Jon Olav Fosse, Pemenang Nobel Sastra 2023

"Kehilangan arah, itulah pengalaman manusia yang paling kuat, yang membawa kita lebih mendekati pengalaman mendalam yang mirip dengan keilahian." 

Demikian kutipan tak langsung dari tulisan Jon Fosse, sastrawan yang baru saja memenangkan hadiah Nobel Sastra 2023, penghargaan tertinggi dan diakui dunia.

"Dalam kehidupan sehari-hari yang dikenali dengan cepat, kita menemukan momen-momen kritis dari ketidakpastian," tulis Fosse berikutnya. Dia merekam berbagai kehidupan sehari-hari, dan sering mendapatkan momen kritis, seperti bunuh diri.

Di salah satu karyanya, yang pertama, 'Raudt, svart' (1983), dia memang membahas tema bunuh diri. Di sini, dia dengan bahasa sederhana menggambarkan sifat pemberontakan dan sikap emosionalnya. 

Fosse menciptakan suasana yang menghadirkan perasaan kehilangan arah manusia dan bagaimana hal ini memberikan akses pada pengalaman mendalam yang mendekati pengalaman keilahian. Agama seolah hadir menjadi tema.

Di karya bukunya yang kedua, 'Sterk vind' (2021), dia menunjukkan peningkatan penggunaan gambar dan simbolisme dalam lakon-lakonnya. Ini menunjukkan kekayaan bahasanya.

Sejak penerbitan koleksi puisi pertamanya pada tahun 1986, Fosse selalu memanfaatkan bahasa lirik sebagai sumber daya penting dalam penulisannya. "Bahasa lirik selalu menjadi sumber daya penting bagi saya dalam menciptakan karya-karya saya," akunya.

Jon Fosse, penulis Norwegia, diganjar penghargaan Nobel Sastra pada 2023, "atas karyanya yang inovatif dalam bentuk sandiwara dan prosa yang memberikan suara pada hal-hal yang tak terucapkan." Dia mampu mengungkap bagian-bagian terdalam pengalaman manusia.

Lahir pada 1959 di Haugesund, pesisir barat Norwegia, Fosse memiliki sejumlah karya yang ditulis dalam bahasa Norwegia Nynorsk. Karya-karyanya mencakup berbagai genre seperti sandiwara, novel, puisi, esai, buku anak-anak, dan terjemahan.

Bukti kesuksesannya di panggung internasional terwujud pada sandiwara produksi Paris, 'Nokon kjem til å komme' (1996) pada 1999. Dalam bahasa Inggris, judul karya ini menjadi 'Someone Is Going to Come' (2002).

Karya ini membawa tema antisipasi takut dan cemburu yang melumpuhkan. Di sini dia menunjukkan keunikannya melalui bahasa yang sederhana namun mendalam untuk menggambarkan emosi manusia yang paling kuat.

Fosse menggabungkan akar lokal yang kuat dengan teknik seni modern, mirip dengan penulis pendahulunya dalam sastra Norwegia Nynorsk, Tarjei Vesaas. Dalam karya-karya Fosse, seperti dalam 'Stengd gitar' (1985), ia menyajikan momen kritis dari ketidakpastian dengan cara yang menggugah. 

Gaya penulisan "minimalisme Fosse" yang ditonjolkan dalam karya-karyanya, membawa nuansa kehidupan sehari-hari yang dikenali dengan cepat oleh pembaca.

Penghargaan Nobel Sastra 2023 untuk Jon Fosse mengakui kontribusinya yang luar biasa dalam membentuk sastra kontemporer dengan penyederhanaan bahasa yang kuat, mendalam, dan mencerminkan kehangatan, humor, dan kerentanannya terhadap pengalaman manusia yang tegas. 

Karya-karyanya menavigasi batas-batas bahasa dan memperkaya diksi dasarnya, menjadikannya inovator besar dalam teater modern. Penghargaan Nobel baginya seolah hendak membangkitkan kembali seni teater yang kini tergusur oleh pentas-pentas digital.

~ Ahmadie Thaha
Pengasuh Ma'had Tadabbur al-Qur'an
Share:

Tidak ada komentar: