Sukses Literasi Digital Melawan Misinformasi

Dua hari lalu, saya ditanya kawan, bagaimana cara efektif mengenali informasi hoaks. Saya agak kaget ditanya begitu, karena si kawan ini dulu sama-sama wartawan di harian Republika dan di tabloid mingguan politik Tekad yang saya pimpin. Tampaknya, usia mempengaruhi kemampuannya untuk mengenali berita hoaks yang banyak beredar dan viral secara online. Itulah problema kita.

Dalam dunia yang semakin bergantung pada media digital, mengatasi misinformasi yang dikenal dengan hoaks telah menjadi tantangan penting bagi kita semua. Namun, kita dapat belajar dari sebuah inisiatif revolusioner yang baru-baru ini coba dilaksanakan di Spanyol, yang telah berusaha mengatasi tantangan ini dengan memberdayakan generasi yang lebih tua untuk mengidentifikasi dan melawan misinformasi yang tersebar secara online. 

Dikembangkan oleh MediaWise, sebuah inisiatif berbasis di AS, dan Newtral, sebuah outlet berita Spanyol, kursus WhatsApp inovatif yang diselenggarakan baru-baru ini menjadi perhatian karena potensinya yang relatif berhasil menjembatani kesenjangan kepercayaan antar-generasi terhadap berita. Mereka membuat kursus literasi digital pada generasi yang lebih tua di Spanyol melalui platform WhatsApp.

Kursus yang Membuat Perbedaan

Dikirim melalui WhatsApp, platform yang banyak digunakan untuk konsumsi berita oleh 27% penduduk Spanyol, kursus tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi digital generasi yang lebih tua. Peneliti dari Universitas Navarra secara cermat mempelajari dampak kursus ini pada kelompok sampel orang berusia di atas 50 tahun di Spanyol. Hasilnya cukup menjanjikan, menunjukkan bahwa kursus ini memiliki efek positif dalam batas tertentu.

Kursus tadi dilaksanakan dalam sesi harian dengan mengirimkan pesan, pertanyaan, dan video, yang mencakup berbagai topik. Isinya beragam, mulai dari mendefinisikan misinformasi hingga mengidentifikasi saluran utama penyebaran hoaks. 

Peserta menerima pelatihan komprehensif yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Kursus ini diluncurkan pada April 2023, dan hingga sekarang masih berlanjut dengan terus membuka pendaftaran baru, mencerminkan relevansinya yang berkelanjutan.

Hasil yang Positif

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Navarra dan Laboratorium Media Sosial Stanford membuahkan hasil yang menggembirakan. Kelompok orang dewasa yang mengikuti kursus tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan untuk membedakan berita nyata dari berita palsu setelah menyelesaikannya. 

Penelitian membuktikan, peningkatan ini terutama mencolok dalam keberhasilan pengenalan judul berita yang benar. Demikian pula, melalui kursus yang dirancang dengan baik, kemampuan para lansia untuk mengidentifikasi judul berita palsu juga mengalami peningkatan.

Yang penting, penlitian membuktikan bahwa usia, jenis kelamin, dan latar belakang pendidikan tidak tampak secara signifikan memengaruhi kemampuan peserta dalam mendiskernir akurasi berita. Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital dan kemampuan melawan misinformasi dapat ditanamkan dalam beragam kelompok demografis.

WhatsApp: Media yang Tepat

Pilihan WhatsApp sebagai platform pengiriman kursus terbukti pula merupakan opsi strategis. Di Spanyol, WhatsApp digunakan secara signifikan oleh 27% warga untuk konsumsi berita. Ini menjadikannya platform sosial terpopuler kedua untuk berita setelah Facebook. Daya tarik WhatsApp sebagai medium untuk kursus ini berasal dari popularitasnya dan perannya ini.

Meskipun kursus ini berhasil dalam banyak hal, peneliti mencatat tantangan terkait dengan mempertahankan peserta untuk terus mengikuti kursus. Tantangan ini mungkin disebabkan oleh kebaruan WhatsApp sebagai alat pembelajaran bagi individu yang lebih tua, yang sering menganggap platform ini sebagai piranti komunikasi pribadi ketimbang sebagai sarana media pembelajaran.

Misinformasi di Spanyol

Pentingnya kursus ini diperkuat oleh maraknya misinformasi di Spanyol, sama seperti yang terjadi banyak negara, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh Universitas Navarra dan UTECA mengungkapkan bahwa 91% responden menganggap misinformasi sebagai ancaman terhadap demokrasi dan stabilitas nasional. 

Misinformasi, seringkali berasal dari media sosial dan disebarkan melalui platform seperti WhatsApp, dapat memengaruhi persepsi publik terhadap berita. Maraknya informasi hoaks, yang bercampur antara berita dan info asal-asalan, telah menggerus kepercayaan masyarakat terhadap media.

Baik Charo Sádaba, penulis utama penelitian, maupun Marilín Gonzalo, Kepala Kebijakan Publik di Newtral, menekankan peran organisasi media dalam membantu audiens yang lebih tua mengidentifikasi misinformasi. Mereka menganjurkan penyesuaian sederhana pada outlet berita, seperti huruf yang lebih besar di situs web dan video yang dibuat lebih singkat, untuk membuat konten lebih mudah diakses oleh individu yang lebih tua.

Upaya Bersama Melawan Misinformasi

Pada akhirnya, menurut kesimpulan penelitian, tanggung jawab untuk melawan misinformasi mesti dilakukan secara bersama oleh koalisi yang luas. Organisasi media, pemeriksa fakta, LSM, perusahaan teknologi besar, dan pemerintah semua memiliki peran penting dalam mengatasi masalah yang mendesak ini. 

Seperti yang disarankan oleh temuan dari kursus WhatsApp di Spanyol ini, bahkan upaya kecil pun dapat menciptakan dampak yang signifikan. Kunci kesuksesan terletak dalam kerjasama, pendidikan, dan memberdayakan semua generasi untuk menavigasi lanskap berita digital yang kompleks dengan percaya diri dan pemahaman yang baik. 

Penulis: Ahmadie Thaha, wartawan senior, pengasuh Ma'had Tadabbur al-Qur'an.
Share:

Tidak ada komentar: