Lima Shot, Sepuluh Detik

Menurut Mindy McAdams, dosen senior Fulbright yang pernah mengajar di Indonesia, dalam cara standar pelajaran video shooting, seorang wartawan video pemula biasanya diperintahkan untuk merekam dalam format "wide, medium, dan tight" (rekaman format lebar, menengah, dan dekat). Itu berarti: Untuk setiap topik yang menarik diliput, ambil satu rekaman yang cukup jauh untuk memperlihatkan suasana sekitar secara menyeluruh (wide); ambil rekaman kedua yang cukup dekat untuk melihat apa yang terjadi (medium); ambil rekaman ketiga yang sangat dekat (tight).

Juru kamera pemula biasanya mengikuti petunjuk ini, tetapi menurut McAdams hasilnya tidak selalu baik. Masalahnya, setiap orang dapat menetapkan jarak "wide, medium, dan tight" tersebut secara berbeda-beda.

McAdams mengajukan metode lima-shot yang dinilainya akan lebih berguna bagi pemula. Dengan mengikutinya, para juru kamera pemula bisa menghasilkan gambar yang lebih baik. Akibatnya, upaya awal mereka dalam mengedit juga akan lebih baik. Mereka belajar lebih cepat untuk merekam video yang bermanfaat.

McAdams telah melatih banyak wartawan untuk menggunakan audio dan video sebagai sarana sederhana untuk bercerita dan meliput kegiatan.

Untuk pengenalan video editing, dia menggunakan video yang sudah diedit ini sebagai contoh (http://www.youtube.com/watch?v=X1F88mDW_oM).
Untuk informasi lebih lanjut tentang kamera yang dia pakai, lihat video contoh ini (https://www.jou.ufl.edu/faculty/mmcadams/video/index.html).

Selalu Ambil Lima Shot sebagai Satu Sekuen (Urutan)

Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana metode lima-shot diterapkan:
1) Tangan (tight, sangat dekat): Untuk latihan rekaman awal ini, tugas Anda akan mudah jika Anda memilih satu subjek yang bekerja dengan tangannya dan tinggal di satu tempat. Dengan rekaman super dekat terhadap gerakan tangan orang tersebut, Anda memiliki satu hal menarik untuk Anda buka atau Anda tunjukkan di awal.


2) Wajah (tight): Siapa yang melakukan pekerjaan yang kita lihat tangannya itu? Salah satu bagian penting dari cerita dalam sebuah video rekaman adalah menghadirkan pertanyaan pada pemirsa, dan kemudian dengan cepat menjawabnya. Tanya: Tangan siapa itu? Jawab: Orang ini - wajah ini?


3) Tangan dan wajah secara bersamaan (medium): Pertanyaan berikutnya di benak pemirsa adalah: Apa yang terjadi di sini? Sebuah shooting yang lebih luas dapat menjawab pertanyaan itu dengan sangat baik. Catatan: Wider (lebih lebar), tetapi tidak benar-benar wide (lebar). Untuk video online, buatlah kamera tetap menyorot dekat (close).


4) Di atas bahu (medium): Shooting ini tidak selalu dapat diambil dengan baik, karena kadang-kadang kita terlalu banyak mengambil bagian dari bahu itu, atau terlalu banyak bagian belakang kepala. Tapi dengan mencobanya kita terbantu belajar bagaimana bersabar, dan kadang-kadang kita juga bisa mengelola diri untuk mendapatkan shot yang sangat baik dari situ.


5) Sesuatu yang lain (seringkali tidak perlu wide): Setelah Anda punya lima shot tersebut di atas, bekerjalah dengan keras untuk mendapatkan angle kelima dan berbeda, terhadap subjek yang sama. Ini seringkali merupakan shot terbaik, menurut pengalaman saya. Anda dipaksa untuk berpikir kreatif. Misalnya, rendahkan kamera hingga dekat ke tanah (seperti yang saya lakukan di sini), atau berdirilah di atas kursi.
Dalam cerita kecil ini (perempuan membuat crepes kertas-padi di rumahnya), ada dua kegiatan lain yang terjadi. Ini dilakukan oleh seorang wanita yang kedua:


6) Wanita pembantu itu menaruh setiap crepes pada tampi rotan yang lebar. (Ketika tampi sudah terisi penuh, ia membawanya keluar untuk mengeringkan crepes itu di bawah sinar matahari, kemudian ia mengambil tampi baru untuk diisi dengan crepes yang lain.)


7) Setelah kamera menyorot kegiatan di tampi rotan, saya sadar bahwa saya membutuhkan shot yang dengan jelas menunjukkan bagaimana cara wanita pembantu tadi mengumpulkan setiap crepes menggunakan satu alat berputar yang terbuat dari empat tabung bambu.
Saya hanya membuat delapan shot untuk menceritakan kisah ini; salah satunya tak ada gunanya, jadi saya buang.

Saya berkonsentrasi pada wanita pembuat crepes, bukan pada wanita pembantunya. Saya tidak pernah menyorotkan kamera secara close-up pada wajah pembantu itu. Saya pun tidak mengikutinya ketika ia pergi ke halaman luar membawa tampi rotan yang siap dijemur (pada kenyataannya, itu dapat dijadikan subjek yang baik untuk sekuen lima shot kedua berikutnya).

Anda dapat men-download tujuh klip video yang belum diedit di sini:

MVI_3133.avi 44 detik. (38,8 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip1)
MVI_3135.avi 25 detik. (22,2 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip2)
MVI_3136.avi 28 detik. (25,6 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip3)
MVI_3137.avi 32 detik. (28,9 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip4)
MVI_3138.avi 17 detik. (15,5 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip5)
MVI_3139.avi 22 detik. (19.6 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip6)
MVI_3140.avi 16 detik. (14.2 MB)> di Vimeo (http://vimeo.com/macloo/clip7)


Ikuti Aturan 10 Detik

Untuk memastikan bahwa Anda dapat mengedit dengan mudah dan baik, usahakan agar Anda selalu menahan masing-masing shot setidaknya 10 detik. Anda harus benar-benar menghitung sampai 10, tapi cukup di hati, setelah Anda mulai merekam shot.

Shooting dimulai ketika Anda menekan tombol "Record" dan berakhir ketika Anda menghentikan sementara (pause) atau menghentikan perekaman.

Jangan menghentikan shooting hanya karena Anda mencapai hitungan ke-10. SERINGKALI Anda perlu menahan shooting lebih dari 10 detik untuk menangkap momen-momen adegan yang Anda butuhkan untuk bercerita melalui video. Aturan 10-detik itu batasan minimum.

Sebuah contoh yang baik dari itu bisa dilihat pada klip yang belum diedit ini (24 detik), di mana saya telah membingkai momen adegan secara sempurna tetapi saya perlu MENUNGGU sampai seluruh kegiatan utuh telah berhasil saya rekam. Dalam hal ini, kegiatan utuh dimulai sebelum si wanita pembantu berjalan ke tampi rotan (pada mark/tanda 15 detik), dan berakhir setelah ia berjalan pergi lagi:

(http://player.vimeo.com/video/20959653)

Anda lihat bagaimana klip dimulai dengan momen adegan yang sudah berlangsung - perempuan itu berada di tengah-tengah menempatkan crepe pada tampi. Momen adegan yang saya butuhkan untuk melakukan shooting yang baik (yang dapat dipotong menjadi suatu sekuen dengan mudah) hendaknya dimulai dari awal. Jadi saya hanya menahan shot saya, lalu menunggu, sementara perempuan itu berjalan pergi, mengumpulkan krep baru, dan kembali - yang memberi saya momen adegan yang lengkap.

Jika Anda berhasil menangkap momen adegan yang lengkap secara bersih, dengan beberapa detik yang dapat dipotong sebelum momen itu dimulai, dan beberapa detik lagi yang dapat dipotong setelah momen itu berakhir, Anda akan merasa sangat mudah untuk mengedit video Anda.

Mendapatkan Shot yang Sempurna Setiap Kali

Kadang-kadang pemula berpikir bahwa karena banyak shot dalam video yang diedit hanya 4 atau 5 detik, maka dia pikir akan baik-baik saja kalau dia menahan shot hanya selama 5 atau 6 detik. ITU TIDAK BENAR! Anda akan mendapatkan bahwa jika Anda merekam seperti itu, Anda akan memiliki banyak klip yang tidak dapat digunakan. Klip-klip itu dimulai terlambat (momen adegan sudah berlangsung) atau klip-klip itu berakhir terlalu dini (momen belum sepenuhnya selesai).

Rekaman seringkali menghasilkan beberapa bagian "goyang" di awal dan/atau di akhir. Itu harus dipotong. Jadi, bahkan ketika momen adegan sudah berakhir, JANGAN TERLALU CEPAT menekan tombol dan mengakhiri klip. Beri ruang bagi diri Anda untuk kemungkinan berbuat salah, goyang, atau melakukan gerakan buruk lainnya - sehingga kemudian Anda dapat memotong itu.

Shot-shot yang tidak sempurna (yang dimulai terlambat atau diakhiri terlalu awal) membatasi pilihan Anda dalam mengedit. Ketika pilihan Anda lebih terbatas, akan jauh lebih sulit untuk mengedit video Anda.

Jika terjadi sesuatu yang mengganggu hasil rekaman Anda sebelum 10 detik berlalu (mungkin ada orang yang tiba-tiba berjalan di depan Anda, menyembunyikan momen adegan yang sedang berlangsung), Anda tak perlu menekan tombol pause atau menghentikan perekaman. Namun, Anda harus memulai hitungan Anda dari awal lagi. Mulai lagi dari 1 dan menghitung diam-diam hingga hitungan ke-10, karena Anda memerlukan setidaknya 10 detik rekaman yang berkesinambungan pada kegiatan atau adegan untuk digunakan sebagai bahan baku dalam editing Anda.

Begitu pula jika Anda memindahkan kamera, Anda harus memulai lagi hitungan Anda dari 1 dan kembali menghitung sampai 10. Adanya suatu gerakan pada rekaman yang terjadi dalam rentang hitungan 10 detik akan merusak shooting yang bersih, 10 detik utuh dan solid yang perlu Anda dapatkan.

Itulah aturan 10 detik.

Sumber:
https://www.jou.ufl.edu/faculty/mmcadams/video/five_shot.html

Share:

Tidak ada komentar: