Cara Membaca Seluruh Hadits Nabi dalam Setahun

Oleh Ahmadie Thaha
Pesantren Tadabbur al-Qur'an

Resensi Kitab
Judul: Ma'alim al-Sunnah al-Nabawiyyah (معالم السنة النبوية)
Penulis: Shalih Ahmad as-Syami (صالح أحمد الشامي)
Edisi: Kedua, 1436 H - 2015 M
Sumber: Al-Shamilah al-Dzahabiyyah

Pernahkah Anda mempertimbangkan untuk membaca semua hadits Nabi yang shahih, meskipun hanya sekali dalam seumur hidup Anda? Ataukah Anda sebut itu mustahil, karena jumlahnya terlalu banyak, lebih 114 ribu hadits?

Tak diragukan lagi, penyebaran hadis-hadis shahih dan ketersebarannya di berbagai kitab besar membuat kita merasa ragu untuk melibatkan diri dalam proyek bacaan ini, karena tampak sangat sulit bagi kita. Sekali lagi, jumlahnya terlalu banyak.

Namun, puji bagi Allah, seorang ulama telah meluncurkan proyek besar untuk mempermudah akses terhadap Sunnah Nabi. Dia mendedikasikan hidupnya selama dua puluh tahun untuk merampungkan tugas yang tampak mustahil ini.

Dialah Syeikh Shalih bin Ahmad as-Syami, semoga Allah memberinya kebaikan dan memberkahi usahanya. Dia telah meringkas 14 kitab hadits rujukan utama, sehingga jumlah hadits di semua kitab itu yang semula 114.194 diringkasnya menjadi 3.921 hadits.

Caranya, dengan metologi yang diakui para ulama, dia menghapuskan hadits-hadits yang berulang (secara terminologis). Ini merujuk kepada hadits-hadits yang disampaikan oleh para sahabat dan berulang di berbagai kitab. Dia memutuskan untuk menghapus repetisi ini.

Sebagai contoh, hadits Umar bin Khattab ra "إنما الأعمال بالنيات" yang diriwayatkan oleh al-Bukhari sebanyak tujuh kali di beberapa tempat dalam koleksi Shahihnya, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban. Karena itu, as-Syami mencantumkan hadits ini hanya satu kali terkait para sahabat ini, dan dia menghapus repetisinya.

Dengan cara demikian, Syeikh as-Syami berhasil menyusutkan jumlah hadits yang dimuat dalam ke-14 kitab dari 114.194 hadits menjadi hanya 28.430 hadits. Artinya, kurang dari seperempatnya.

Tak puas dengan itu, dia kemudian melakukan pemeriksaan ulang. Kali ini, dia menghapuskan repetisi hadits yang memang benar-benar berulang, bukan hanya dalam arti terminogis (istilahi). 

Misalnya, hadits tentang "الحرب خدعة" yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan juga oleh Ibnu Abbas, Ka'ab bin Malik, dan Aisyah ra. Hadits-hadits demikian cukup disebutkannya satu kali, dan versi lainnya dihapuskan. Hal yang sama berlaku untuk hadits-hadits yang berulang dalam maknamya atau yang kontennya serupa.

Karena itu, jumlah hadits yang telah disusutkannya tadi kembali berkurang menjadi 3.921 hadits saja. Bayangkan, hampir seluruh Sunnah Nabi Saw dapat diakomodasi dalam kurang dari 4.000 hadits.

Ini usaha luar biasa dan mendorong kita untuk membaca seluruh hadits, karena terdapat kemungkinan kita menyelesaikannya dalam waktu singkat. Anda dapat memperoleh kitab ringkasan hadits ini dengan judul buku "Ma'alim al-Sunnah al-Nabawiyyah."

Selain tersedia dalam format cetakan, ia juga dapat Anda baca secara online. Anda dapat membuat jadwal membacanya bersama keluarga tidak lebih dari 11 hadits setiap hari sehingga Anda dapat menyelesaikan pembacaan seluruh hadis dalam setahun. Anda pun bisa berkumpul dengan keluarga dalam kebaikan dan beroleh berkah bersama.

Karya luar biasa ini merangkum hadits dari 14 kitab Muwattha' Malik, Musnad Ahmad, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Jami' al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, Sunan al-Darimi, Al-Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi, Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban, Mustadrak al-Hakim, Al-Ahadits al-Mukhtarah karya al-Maqdisi.

Sebagaimana kita tahu, ke-14 kitab ini meerupakan kumpulan hadis paling penting dan utama dalam Sunnah. Semua diakui mutu dan kesahihah haditsnya oleh para ulama di atas koleksi lainnya, dan dihargai sebagai karya paling penting. 

Ke-14 kitab hampir tidak meninggalkan satu pun hadits yang shahih. Semua haditsnya diakui valid berasal dari Nabi Saw. Siapa pun yang telah membaca keseluruhannya dipastikan mengetahui sebagian besar, bahkan keseluruhan Sunnah Nabi.

Penulis as-Syami juga mengemukakan di pengantar karya ini bahwa metodologinya dalam mengklasifikasikan keabsahan hadits ini didasarkan panduan dari para ulama ilmu hadis terkemuka. Di antaranya al-Bayhaqi, al-Dzahabi, Shu'ayb al-Arnaut, Abdul Qadir al-Arnaut, Husain Salim Assad, Muhammad Mustafa al-A'zami, dan Abdul Malik bin Dahis.

Nabi Muhammad Saw pernah bersabda:
"Aku diberi al-Qur'an dan (hadits) yang semisal dengannya bersama." Kini Anda tak perlu ragu lagi untuk dapat selesai membaca keseluruhan hadits Nabi melalui kitab Ma'alim al-Sunnah al-Nabawiyyah karya Syeikh as-Syami.

(Komuter Bgr-Jkt 19082023)
Share:

Sebanyak 6,5 Penduduk Indonesia Kekurangan Gizi

Catatan KH. Ahmadie Thaha
Pesantren Tadabbur al-Qur'an

Bayangkan, sebanyak 6,5 persen dari penduduk Indonesia kekurangan gizi. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) periode 2019-2021, Indonesia menempati urutan pertama dari negara-negara di Asia Tenggara yang penduduknya kekurangan gizi. 

Data FAO yang dikutip Databoks menunjukkan, sebanyak 17,7 juta warga Indonesia dari 270 juta penduduknya hidup dalam kekurangan gizi. Di bawahnya, warga Thailand yang kekurangan gizi sebanyak 6,2 juta, Filipina 5,7 juta, Vietnam 5,6 juta, Myanmar 1,7 juta, dan Kamboja 1 juta.

Lantas, apa yang dimaksud kekurangan gizi? Apa kriterianya? Mengapa Indonesia yang begitu makmur, kaya raya dan tanahnya subur secara geografis, di mana tongkat dan batu konon bisa tumbuh jadi tanaman, tapi rakyatnya ternyata masih kekurangan gizi? 

Di bawah ini, saya dapat membantu menjelaskan konsep "kekurangan gizi" dan mengapa kondisi ini dapat terjadi di negara yang kaya seperti Indonesia, serta uraian singkat wawasan tentang solusi mengatasinya.

Kekurangan Gizi: Apa itu dan Kriterianya

Kekurangan gizi, juga dikenal sebagai malnutrisi, terjadi ketika tubuh tidak menerima nutrisi yang cukup untuk menjaga kesehatan dan fungsi normalnya. Nutrisi yang penting untuk tubuh meliputi protein, vitamin, mineral, karbohidrat, dan lemak. 

Kekurangan gizi dapat berdampak buruk pada pertumbuhan, perkembangan mental, daya tahan tubuh, dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Termasuk di dalamnya tubuh mengalami kelemahan, anemia, gangguan sistem kekebalan. 

Pada anak-anak, kekurangan gizi dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Dikelas sering ngantuk. Bahkan secara ekstrem kekurangan gizi bisa menyebabkan kematian.

Kriteria kekurangan gizi melibatkan beberapa faktor, seperti berat badan kurang dari yang seharusnya (gizi kurang), defisiensi nutrisi spesifik, seperti kekurangan vitamin atau mineral tertentu (gizi mikronutrien), dan kurangnya asupan kalori yang mencukupi (gizi energi). 

Mengapa Kekurangan Gizi Terjadi di Indonesia?

Meskipun Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya dan pertumbuhan ekonomi yang konon pesat, faktor-faktor berikut dapat berkontribusi pada kekurangan gizi:

Ketidakmerataan Distribusi Kekayaan: Kekurangan gizi sering kali terkait dengan ketidakmerataan distribusi kekayaan dan akses terhadap makanan. Kekayaan yang disebut angkanya besar hanya dikuasai segelintir orang. 

Meskipun negara mungkin memiliki produksi pertanian yang besar, akses ke makanan yang sehat dan bergizi mungkin tidak merata di seluruh lapisan masyarakat. Rakyat enggan menanam dan bertani karena selalu merugi.

Kurangnya Pengetahuan Gizi: Pendidikan tentang gizi dan pola makan yang sehat penting untuk mencegah kekurangan gizi. Di banyak wilayah, warga belum memperoleh pengetahuan tentang pentingnya variasi makanan dan keseimbangan nutrisi. Di sekolah-sekolah, guru tak pernah mengajarkan soal gizi dengan baik kepada murid mereka, juga tak pernah mempraktekkan asupan gizi yang standar dan benar bagi diri dan keluarga mereka.

Kondisi Sosial dan Ekonomi: Masih banyak keluarga tidak memiliki dukungan ekonomi memadai, sehingga membatasi akses mereka terhadap makanan bergizi. Kekurangan gizi dapat lebih umum terjadi di daerah pedesaan atau dalam kelompok ekonomi lemah. Orang kota mungkin memiliki cukup dukungan ekonomi, tapi menghamburkan uang untuk membeli makanan tidak bergizi.

Pola Makan yang Tidak Seimbang: Pola makan yang didominasi oleh makanan berkalori tinggi namun rendah nutrisi, serta kurangnya konsumsi buah, sayuran, dan makanan bergizi lainnya, dapat menyebabkan kekurangan gizi. Ini terjadi di masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Makanan kemasan dengan kalori tinggi namun rendah nutrisi dijual hingga pelosok desa.

Solusi untuk Mengatasi Kekurangan Gizi

Dalam upaya memerangi kekurangan gizi, diperlukan pendekatan solutif komprehensif yang melibatkan pendidikan gizi, perbaikan distribusi makanan, akses terhadap layanan kesehatan, dan upaya ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan.

1. Pendidikan Gizi: Penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi yang seimbang. Kampanye edukasi dapat dilakukan melalui media massa, sekolah, pusat kesehatan, dan kelompok-kelompok masyarakat. Orang-orang perlu memahami nilai gizi berbagai jenis makanan dan cara mengolahnya agar tetap bergizi.

2. Program Bantuan Gizi: Pemerintah dapat mengimplementasikan program bantuan gizi khusus untuk kelompok yang paling rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Program ini dapat memberikan suplemen makanan atau sumber daya untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan nutrisi harian.

3. Pemberdayaan Ekonomi: Meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di daerah yang terdampak, adalah langkah penting. Program yang mendukung pelatihan kerja, kewirausahaan, serta akses ke pasar dan sumber daya ekonomi akan membantu keluarga untuk memperbaiki kondisi gizi mereka.

4. Peningkatan Produksi Pertanian: Mendukung petani lokal dan pengembangan pertanian adalah langkah vital. Ini dapat mencakup pelatihan teknik pertanian yang lebih baik, akses ke bahan baku, dan bantuan untuk meningkatkan produktivitas.

5. Akses ke Layanan Kesehatan: Fasilitas kesehatan yang terjangkau dan berkualitas harus tersedia di seluruh wilayah. Ini termasuk layanan perawatan kesehatan, imunisasi, dan perawatan ibu dan anak.

6. Pengendalian Harga Pangan: Pemerintah dapat menerapkan kebijakan untuk mengendalikan harga pangan, terutama bahan makanan pokok, sehingga masyarakat dapat mengakses makanan bergizi tanpa harus membayar mahal.

7. Pengawasan dan Evaluasi: Program-program ini harus terus diawasi dan dievaluasi secara berkala. Data mengenai kekurangan gizi harus terus dikumpulkan dan dianalisis untuk memastikan bahwa program-program tersebut berdampak positif.

8. Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program gizi sangat penting. Keterlibatan ini akan memastikan bahwa solusi yang diadopsi sesuai dengan kebutuhan dan budaya setempat.

Dengan menggabungkan upaya dari berbagai pihak -- pemerintah, masyarakat, lembaga swasta, dan organisasi internasional -- kita dapat mengatasi masalah kekurangan gizi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di negara seperti Indonesia yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan sumber daya alam.
Share:

Pustaka Golden Shamela Memuat Teks 34 Ribu Kitab

Ahmadie Thaha
Pesantren Tadabbur al-Qur'an

Barangkali ini perpustakaan kitab terbesar yang tersedia di Internet. Kelebihannya, semua kitab di perpustakaan online goldenshamela.com ini tersedia dalam bentuk teks Bahasa Arab. Semua teksnya sudah divalidasi kesahihannya.

Tak hanya dapat dibaca online, setiap kitab bisa didownload dalam format Epub. Jadi, kita dapat membaca kitab tertentu secara offline. Untuk membuka dan membacanya, kita tentu harus punya aplikasi ebook reader yang dapat membaca file berformat epub.

Halaman depan website perpustakaan ini langsung mengantarkan kita ke form penelurusan, dengan beberapa pilihan seperti judul kitab atau kontennya. Pihak pengelola Golden Shamela mohon doa dari kita, agar perpustakaan ini kelak memiliki kemampuan kecerdasan buatan (AI) dalam fasilitas penelurusannya sebagaimana dimiliki Google.

هل تريد البحث في أكبر مكتبة نصية علمية عربية على الإطلاق ؟ 

هل تريد البحث في قلب 34 ألف كتاب بضغطة زر واحدة ؟                                                                                         

 تفضل  هنا  https://goldenshamela.com


مالفرق بين البحث في المكتبة الشاملة الذهبية وغوغل ؟ 

في المكتبة الشاملة الذهبية يتم البحث في داخل نصوص الكتب ( 34500كتاب )وهذا غير متوفر على غوغل حيث أن غوغل يبحث لك في أسماء كتب الpdf فقط لأن أغلب الكتب على شبكة الأنترنت هي كتب مصورة وليست نصية !

الذي يميز غوغل على المكتبة الشاملة الذهبية هو البحث الذكي 

 ماهو البحث الذكي ؟

يعمل البحث الذكي على فهم نية الباحث  ويساعده على العثور على ما يبحث عنه بدقة أكبر من البحث العادي بكثير من خلال معالجة اللغة الطبيعية (NLP) بالذكاء الاصطناعي فهو يبحث لك عن معنى الجملة المدخلة ولا يتقيد حرفياً بها ويفهم ما تريده بصورة أدق ومتوافقة مع رغباتك وبشكل أفضل من البحث التقليدي بمراحل كبيرة مثلا لو بحثت عن :
(حديث عائشة رَضي اللَّه عنها عن عبادته في العشر ﷺ)
فسيظهر لك النتيجة التالية :
(كَانَ رسولُ اللَّه ﷺ إذَا دَخَلَ الْعشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأيْقَظَ أهْلهْ، وجدَّ وشَدَّ المِئْزَرَ) فسيفهم عليك محرك البحث نيتك ومقصدك وسيظهر لك نفس الحديث مع أن كلمات البحث مختلفة تماماً !

فلو استطعنا بحول الله وقوته أن ننشئ محرك بحث ذكي يبحث داخل كتب المكتبة الشاملة الذهبية فنكون جمعنا بين الحسنيين ( قوة وذكاء محرك البحث + البحث داخل عشرات الآلاف من الكتب الشرعية )  نسأل الله أن يسر لنا ذلك إنه على ذلك قدير , الرجاء إعادة توجيه المنشور لتعميم الفائدة 🌹
Share:

Cara Para Sahabat Menghafal al-Quran

KH. Ahmadie Thaha
(Pimpinan Pesantren Tadabbur al-Qur'an)

Tahukah Anda bagaimana cara para sahabat menghafal al-Qur'an? Ternyata, mereka menghafal al-Qur'an secara pelan-pelan, tidak terburu-buru. Dalam sekali waktu, mereka cukup menghafal  sepuluh ayat, kemudian mentadabburi ayat-ayat yang sedang mereka hafal ini dengan memahami maknanya, dan selanjutnya mereka langsung mengajarkannya kepada orang lain. Baru setelah itu mereka pindah menghafal ayat-ayat berikutnya.

Mereka menekankan tadabbur al-Qur'an bersama hafalan karena tadabbur merupakan perintah Allah Swt yang ditegaskan di empat ayat, yaitu dalam surah an-Nisâ' [4]: 82, al-Mu'minûn [23]: 68, Shâd [38]: 29 dan Muhammad [47]: 24. Dua ayat di antaranya bernada ancaman keras dan teguran bagi mereka yang tidak mau mentadabburinya, dengan disebut "hati mereka sudah terkunci".

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا
Maka tidakkah mereka mentadabburi al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci? (Qs. Muhammad [47]: 24)

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Maka apakah mereka tidak mentadabburi al-Qur'an? Jika al-Qur'an itu berasal dari selain Allah, tentulah mereka mendapatkan banyak pertentangan di dalamnya. (Qs. an-Nisa [4]: 82)

Ibnu Taymiyyah, seorang pembaharu muslim yang sangat prolifik dalam berkarya, menegaskan dalam pendahuluan kitabnya Ushul fi al-Tafsir bahwa, "tidak mungkin mendatabburi al-Quran tanpa memahami makna-maknanya."

Untuk menjelaskan pernyataan Ibnu Taymiyyah ini, Ihsan bin Muhammad bin Ayisy al-'Utaibi dalam kitab 50 Faedah wa Qa'idah menyebut riwayat bahwa Ibnu Umar membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghafal surah al-Baqarah. Sahabat yang dikenal sebagai ahlul Qur'an ini tak mau menghafal al-Qur'an begitu saja, tapi mewajibkan diri mentadabburi ayat-ayatnya bersama hafalannya.

Sikap demikian dilakukan bukan hanya oleh Ibnu Umar yang sangat rajin menghafal al-Qur'an, tapi juga oleh para sahabat yang lain. Misalnya, Abu Bakar As-Siddiq. Sahabat Nabi yang pertama kali menjadi khalifah ini juga dikenal sebagai salah seorang sahabat yang menghafal al-Qur'an dengan dibarengi pemahaman yang sangat baik atasnya.

Begitu pula Umar bin Khattab, khalifah kedua ini juga terkenal dengan hafalannya dan pemahamannya yang mendalam tentang al-Qur'an. Dia sering kali mengutip ayat-ayat al-Quran dalam pidato dan nasihatnya saat memerintah. Hal sama dilakukan Uthman bin Affan. Khalifah ketiga ini juga merupakan sahabat yang hafal al-Qur'an secara penuh dan memahaminya dengan baik.

Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat dan sepupu Nabi Muhammad Saw, juga dikenal sebagai sahabat yang menghafal dan memahami al-Qur'an secara mendalam. Dan Abdullah bin Mas'ud termasuk sahabat terkemuka dan ahli dalam ilmu al-Qur'an. Dialah sahabat yang paling awal menghafal al-Qur'an dan mendapat pujian langsung dari Nabi atas pemahamannya tentang al-Qur'an.

Abdullah bin Abbas, sepupu Nabi Muhammad Saw dari pihak ibu, merupakan sahabat yang juga dikenal dengan pemahamannya yang mendalam tentang al-Qur'an. Nabi Muhammad SAW berdoa untuknya agar diberi pemahaman tentang agama dan al-Qur'an. Terakhir, Aisyah binti Abi Bakar, istri Nabi sendiri, juga seorang sahabat yang hafal al-Qur'an dengan baik dan sering memberikan pemahaman tentang ayat-ayat al-Qur'an.

Itu hanya beberapa contoh dari banyak sahabat Nabi yang memiliki hafalan, yang didasari tadabbur dan pemahaman yang mendalam tentang al-Qur'an. Mereka adalah teladan bagi umat Islam dalam menghargai, mendalami, dan mengamalkan ajaran-ajaran kitab suci al-Quran.

Menurut Ihsan, para sahabat umumnya menghafal tidak lebih dari sepuluh ayat dalam suatu waktu, dan baru mau pindah menghafal ayat-ayat berikutnya setelah mempelajarinya dan juga setelah mengajarkannya.

Ada yang memaknai praktek para sahabat ini, bahwa hafalan sepuluh ayat itu bisa dilakukan sebagai target hafalan harian. Jika ini dilakukan, maka kita akan memerlukan waktu 1 tahun 8 bulan untuk menghafal seluruh al-Qur'an. Kita tahu, al-Qur'an terdiri dari 114 surah dan sekitar 6.236 ayat. Ini berarti, waktu yang dibutuhkan untuk menghafal seluruh al-Quran: 6.236 ayat/10 ayat/hari = 623,6 hari.

Tentu perlu kita ingat, proses menghafal al-Qur'an bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Beberapa orang mungkin dapat menghafal lebih cepat, sementara yang lain mungkin memerlukan waktu lebih lama. Konsistensi, kesabaran, dan tekad adalah kunci penting dalam menghafal al-Quran dengan baik.

Yang pasti, praktek para sahabat tersebut menunjukkan, mereka menghafal al-Quran dengan tertib, penuh disiplin, untuk memastikan setiap ayat dikuasai sebelum melanjutkan ke bagian ayat-ayat berikutnya. Mereka memahami bahwa mendapatkan tadabbur dan pemahaman yang benar itu lebih penting dari sekedar menghafal secara cepat.

Para sahabat Nabi menjadi contoh teladan dalam proses menghafal al-Qur'an. Mereka tidak terburu-buru untuk menyelesaikan hafalan dengan cepat, melainkan menghafalnya secara bertahap dan tertib. Pendekatan para sahabat menghafal hanya sepuluh ayat pada suatu waktu, patut kita teladani untuk memastikan kualitas hafalan dan untuk menghindari kesalahan dalam mengulanginya.

Menghafal al-Qur'an tidak hanya sekadar menghafal huruf dan bunyi, tetapi juga memahami makna-maknanya. Para sahabat belajar dengan seksama makna setiap ayat yang mereka hafal. Mereka merenungkan pesan-pesan yang dikandung dalam ayat-ayat tersebut, sehingga hafalan mereka menjadi berarti dan mendalam. Pendekatan ini membantu mereka membangun hubungan yang kuat dengan teks suci dan memahami pesan-pesan Allah dengan lebih baik. Mereka sangat memahami makna-makna ayat al-Qur'an yang mereka hafal.

Bahkan tak hanya menghafal dan memahami, mereka juga mengajarkan ilmu yang telah mereka pahami itu. Para sahabat menerima pesan dari Rasulullah Saw bahwa menghafal tak boleh hanya untuk diri sendiri, tapi juga harus dibagikan ilmu yang didapatnya kepada orang lain. Setelah menguasai sepuluh ayat dengan baik, mereka mengajarkannya kepada orang lain dengan penuh pemahaman.

Pendekatan ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang berkelanjutan, di mana ilmu dan pemahaman tentang al-Qur'an dapat tersebar dengan lebih luas di kalangan umat Islam. Para sahabat mengerti bahwa mendalami makna al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain akan memberikan pahala yang lebih besar. Sebuah hadits Nabi Saw menyebutkan, "Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar al-Qur'an dan yang mengajarkannya."

Menghafal al-Quran secara perlahan membantu para sahabat untuk menjaga kualitas hafalan mereka. Mereka berusaha untuk benar-benar menghayati dan mengingat setiap kata dengan baik, sehingga menghindari kesalahan dalam mengulanginya. Konsistensi dalam menghafal dan memahami al-Quran juga membantu mereka meresapi nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ayat. Selanjutnya, mereka dapat mengimplementasikan ajaran-ajaran al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih baik. Ini membuat hafalan mereka menjadi semakin lebih berarti dan bermanfaat.

Menghafal al-Quran adalah proses yang memerlukan kesabaran, pemahaman, kedisiplinan dan ketertiban. Para sahabat Nabi telah memberikan teladan yang luar biasa dalam pendekatan mereka yang santai dan penuh penghayatan dan tadabburi terhadap al-Qur'an. Menghafal hanya sepuluh ayat pada satu waktu, mentadabburi dengan memahami makna-maknanya, serta mengajarkannya kepada orang lain, menjadi praktik yang menginspirasi. Dengan mengikuti jejak para sahabat, kita dapat lebih menghargai dan mendekati al-Qur'an dengan rasa takjub dan ketaatan yang lebih dalam. (ahmadie thaha 04/08/2023)


Share: