang ke rumah Kiai Ali Mansur.

"Alhamdulillah …," ucap Kiai Ali ketika melihat rombongan yang datang adalah para habib yang sangat dihormati keluarganya.

Setelah berbincang basa-basi sebagai pengantar, membahas perkembangan PKI dan kondisi politik nasional yang tidak semakin menguntungkan, Habib Ali menanyakan topik lain yang tidak diduga oleh Kiai Ali.
"Ya akhi! Mana syair yang engkau buat kemarin ? Tolong ente bacakan dan lagukan di hadapan kami-kami ini!"

Tentu saja Kiai Ali terkejut, dari mana Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya semalam. Namun, ia memaklumi, mungkin itulah karomah yang diberikan Allah kepadanya. Sebab dalam dunia kewalian, pemandangan seperti itu bukanlah perkara yang aneh dan perlu di curigai.

Segera saja Kiai Ali mengambil kertas yang berisi Salawat Badar hasil gubahannya semalam, lalu melagukannya di hadapan mereka. Secara kebetulan Kiai Ali juga memiliki suara yang bagus. Di tengah alunan suara Salawat Badar itu para habib mendengarkannya dengan khusyuk. Tak lama kemudian mereka meneteskan air mata karena terharu dengan bait-bait syair Salawat Badar.

Selesai mendengarkan Salawat Badar yang dikumandangkan Kiai Ali Mansur, Habib Ali segera bangkit!

"Ya akhi! Mari kita lawan 'Genjer-genjer'-nya PKI itu dengan Salawat Badar!" serunya dengan nada suara mantap.

Setelah Habib Ali memimpin doa, rombongan itu memohon diri. Sejak saat itu, terkenallah Salawat Badar sebagai bacaaan warga NU. Untuk lebih mempopulerkan Salawat Badar, Habib Ali mengundang para habib dan ulama – termasuk Kiai Ali Mansur dan Kiai Ahmad Qusyairi, paman Kiai Ali Mansur – untuk datang ke Kwitang, Jakarta. Di forum istimewa itulah Salawat Badar dikumandangkan secara luas oleh Kiai Ali Mansur.

Sholatullah salamullah # 'Ala Thoha Rasulillah
Sholatullah salamullah # 'Ala Yasin Habibillah
Tawassalna bi bismillah # Wa bil Hadi Rasulillah
Wa kulli mujahidin lillah # Bi ahlil Badri ya Allah
....

( Akhmad Musta'in, dari WA)

Teks lengkap Shalawat Badar:

الصلوات البدريه
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

صلاة الله سلام الله ۰۞۰ علی طه رسول الله

sholâtullâh salâmullâh
'Alâ Thôhâ rosûlillâh

صلاة الله سلام الله ۰۞۰ علی یس حبيب الله

Sholâtullâh salâmullâh
'Alâ Yãsiin habîbillâh

توسلنا ببسم الله ۰۞۰ وبالهادی رسول الله

Tawassalnâ bibismillâh
Wa bilhâdî rosûlillâh

وکل مجاهد لله ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Wa kulli mujâhidi lillâh
Bi ahlil badri Yâ Allâh

إلهی سلم الأمة ۰۞۰ من الآفات والنقمه

Ilâhî sallimil ummah
Minal ãfâti wanniqmah

ومن هم ومن غمه ۰۞۰ بأهل البدر ياالله

Wa min hammin wa min ghummah
Bi ahlilbadri yâ Allâh

إلهی نجنا واکشف ۰۞۰ جميع اذية واصرف

Ilâhî najjinâ waksyif
Jamii'a adziyyatin washrif

مگائدالعدا والطف ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Makâ-idâl 'idâ walthuf
Bi ahlilbadri yâ Allâh

إلهی نفس الکرب ۰۞۰ من العاصين والعطبا

Ilâhî naffisil kurobâ
Minal 'âshîna wal 'athobâ

وکل بلية ووبا ۰۞۰ بأهل البدر ياالله

Wa kulli baliyyatin wawabâ
Bi ahlil badri Yâ Allâh

فگم من رحمة حصلت ۰۞۰ وگم من ذلت فصلت

Fakam min rohmatin hasholat
Wa kam min dzillatin fasholat

وگم من نعمة وصلت ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Wakam min ni'matin washolat
Bi ahlil badri yâ Allâh

وگم أغنيت ذالعمر ۰۞۰ وگم أوليت ذالفقر

Wa kam aghnaita dzal'umri
Wa kam awlaita dzal faqri

وگم عافيت ذالوزر ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Wa kam 'âfaita dzal wizri
Bi ahlil badri yâ Allâh

لقد ضاقت علی القلب ۰۞۰ جميع الأرض مع رحب

Laqod dlôqot 'alâl qolbi
Jamî'ul ardli ma' rohbin

فأنج من البلا الصعب ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Fa-anji minal balâsh-sho'bi
Bi ahlil badri yâ Allâh

أتيناطالبی الرفق ۰۞۰ وجل الخير والسعد

Atainâ thôlibir-rifqi
Wa jullil khoiri wassa'di

فوسع منحة الأيدی ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Fawassi' minhatal aidî
Bi ahlil badri yâ Allâh

فلا تردد مع الخيبة ۰۞۰ بل اجعلنا علی الظيبه

Falâ tardud ma'al khoibah
Balij'alnâ 'alâdh-dhoibah

أياذاالعز والهيبه ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Ayâ dzal 'izzi wal haibah
Bi ahlil badri yâ Allâh

وإن تردد فمن نأ تی ۰۞۰ بنيل جميع حاجاتی

Wa in tardud faman na.tî
Binaili jamî'i hâjâtî

أياجالی الملمات ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Ayâ jâlîl mulimmâti
Bi ahlil badri yâ Allâh

إلهی اغفر وأکرمنا ۰۞۰ بنيل مطالب منا

Ilâhî-ghfir wa akrimnâ
Binaili mathôlibin minnâ

ودفع مساءة عنا ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Wa daf'i masâ-atin 'annâ
Bi ahlil badri yâ Allâh

إلهی أنت ذولطف ۰۞۰ وذوفضل وذو عطف

Ilâhî anta dzû luthfi
Wa dzû fadl-lin wa dzû 'athfi

وگم من کربة تنفی ۰۞۰ بأهل البدر ياألله

Wa kam min kurbatin tanfî
Bi ahlil badri yâ Allâh

وصل علی النبی البر ۰۞۰ بلا عد ولاحصر

Wa sholli 'alân-nabîl barri
Bilâ 'addin wa lâ hashri

وآل سادة غر ۰۞۰ بأهل البدر ياالله

Wa ãlin sâdatin ghurrin
Bi ahlil badri yâ Allâh

******

Share: