25 Kekeliruan Umat Islam

25 kekeliruan politik umat Islam yang merupakan bahan renungan ilmuwan muda muslim Eep Saifullah Fatah. Di dalam 25 pendapat Eep tersebut dikemukakan sikap umat Islam yang patut dikoreksi adalah:

1. Senang membuat kerumunan, tapi tidak rajin menggalang barisan.

2. Suka marah, tidak suka melakukan perlawanan.

3. Reaktif, bukan proaktif.

4. Suka terpesona oleh keaktoran, bukan oleh wacana atau isme yang diproduksi atau dimiliki sang aktor.

5. Sibuk berurusan dengan kulit, tidak peka mengurusi isi.

6. Gemar membuat organisasi kurang mampu membuat jaringan.

7. Cenderung memahami segala sesuatu secara simplistis, kurang suka dengan kerumitan kecanggihan padahal inilah adanya segala sesuatu itu.

8. Umat Islam sering berpikir linear tentang sejarah dengan rumus dealektika atau sinergi.

9. Enggan melihat diri sendiri sebagai tumpuan perubahan, sebaliknya cenderung berharap perubahan dari atas atau para pemimpin.

10. Senang membuat program, kurang mampu membuat agenda.

11. Cenderung memahami dan menjalani segala sesuatu secara parsial, tidak secara integral atau kaffah.

12. Senang bergumul dengan soal-soal jangka pendek, kurang telaten mengurusi agenda jangka panjang.

13. Terus menerus menyerang "musuh" di markas besarnya, abai pada prioritas pertama "menyerang musuh" pada gudang amunisinya.

14. Kerap menjadikan politik sebagai tujuan bukan politik sebagai alat.

15. Senang mengandalkan massa abai pada fakta bahwa perubahan besar dalam sejarah selalu digarap pertama-tama oleh creative minority (ironisnya, ini justru secara spektakuler dicontohkan Nabi Muhammad SAW beserta lingkaran kecil di Mekah dan Madinah).

16. Umat Islam senang berpikir memakmurkan masjid, kurang giat dan serius bagaimana memakmurkan jamaah masjid.

17. Senang menghapalkan tujuan sambil mengabaikan pentingnya metode, tidak berusaha memahami dengan baik tujuan itu sambil terus mengasah metode.

18. Senang merebut masa depan dengan meninggalkan hari ini atau merebut hari ini tanpa kerangka masa depan, bukannya merebut masa depan dengan mencoba merebut hari ini.

19. Sangat pandai membongkar dan membongkar, kurang pandai membongkar-pasang.

20. Sangat cepat dan gegabah merumuskan musuh baru (dan lama) sangat lamban dan enggan merangkul kawan baru.

21. Gegap gempita di wilayah ritual, senyap di wilayah politik dan sosial.

22. Selalu ingin cepat meraih hasil, melupakan keharusan untuk bersabar.

23. Senang menawarkan program revolusioner tapi abai membangun infrastruktur revolusi.

24. Selalu berusaha membuat politik sebagai hitam putih, bukannya penuh warna tak hingga.

25. Sangat pandai melihat kesalahan pada orang lain, kurang suka melakukan instrospeksi.

Wallahu A'lam

Share:

Batasan Mencintai Orang Yahudi dan Nasrani

Imam Badiuzzaman Said Nursi, dalam kitabnya al-Maktubat di bab "Munadharat" (Diskusi), ditanya ​tentang ayat al-Qur'an yang melarang kita menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai wakil atau pemimpin kita:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu). (Qs. al-Ma'idah [5]: 51) 

Apa makna ayat ini. Bagaimana saran Said Nursi bagi kita, bolehkah kita menjalin ikatan persahabatan dengan Yahudi dan Nasrani. Jika boleh, bagaimana?

Atas pertanyaan ini, Said Nursi memberi jawaban yang kiranya dapat kita terima sebagai solusi hidup bermasyarakat. Berikut jawaban lengkapnya:

Dalil hendaknya dibuat dengan petunjuk yang qath'i, sebagaimana dalil juga harus dibuat dengan nash yang qath'i. Namun ada sejumlah ruang untuk berbagai penakwilan dan kemungkinan, karena larangan al-Qur'an tidak bersifat umum, tapi mutlak, dan dalil mutlak bisa dibatasi. Zaman adalah penafsir agung. Ketika zaman telah memperlihatkan batasan atas kemutlakan suatu larangan, berarti tidak bisa ditentang. Ini yang pertama.

Selanjutnya, ketika hukum didasarkan pada suatu sumber, berarti sebab hukum inilah yang mengisyaratkan pada tempat diambilnya sumber tersebut. Dengan demikian, larangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah karena kapasitas mereka sebagai Yahudi dan Nasrani.

Berikutnya, seseorang tidak dicintai berdasarkan esensi orang tersebut, tapi karena sifat atau perbuatannya. Seperti halnya tidak semua sifat orang muslim bersifat Islami, demikian juga tidak semua sifat dan perbuatan orang kafir bersifat kafir.

Karena itu, mengapa tidak boleh menilai sifat atau perbuatan Yahudi dan Nasrani sebagai sifat atau perbuatan yang bersifat Islami?! Jika Anda mempunyai istri dari Ahli Kitab, Anda pasti mencintainya!

Yang kedua, revolusi agama yang agung terjadi di Era Kebahagiaan, hingga mengubah seluruh akal fikiran menjadi titik agama. Semua orang menyatukan cinta dan permusuhan di titik itu, setelah itu mereka mencintai atau memusuhi. Tidak heran jika tercium aroma kemunafikan di balik cinta terhadap kalangan nonmuslim. 

Namun, revolusi yang terjadi di dunia saat ini bersifat peradaban dan keduniaan yang aneh. Revolusi ini menguasai seluruh akal fikiran. Peradaban menjadi titik kemajuan dan ukuran dunia. Sebagian besar orang pada hakekatnya tidak menjalankan agama mereka seperti ini. Berdasarkan hal tersebut, ikatan persahabatan kita dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani bersumber dari peradaban dan kemajuan mereka, juga untuk menjaga rasa aman yang menjadi asas seluruh kebahagiaan dunia. Ikatan persahabatan seperti ini jelas tidak termasuk dalam larangan al-Qur'an di atas.

Share:

Kisah tentang Ban

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil merek a. "Mengapa ayah mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya?" tanya si bocah dengan penasaran.

Sang ayah tersenyum. "Sini, nak, kau lihat dan perhatikan. Ada enam hal tentang ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita," katanya sambil menyuruh sang bocah duduk di dekatnya. "Belajar dari ban?"

Mata sang anak membelalak. "Lebih pintar mana ban ini daripada bu guru di sekolah?"

Sang ayah tertawa. "Gurumu tentu pintar, Nak. Tapi perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya. Pertama, ban selalu konsisten bentuknya. Bundar. Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang yang kita naiki untuk mengunjungi kakek-nenekmu. Ban tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat."

Si bocah mulai serius. "Benar juga ya, Yah. Terus yang kedua?"

"Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat. Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan. Saat melewati aspal panas, dia juga yang merasakan. Ketika ada banjir, ban juga yang harus mengalami langsung. Bahkan ketika ada kotoran hewan atau bangkai hewan di jalan yang tidak dilihat si pengemudi, siapa yang pertama kali merasakannya?" tanya sang ayah.

"Aku tahu, pasti ban ya, Yah?" jawab sang bocah antusias.

"Benar sekali. Yang ketiga, ban selalu menanggung beban terberat. Baik ketika mobil sedang diam, apalagi sedang berjalan. Baik ketika mobil sedang kosong, apalagi saat penuh penumpang dan barang. Coba kau ingat," ujar sang ayah. Si bocah mengangguk.

"Yang keempat, ban tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Ban selalu senang bekerja sama. Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat. Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya? Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?"

"Wow, benar juga Yah," puji sang bocah sambil menggeser duduknya lebih dekat kepada sang ayah.

"Nah, sifat kelima ban adalah, meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri. Dia biarkan orang-orang memuji bagian mobil lainnya, bukan dirinya."
"Maksud ayah apa?" tanya si bocah bingung.
"Kamu ingat waktu kita ke pameran mobil bulan lalu?" tanya sang ayah disambut anggukan sang bocah.

"Ingat dong, Yah, kita masuk ke beberapa mobil kan?"

"Persis," jawab sang ayah. "Biasanya di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll. Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban. Padahal semua kemewahan mobil, keindahan mobil, kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor."

"Wah, iya ya, Yah, aku sendiri selalu lebih suka memperhatikan kursi mobil untuk tempat mainanku."

Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas. "Yang keenam tentang ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana. Kita tak akan pernah sampai ke tujuan."

Sang anak mengangguk-angguk.

Sang ayah menuntaskan penjelasannya, "Jadi saat kau besar kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, menghadapi lumpur, aspal panas, banjir, atau tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada. Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita."

Share:

Door Duisternis Tot Licht (Min al-Dhulumat ila al-Nur)

Raden Ajeng Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Al-Qur'an. Ketika mengikuti pengajian Kiai Soleh Darat di pendopo Kabupaten Demak yang bupatinya adalah pamannya sendiri, RA Kartini sangat tertarik dengan Kiai Soleh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah.

RA Kartini lantas meminta romo gurunya itu agar al-Qur'an diterjemahkan. Karena menurutnya tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya. Pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur'an. Dan para ulama waktu juga mengharamkannya. Mbah Shaleh Darat menentang larangan ini. Karena permintaan Kartini itu, dan panggilan untuk berdakwah, beliau menerjemahkan Qur'an dengan ditulis dalam huruf Arab pegon sehingga tak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur'an itu diberi nama "Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur'an." Inilah kitab tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Ibrahim.

Kitab itu dihadiahkannya kepada RA Kartini sebagai kado pernikahannya dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya.

Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan: "Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami."

Melalui kitab itu pula Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya. Yaitu Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Min al-Dhulumat ila al-Nur).

Kartini terkesan dengan kalimat Min al-Dhulumat ila al-Nur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya.

Kisah ini sahih, dinukil dari Prof KH Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Soleh Darat.

Dalam surat-suratnya kepada sahabat Belanda-nya, JH Abendanon, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat "Dari Gelap Kepada Cahaya" ini. Sayangnya, istilah "Dari Gelap Kepada Cahaya" yang dalam Bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht" menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan Armijn Pane dengan kalimat "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Mr. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini menjadikan kata-kata tersebut sebagai judul dari kumpulan surat Kartini.
Tentu saja ia tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut sebenarnya dipetik dari al-Qur'an. Kata "Min al-Dhulumat ila al-Nur" dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya:
membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau kebodohan)
ke tempat yang terang benderang (petunjuk, hidayah atau kebenaran).

Share:

Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.

HR. Al-Bukhari no. 5522, 6306 dan 6323, at-Tirmidzi no. 3393, an-Nasa'i no. 5522 dan lain-lain.

Keutamaan:

Dari Syaddad bin Aus radhiallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Sayyidul Istighfar adalah bacaan: (doa di atas)."

Kemudian beliau menyebutkan keutamaannya: "Barangsiapa yang membaca doa ini dengan penuh keyakinan di sore hari, kemudian dia mati pada malam harinya (sebelum pagi) maka dia termasuk ahli surga. Dan barangsiapa yang membacanya dengan penuh keyakinan di pagi hari, kemudian dia mati pada siang harinya (sebelum sore) maka dia termasuk ahli surga."

Keterangan:
Dinamakan Sayyidul Istighfar, karena bacaan istighfar di atas adalah lafadz istighfar yang paling mulia dibandingkan lafadz istighfar lainnya.

Dalam lafadz istighfar ini, terdapat 8 aspek yang menjadikan istighfar ini memiliki keutamaan yang besar:

Dimulai dengan pujian kepada Allah.Adanya pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah, makhluk Allah yang berusaha menghambakan dirinya kepada Allah.

Mengimani adanya janji Allah, sehingga sang hamba sangat berpijak pada ikrarnya untuk mendapatkan janji Tuhannya.

Pengakuan akan kekurangan dirinya, dengan sekaligus memohon perlindungan kepada Tuhannya dari keburukan dirinya. Pengakuan terhadap banyaknya nikmat Allah SWT.

Share:

Masa Depan Yaman

Smith Alhadar; Penasihat pada ISMES; Staf Ahli Institute for Democracy Education (IDE)

KOMPAS, 01 April 2015

Krisis politik yang terjadi di Yaman saat ini, selain disebabkan warisan buruk pemerintah sebelumnya dan campur tangan asing, juga disebabkan sejarah, politik, dan doktrin Syiah Zaidiyah.

Terbentuknya sekte Zaidiyah pada abad ke-9 tak pelak merupakan peristiwa politik dan keagamaan paling penting setelah Yaman masuk Islam pada 628. Meskipun berada di bawah berbagai dinasti yang berkuasa (Ayyubiyah, Rasuliyah, Tahiriyah, dll) atau kekuasaan monarki-monarki di kawasan ini, kaum Zaidiyah mengukuhkan diri sebagai mazhab dominan di dataran-dataran tinggi. Pandangan- pandangannya tentang masalah keyakinan, moral, organisasi sosial, keadilan, perpajakan, dan banyak lagi aspek perangai manusia—kecualipandangan hukum pidana yang tetap berada di bawah hukum kesukuan—mendominasi kehidupan kebanyakan orang Yaman.

Kilas sejarah          

Zaidiyah merupakan mazhab Syiah paling moderat dan dekat dengan Sunni. Jumlah penganutnya tak kurang dari 40 persen dari 23 juta penduduk Yaman. Apabila ditambah dengan Syiah Dua Belas Imam (Itsna'asyariah) dan Syiah Tujuh Imam (Ismailiyah) yang menghuni wilayah Sana'a, jumlah total Syiah sekitar 45 persen. Fikih Zaidiyah hampir tidak bisa dibedakan dari Syafi'i. Ia juga mengakui tiga Khalifah ur-Rasyidin (Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan), meski khalifah keempat (Ali bin Abi Thalib) lebih utama.

Pada pertengahan abad ke-17 (1644), pemerintahan imamah Zaidiyah berhasil berkuasa di seluruh Yaman. Namun, suksesi yang tidak mengikuti mekanisme kohesif, pertikaian keluarga, dan hilangnya kesetiaan suku membawa kemerosotan pada dinasti ini. Pemerintahan Zaidiyah menghadapi rongrongan kian besar pada abad ke-19, saat wilayahnya diduduki Inggris, Imperium Ottoman, dan pasukan Sultan Muhammad Ali dari Mesir. Intensitas persaingan Inggris dan Turki meningkat seiring Terusan Suez dibuka pada 1869.

Pada 1905, Inggris dan Turki membagi Yaman jadi dua: wilayah selatan dikuasai Inggris dan wilayah utara dikuasai Turki. Namun, pemerintahan imamah Zaidiyah tidak mengakui garis batas itu dan pendudukan Turki terus menghadapi perlawanan. Selepas Perang Dunia I, Turki meninggalkan Yaman. Tinggal Inggris di selatan.

Seminggu setelah Imam Ahmad bin Yahya wafat (1962), terjadi pemberontakan kaum nasionalis terhadap pemerintahan imamah yang konservatif. Apa yang disebut revolusi di Yaman utara ini berakhir setelah perang saudara selama enam tahun dengan kemenangan di pihak kaum nasionalis yang disebut kaum Republikan atas pendukung imamah yang disebut Royalis.

Saudi, Jordania, dan Israel mendukung kaum Royalis, sedangkan Mesir di bawah Gamal Abdul Nasser mendukung kaum Republikan. Namun, kemenangan kaum Republikan ini tak serta-merta membawa pada penyatuan Yaman karena pada 1967 kaum sosialis berhasil mengusirInggris dan mendirikan Republik Demokratik Rakyat Yaman. Sementara kaum Republikan mendirikan negara di utara dengan nama Republik Arab Yaman.

Pada 1990, kedua Yaman bersatu menjadi Republik Yaman. Akibat dukungan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh terhadap Irak yang menginvasi Kuwait (1990), Arab Saudi dan kerajaan-kerajaan Arab mini di Teluk Persia mengusir sekitar 800.000 pekerja Yaman, yang hampir seluruhnya berasal dari Yaman bagian selatan. Pada 1993, minyak ditemukan di Ma'arib, batas antara Yaman selatan dan utara.

Kedua hal ini, ditambah kebijakan Abdullah Saleh (tokoh sekuler pemeluk Zaidiyah) yang dipandang diskriminatif oleh Yaman Selatan, membuat pihak selatan memberontak (1994). Perang itu dimenangi pihak utara.

Musim Semi Arab di Tunisia pada Januari 2011 ikut menjangkiti Yaman. Kali ini komunitas Yaman Utara dan Selatan bersatu meminta Abdullah Saleh, yang korup dan represif, turun dari kursi kekuasaan. Berkat tekanananggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC)—terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain, Qatar, dan Kuwait—Saleh turun, digantikan Wakil Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi yang pro-Saudi (2012). Mansour Hadi juga didukung Partai al-Islah, partainya Ikhwanul Muslimin, yang juga didukung kepala-kepala suku yang kesejahteraannya dijamin Saudi melalui pemimpinnya. Sayang, Mansour Hadi tidak mampu membawa kesejahteraan bagi penduduknya.

Paling tidak ada lima penyebabnya. Pertama, pemerintahan Mansour Hadi tak mampu menciptakan stabilitas politik akibat rongrongan dari Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) yang kini menguasai dua provinsi di selatan. Kedua, bantuan GCC pimpinan Saudi tidak cukup untuk menciptakan kesejahteraan bagiwarga Yaman secara keseluruhan. Ketiga, korupsi yang diciptakan pemerintahan sebelumnya tetap marak. Keempat, mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang berpengaruh di pemerintahan dan tubuh tentara masih berambisi untuk berkuasa kembali. Kelima, Syiah Zaidiyah di bawah kepemimpinan Abdul Malik al-Houthi memberontak sejak 2004. Houthi menganggap mereka diperlakukan secara diskriminatif. Pemberontakan Houthi ini didukung Iran.

Pemberontakan Houthi ini kiranya tak semata-mata karena faktor ekonomi dan sosial, tetapi pertama, sesungguhnya Zaidiyah tak mengakui urusan-urusan kenegaraan di mana komunitas Zaidiyah tidak memiliki imam. Kedua, sistem politik mutakhir dalam keadaan berubah terus-menerus terutama akibat penggabungan kedua negara. Ketiga, ada dukungan bagi mereka yang berupaya memberlakukan imamah lagi, meskipun individu-individu ini dan pendukungnya memberi argumen dalam istilah menciptakan imamah "konstitusional".

Korban pertikaian

Saat ini Houthi masih menguasai seluruh teritori tradisionilnya, yaitu wilayah utara dan barat daya. Pergerakan ke selatan dan timur tampaknya tak dimaksudkan menguasai seluruh Yaman seperti pada abad ke-17 karena hal itu saat ini tidaklah mungkin mengingat Yaman bagian selatan dihuni mazhab Sunni yang juga memiliki identitas regional yang kuat. Mereka hanya berusaha mendapatkan wilayah selatan dan timur sebanyak mungkin untuk ditukarkan dengan perdamaian dalam perundingan dengan pihak selatan kelak.

Upaya presiden terguling Mansour Hadi mempertahankan kesatuan Yaman tidak didukung sepenuhnya oleh warga selatan, yang terbagi dalam tiga kubu. Sementara serangan pasukan Liga Arab pimpinan Arab Saudi ke sasaran-sasaran Houthi tampaknya tak akan berhenti sampai tujuannya tercapai: Houthi menyerah mutlak dengan meninggalkan ibu kota dan menyerahkan senjata. Apakah tujuan ini bisa dicapai? Dalam sejarah, solidaritas kaum Syiah Zaidiyah selalu menguatketika menghadapi musuh bersama.

Maka, serangan ke kubu Zaidiyah Houthi tidak akan membawa hasil apa-apa kecuali menguatkan solidaritas pemeluk Zaidiyahi, konsolidasi di pihak AQAP, ISIS, dan kaum separatis. Bisa jadi Liga Arab-kubu Mansour Hadi akan memenangi pertempuran, tetapi tidak akan memenangi perang. Malah, kalau perang berlangsung lama, wilayah selatan akan tercabik-cabik oleh kelompok-kelompok separtis, AQAP, dan ISIS. Sesungguhnya Yaman menjadi korban pertikaian negara-negara berpengaruh di kawasan.
Share:

Dua Wajah Arab dalam Konflik Yaman

Faisal Assegaf, Pemerhati Timur Tengah dan Pendiri Albalad.co

KORAN TEMPO, 01 April 2015

Setelah menahan kegeraman selama dua bulan, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz akhirnya memerintahkan serangan udara terhadap milisi Syiah Al-Hutiyun di Yaman. Pasukan pemberontak dukungan Iran ini telah mencaplok Ibu Kota Sanaa pada Januari lalu, mendepak Presiden Abdurabbu Mansyur Hadi, hingga meminta perlindungan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh.

Gempuran yang berlangsung sejak Kamis dinihari pekan lalu itu memunculkan fakta menarik. Dugaan dan keyakinan selama ini, yang sifatnya hanya mereka-reka, kian terbongkar. Iran dan Arab Saudi sama-sama berebut pengaruh, bukan saja di Yaman, tapi juga di seluruh Timur Tengah, dan kedua seteru ini menjadikan negara Arab termiskin itu sebagai palagan. Saudi menyebut operasi militer atas kelompok Al-Hutiyun sebagai perang suci, sedangkan Iran mengecam intervensi militer ini, yang mereka anggap melanggar kedaulatan Yaman.

Lebih menarik lagi, perang di Yaman kali ini berhasil menyatukan sepuluh negara Arab dalam pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Bahkan, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab di Mesir pada akhir pekan lalu-digelar dua hari setelah Saudi secara sepihak membombardir Al-Hutiyun-menghasilkan kesepakatan untuk membentuk pasukan koalisi Arab. Tujuannya untuk memberangus kelompok ekstremis atau pemberontak.

Namun perang yang terjadi di Yaman saat ini dan rencana membentuk pasukan bersama Arab bukan saja kian menegaskan dua wajah Arab, tapi juga berpotensi semakin memperunyam konflik bersenjata di sejumlah negara di Timur Tengah. Intervensi bakal mereka lakukan cuma untuk memenuhi kepentingan penyandang dana operasi militer.

Seperti yang berlaku saat ini di Yaman, Saudi paling berkepentingan untuk melancarkan serbuan bersandi Badai Gila itu. Saudi merasa Iran kian memperluas pengaruhnya di Timur Tengah setelah berhasil menggaet Libanon, Suriah, dan Irak.

Langkah koalisi Arab di Yaman ini memicu pertanyaan, kenapa mereka tidak melancarkan operasi serupa saat Israel menggempur Jalur Gaza dalam perang 50 hari pada musim panas tahun lalu? Tentu saja jawabannya bisa ditebak: sebagian besar anggota pasukan koalisi Arab saat ini adalah konsumen utama persenjataan Amerika Serikat, sekutu istimewa Israel.

Pasukan koalisi Arab tidak mungkin ikut campur dalam perang antara Irak dan ISIS (Islamic State of Iraq and al-Sham). Jika mereka membantu pasukan Irak dengan sokongan utama milisi Syiah, sama saja mereka mendukung kepentingan Iran, sesuatu yang tentu bakal dihindari oleh Arab Saudi. Mereka tentu saja tidak mungkin menyokong ISIS, organisasi teroris paling mengerikan saat ini.

Di Libya pun kondisinya serupa. Pasukan koalisi Arab tidak mungkin menyokong satu dari dua pemerintahan yang kini ada di negara itu. Sebab, hasilnya bakal semakin membelah Libya, hal ini hanya menguntungkan ISIS, yang telah bercokol di sana.

Walhasil, rencana pembentukan pasukan koalisi Arab sekadar jargon. Kalaupun bisa terbentuk, mereka bakal kebingungan serta menghadapi dilema, yakni di negara Arab mana mereka bisa melakukan intervensi militer. Kalau sekadar memenuhi ambisi Arab Saudi buat menjegal perluasan pengaruh Iran di Timur Tengah, keterlibatan pasukan koalisi Arab cuma bakal meledakkan perang sektarian dalam skala luas. Sebab, konflik Sunni-Syiah di kawasan Timur Tengah sudah mengakar berabad-abad.
Share:

Ironi Perdamaian Timur Tengah

Dinna Wisnu,  Co-Founder & Direktur Program Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina

KORAN SINDO, 01 April 2015

Yaman dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan di dunia Arab yang di masa kuno dulu dikenal dengan sebutan Arabia Felix yang berarti "bahagia" atau "beruntung" karena ia berada di semenanjung Arab yang relatif lebih subur dibandingkan negara-negara tetangganya.

Sayangnya, negeri yang berbatasan darat dengan Arab Saudi dan Oman itu kini dirundung perang saudara. Sejumlah negara mulai menutup kantor-kantor perwakilan di Ibu Kota Sanaa dan berupaya mengevakuasi warga masing- masing keluar dari Yaman, termasuk Indonesia. Jika tingkat keseriusan perang ditentukan oleh lama perang, besaran (magnitude) perang terutama prospeknya untuk melibatkan negaranegara kawasan, dan jumlah korban, maka serius tidaknya perang di Yaman ini setidaknya ditentukan dua faktor.

Pertama, faktor kemampuan Yaman sebagai suatu negara untuk menyelesaikan problem politik dan sosial ekonomi secara internal. Kedua, faktor persepsi negara-negara lain terhadap problem di Yaman. Yaman dalam era modern termasuk negara yang dianggap negara gagal. Indeks Negara Rentan 2014 yang dikeluarkan oleh The Fund for Peace menempatkan Yaman di posisi "high alert " (waspada tinggi) yang masuk juga dalam kategori negara dengan tren pemburukan kondisi politik tertinggi sepanjang 2009-2014.

Sebagai suatu negara, Yaman memang terkenal rentan akan faksifaksi politik yang saling berupaya menihilkan eksistensi faksi lain. Selain itu, pemerintahannya terkenal otoriter dan represif. Kelompokkelompok yang berseberangan dengan Pemerintah Yaman antara lain adalah kelompok militan yang terkait Al-Qaeda, gerakan-gerakan separatis di bagian Selatan (termasuk Houthi yang kini dianggap biang kerok penyebab intervensi militer di bawah komando Arab Saudi), dan kelompok separatis di utara Zaydi Shia.

Masyarakat awam terbilang tak berdaya karena politisi dikenal korup dan senjata beredar bebas. Sebelum perang saudara kali ini Yaman sudah terjebak dalam ketegangan politik internal. Misalnya selama 2011-2012 warga Yaman mendesak Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mundur setelah berkuasa lebih dari 20 tahun. Ketika akhirnya Saleh mundur dan digantikan oleh Wakil Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi, situasi sempat stabil sebelum akhirnya memburuk lagi pada 2014.

Memburuknya situasi itu seiring dengan kudeta dan meluasnya gerakan Houthi yang menaklukkan gedung-gedung pemerintahan, menguasai Ibu Kota Sanaa, dan mendesak Hadi untuk mendirikan pemerintahan bersatu dengan faksi-faksi politik yang lain, membubarkan parlemen, mendirikan pemerintahan interim di bawah Mohammed Ali al-Houthi. Hadi melarikan diri ke Aden dan menyebut kota itu sebagai ibu kota sementara.

Meskipun Houthi disebut-sebut sebagai biang kerok masalah, ada sumber-sumber lain yang menyebut bahwa mantan Presiden Saleh juga ikut "bermain" dengan menggandeng kelompok Houthi demi menjatuhkan Hadi karena dia masih berharap anaknya, Ahmed Ali Abdullah Saleh, bisa menjadi generasi politisi berikutnya di Yaman.

Itulah sebabnya, meskipun pada awal 2014 Yaman dianggap membaik secara ekonomi dan politik sejak dipimpin oleh pemerintahan transisi Presiden Hadi, kawasan Ibu Kota Sanaa tetap panas akibat kelompok Houthi dan Sunni Salafi terus tegang. Pengungsian terus terjadi dalam jumlah besar, terutama di bagian utara Yaman.

Kerentanan ini diperumit dengan beroperasinya afiliasi Al-Qaeda di Yaman. Akibatnya, di Indonesia pun Yaman dikenal perlu diwaspadai karena menjadi tempat orang-orang belajar radikalisme dan paham agama yang menyimpang. Narasi di atas menggambarkan alasan mengapa Yaman dianggap negara-negara lain tidak mampu menyelesaikan problem internalnya secara independen.

Itu sebabnya ketika Presiden Saleh enggan mundur dan justru melakukan pengejaran kejam kepada warga negara yang dianggap anti terhadap pemerintahannya. Saat negara sedang dalam kondisi genting, The Gulf Cooperation Council turun tangan. GCC adalah persatuan politik ekonomi antarpemerintahan negara-negara Teluk yang terdiri atas Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Selain kerja sama ekonomi seperti perdagangan dan pembentukan Dewan Moneter, negara-negara GCC juga punya kesepakatan menyatukan pasukan untuk merespons kebutuhan dukungan politik dari pemerintahan negara-negara anggotanya. Semua negara ini adalah kerajaan dan karenanya kerap disindir sebagai gerakan mempertahankan karakter otoriter dari negara-negara Timur Tengah.

Campur tangan GCC ini berlanjut terus ketika Arab Saudi menganggap gerakan Houthi sebagai bagian dari meluasnya pengaruh dan kekuasaan Shiah Iran di Teluk. Houthi, yang terbukti terampil di bidang persenjataan dan taktis memberikan tekanan pada pemerintahan Hadi, dianggap sebagai momok oleh negaranegara Teluk dan yang negaranegara berpenduduk mayoritas Sunni.

Suasana ini menggambarkan betapa konflik Yaman berpotensi berlarut-larut dan memakan banyak korban. Keterlibatan GCC dan simpati yang dikirimkan oleh negara-negara lain seperti Pakistan dan Turki bukan mustahil membuat suasana kawasan menjadi semakin panas. Daniel Brumberg (2013) dari Georgetown University mengatakan, kejadian di Yaman adalah bukti bahwa upaya menciptakan "tatanan politik baru" di Timur Tengah sebagai sangat menyakitkan dan fatal (secara politis maupun fisik).

Konsep patronase (mahsubiyya) yang selama ini dipakai oleh mantan Presiden Saleh telah menyuburkan rasa takut antarkelompok bila patronnya tersingkir. Istilah Brumberg, politik di Yaman bergantung pada metode autokrasi berbasis perlindungan-pemerasan (protection-racket autocracies). Kelompok yang biasa dilindungi dibuat merasa takut, rentan karena tidak bisa memenangkan pemilu,

sementara kelompok yang berkuasa takut pada lawannya itu karena secara pengaruh kelompok oposisi tersebut tetap signifikan dan karena itu mereka enggan berkonsesi dengan mereka. Dengan imbuh senjata yang beredar bebas, sektarianisme, ketidakpercayaan pada pemerintah, dan ketiadaan sistem penegakan hukum yang adil, suasana yang hidup adalah kecurigaan dan upaya saling menihilkan.

Perang saudara di Yaman tentu memberi dampak langsung atau tidak langsung terhadap proses perdamaian di Timur Tengah. Kejadian politik di Yaman seakan membenarkan kekhawatiran negaranegara Arab dan Israel bahwa kelompok-kelompok politik yang berafiliasi kepada Iran tengah melakukan ekspansi dan terutama akan medelegitimasi perundingan nuklir yang sedang dilakukan antara Iran dan kelompok perundingan dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Jerman, dan China.

Kita juga melihat situasi yang ironis di Timur Tengah, yaitu negara-negara Arab cepat tanggap ketika kepentingan mereka terancam dan bukannya turun tangan memberikan bantuan ekonomi yang diperlukan oleh Yaman untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Situasi tersebut tentu akan merugikan rakyat Yaman dan negara-negara Timur Tengah yang penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Bila hal ini terus terjadi, niscaya perdamaian di Timur Tengah impian belaka.
Share:

Surat Terbuka Ustadz Salim A Fillah untuk Pak JK

Ustadz Salim A. Fillah membuat 'Surat Terbuka' untuk Wapres Jusuf Kalla dengan judul "La Ma'daremmeng, Karaeng Pattingalloang, dan Tuanta Salamaka" yang diposting 31/3/2015 di blognya salimafillah

Menurut Tim Pak JK, 'Surat Terbuka' Salim A. Fillah yang berisi nasehat tentang kepemimpinan ini sudah dibaca oleh Pak JK.

"Jazakumullah tulisannya bagus Ustd, amanat sudah disampaikan. Beliau berkenan membacanya. Salam hangat dr Beliau dan mohon doa semoga Allah segera turunkan pertolongan-Nya, Aamiin.. #Admin" pesan dari akun @Pak_JK.

Berikut 'Surat Terbuka' Salim A. Fillah kepada Pak JK..

***

La Ma'daremmeng, Karaeng Pattingalloang, dan Tuanta Salamaka

Pak JK yang kami hormati, mengenang perang itu barangkali pahit..

Tetapi rasa ta'zhim pada nilai-nilai yang diperjuangkan Raja Bone XIII La Ma'daremmeng Sultan Muhammad Saleh, sebagaimana hormat kami kepada tokoh dari jazirah Sulawesi sebesar Bapak, tak pernah pudar. La Ma'daremmeng, semoga Allah menyayanginya, kala itu rela harus berhadapan dengan kekuatan sebesar Gowa-Tallo demi keyakinannya untuk menegakkan kalimat Allah dan sunnah RasulNya.

Sejak Islam datang ke Bone di masa ayahandanya, betapa bersemangat orang besar Bugis ini agar agama yang penuh rahmat menjadi nafas dan aliran darah seluruh kerajaannya. Perbudakan, satu di antara hal yang sangat lazim di zaman itu dan turut menjadi penopang kelangsungan kuasa para raja, telah mengusik nurani La Ma'daremmeng. Kesetaraan seluruh insan dalam naungan Islam adalah impian yang harus dia bayar amat mahal.

Orang yang harus memimpin 40.000 prajurit gabungan Gowa-Tallo, Wajo, Soppeng, dan Sidenreng untuk  mengalahkan La Ma'daremmeng, sang perdana menteri Gowa sekaligus Raja Tallo, I Mangngadaccinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud Tuminanga Ri Bontobiraeng, bukannya tak setuju sepenuhnya pada perubahan yang dihela La Ma'daremmeng. Karaeng Pattingalloang hanya merasa hal ini belum waktunya. Ada tahapan yang harus ditapaki sebelumnya agar harmoni masyarakat tak terganggu. Dia mempertanyakan, "Bukankah Sang Nabi juga tak serta-merta menghapus perbudakan? Melainkan selangkah demi selangkah, dengan amat manusiawi?"

Pak JK yang terhormat..

Diilhami oleh imannya, betapa maju pemikiran La Ma'daremmeng. Perjuangannya 220 tahun mendahului abolisi perbudakan yang diproklamasikan Abraham Lincoln hingga memicu perang saudara Amerika. Demikian pula kami pernah melihat Bapak, ketika mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, membawa cara-cara kerja progresif lagi segar mengelola negeri ini, sesuatu yang senantiasa jadi kenangan manis bagi kami. Sebagaimana La Ma'daremmeng digerakkan oleh imannya, demikianlah kami selalu mendoakan Bapak agar istiqamah menjadi pemimpin yang selalu dijiwai oleh Islam di tiap langkahnya.

Dan Karaeng Pattingalloang sendiri, betapa amat tergerak oleh sebuah kalimat bijak, "Hikmah adalah milik mukmin yang hilang. Maka di manapun dia menemukannya, dialah yang paling berhak mengambilnya." Karaeng Pattingalloang tahu, gemerlap peradaban Islam di Baghdad telah terbenam 400 tahun sebelum dia bertakhta, dan kilau Cordoba telah padam 2 abad sebelum kelahirannya. Maka dari bangsa-bangsa yang telah menyabet kerlip peradaban Islam untuk pencerahan mereka, bangsa Eropa, amat bersemangat dia belajar.

Menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, Spanyol, Portugal, Belanda, Jawa, dan Melayu selain bahasa Bugis dan Makassar; khazanah ilmu dunia terbuka bagi Karaeng Pattingalloang. Demi mengenal dunia, dengan penuh minat didatangkannya bola dunia terbesar di zamannya, bergaris-tengah 1,3 meter, buatan kartografer termasyhur, Joan Blaeu; tiba 7 tahun kemudian di Sombaopu setelah dipesan. Semangat Karaeng Pattingalloang akan ilmu menggemparkan para cendikia Eropa, hingga sastrawan besar Joost van den Vondel menghadiahkan puisi pujian untuknya. Kelak ketika Joan Blaeu merampungkan Atlas Novus, peta dunia terbesar yang dikodifikasinya dari peta-peta susunan sang legendaris Gerrard Mercator, digambarnya Karaeng Pattingalloang beristiwa di ufuk langit timur, menjangka dunia dengan busur kartografinya.

Setahun kemudian, tiba pula teleskop rancangan Galileo yang kelak menemani malam-malam Karaeng Pattingalloang untuk mencermati langit, mempresisikan perhitungan kalender hijriah, memetakan bintang-bintang, dan membantunya merumuskan kebijakan terkait musim bagi pertanian dan pelayaran. Perpustakaannya dipenuhi buku berbagai bahasa, yang dengan penuh semangat dia minta untuk diterjemahkan, termasuk risalah Turki 'Utsmani tentang pembuatan meriam, naskah dari Belanda tentang bendungan, serta buku dari Inggris tentang pertahanan kota dan perbentengan. Demi memuaskan dahaga ilmiahnya pula, dia minta didatangkan ke Makassar unta Arabia yang tersebut dalam Al Quran, juga gajah seperti yang dipakai Abrahah menyerang Ka'bah.

Ilmu pengetahuan dan wawasan antar-bangsanya yang demikian luas telah membuat Karaeng Pattingalloang memerintah dengan bijaksana, mendampingi Raja Gowa XV, I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikussaid Tuminanga Ri Papambatunna. Maka demikian pula kami harapkan dari putra Nusantara pewarisnya seperti Anda, Pak JK kala mendampingi Presiden Jokowi dan selanjutnya, seperti pula telah kami saksikan dulu.

Pak JK yang terhormat..

Salah satu warisan kebijaksanaan dari Karaeng Pattingalloang, yang hari-hari ini amat merisaukan kami adalah "Lima pammajenganna matena butta lompoa". Ya, menurutnya ada lima penyebab keruntuhan sebuah negara.

Pertama, "Punna tenamo naero nipakainga Karaeng Manggauka", apabila kepala negara yang memerintah tak lagi mau dinasehati.

Kedua, "Punna tenamo tumangngaseng ri lalang pa' rasangnga", apabila tak ada lagi cendikiawan yang tulus mengabdi di dalam negeri.

Ketiga, "Punna tenamo gau lampo ri lalang pa' rasangnga", jika terlalu banyak kasus hukum di dalam negeri, hingga menyusupkan muak di hati.

Keempat, "Punna angngallengasemmi' soso' pabbicaraya", jika banyak hakim dan pejabat suka makan suap.

Dan kelima, "Punna tenamo nakamaseyangi atanna Manggauka", jika penguasa yang memerintah tak lagi menyayangi rakyatnya.

Pak JK, Bapak lebih dapat melihat dibanding kami seberapa dari tanda-tanda yang dikemukakan Karaeng Pattingalloang ini mencekam negara kita. Maka betapa kami, kaum muslimin negeri ini, amat berharap Pak JK punya peran yang lebih besar, punya sikap yang lebih jelas, punya tindakan yang lebih gesit. Latar belakang Pak JK yang dari HMI, dari NU, dan dari Dewan Masjid; amat menentramkan kami ketika Bapak mendampingi Presiden Jokowi, meski memang Anda berdua sejujurnya bukan pilihan utama kami. Harapan bahwa kaum muslimin Indonesia akan tetap memiliki seorang "Bapak" dalam segala makna yang dikandung oleh kata itu bersiponggang dalam hati.

Terlebih hari-hari ini Pak, ketika secara ekonomi rupiah kita melemah, BBM kita naik turun, dan rakyat menatap masa depan dengan berkabut; ketika secara politik kisruh antar pemimpin partai, pejabat dan lembaga negara bekerja tebak-tebak arah, dan masyarakat sukar menemukan keteladanan pemimpin; ketika dalam hukum dan hak asasi para koruptor besar kian melenggang, para pembawa ideologi menyimpang kanan maupun kiri kian berdendang, tapi kebebasan berwawasan ummat ditebas atas nama radikalisme dengan definisi yang tak sahih; serta setumpuk rasa gelisah di hati kami. Kami merindukan pengayoman dari pemimpin yang seyakin La Ma'daremmeng dan sebijak Karaeng Pattingalloang.

Pak JK, betapapun bijaknya, Karaeng Pattingalloang pernah mengabaikan 1 hal yang berujung berakhirnya kejayaan Gowa-Tallo di masa menantunya, Sultan Hassanuddin, hanya berselang beberapa tahun setelah wafatnya. Satu hal penting itu adalah nasehat 'ulama.

Adalah Tuanta Salamaka Syaikh Yusuf Al Makassari, 'alim mulia yang kepahlawanannya membentang dari Makassar, Banten, Srilanka, hingga Afrika Selatan yang satu hari menemuinya dan berkata, "Telah kulihat alamat keruntuhan Butta Gowa. Oleh sebab itu, pertama, hentikan dan cegahlah rakyat menyembah berhala (anynyombaya saukang). Yang kedua, hentikan menghormati pusaka kerajaan secara berlebihan (appakala'biri' sukkuka gaukang). Yang ketiga, hentikan para bangsawan dan rakyat paguyuban kerajaan bermadat (a'madaka ri bate salapanga). Yang keempat, hentikan pasukan kerajaan minum tuak (angnginunga ballo' ri ta'bala' tubarania). Yang kelima, hentikan perjudian di pasar-pasar (pa'botoranga ri pasap-pasaraka).

Penolakan Karaeng Pattingalloang atas nasehat Tuanta Salamaka ini, dengan alasan demi tak mengusik harmoni dan demi pendapatan negara, telah menjadi sebab melemahnya negara. Sepeninggalnya, rakyat lemah ideologinya, lemah motivasinya; lemah oleh madat, lemah oleh khamr, dan lemah oleh judi. Jadilah lemah iman, lemah tata masyarakat, lemah tentara, lemah bangsawan, maka melemah pula dukungan terhadap raja dan perjuangannya. Maka seperti diperkirakan oleh Syaikh Yusuf, ketika Cornelis Speelman dan armadanya menyerang, Gowa-Tallo harus takluk dengan Perjanjian Bongaya.

Pak JK, bertakhtalah Anda di dalam hati kaum muslimin Indonesia, sebagaimana Karaeng Pattingalloang beristiwa di ufuk tinggi Atlas Novus anggitan Joan Blaeu. Bahkan lebih dari itu. Sebab dalam doa kami, semoga engkau mewarisi iman kokoh La Ma'deremmeng, dan senantiasa mendengarkan bimbingan para 'ulama yang tulus seperti Tuanta Salamaka, Syaikh Yusuf Al Makassari. Kami murid dari murid dari murid para 'ulama, sangat rindu melihat pemimpin yang taqwa membuatnya menangis di hadapan Rabbnya, dan adil membuatnya dicintai seluruh rakyatnya. Pak JK, harapan itu kami hadiahkan kepada Anda.

Titip salam kami untuk Bapak Presiden Jokowi yang amat sibuk dengan kerja, kerja, kerja, dan tanggungjawabnya. Percayalah, doa-doa kami senantiasa mengiringi kerja keras Bapak berdua. Bahwa surat ini saya tujukan kepada Anda, Pak JK, entah mengapa, ini soal hati yang merasa lebih dekat. Dan barangkali di bawah sadar kami tak hendak menambahi beban Presiden Jokowi, yang jauh lebih banyak punya janji kepada rakyat negeri ini daripada Pak JK.

Akhirnya seperti dikatakan peribahasa Bugis, "Aju maluruemi riala parewa bola", hanyalah kayu yang lurus dijadikan ramuan rumah. Hanyalah pemimpin yang jujur lagi penuh kasih, dapat menjadi pelindung dan penaung kami, rakyat Indonesia, dari segala marabahaya.

dari hamba Allah yang tertawan dosanya,

salim a. fillah
pengasuh majelis jejak nabi & pesantren masyarakat merapi merbabu

Share: