Memberi Wadah Film Pendek Indonesia

Film pendek masih asing bagi penonton di Indonesia. Padahal, di dalam negeri, produksi film pendek jumlahnya bisa mencapai lebih dari 300 film per tahun. Itu baru yang berbentuk film dokumenter. Belum lagi karya film pendek berjenis film cerita dan animasi.

Oleh: Lusiana Indriasari

Kanal Youtube menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang memproduksi film pendek agar karya-karyanya bisa ditonton orang. Cara lain adalah mengikutsertakan film mereka ke dalam festival-festival.

Di Indonesia, tercatat beberapa nama festival besar yang memberikan apresiasi terhadap film pendek, yaitu Apresiasi Film Indonesia, Festival Film Indonesia, Festival Film Bali Internasional, Jiffest, Bandung Film Festival, XXI Short Film Festival (SFF), dan lain-lain.

Di antara sekian banyak festival tersebut, XXI SFF merupakan ajang kompetisi film pendek terbesar di Tanah Air. Sejak mulai diadakan pada 2013, XXI SFF mampu menjaring banyak karya film pendek untuk dikompetisikan.

Tahun ini, festival film oleh jaringan bioskop terbesar di Indonesia ini telah tiga kali diadakan. Untuk kompetisi, panitia membuka pendaftaran bagi karya-karya film pendek pada 8 September-10 Desember 2014.

Selama empat bulan itu, sebanyak 641 karya film pendek telah masuk ke meja panitia, sebagian besar berupa film pendek fiksi naratif (471 film), film pendek dokumenter (108 film), dan film pendek animasi (62 film). "Untuk tahun depan, animo peserta bertambah dibandingkan tahun lalu yang hanya 423 film," kata Catherine Keng, Direktur XXI SFF 2015. Ketika pertama kali diadakan, festival ini mampu menyedot lebih dari 700 karya film.

Puncak penyelenggaraan festival akan dilaksanakan 18-22 Maret mendatang di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Pusat. Selama lima hari, panitia akan menggelar banyak kegiatan, salah satunya adalah memutar film pemenang kompetisi di 12 layar bioskop. Film pemenang kompetisi juga akan diputar streaming di internet.

Nauval Yazid, Direktur Program XXI SFF, mengatakan, pihaknya berupaya agar film-film hasil kompetisi bisa ditonton secara luas oleh masyarakat. Dari seluruh film akan diseleksi menjadi 10 finalis pada setiap kategori untuk mendapatkan penghargaan film pendek terbaik. Panitia telah membagi beberapa kategori, seperti Film Pendek Pilihan Media, Film Pendek Penghargaan Khusus Indonesian Motion Pictures Association, dan Film Pendek Favorit.

Gagasan baru
Festival film pendek XXI tidak melulu memutar film dan menggelar workshop. Kegiatan lima hari itu juga akan memberi kesempatan kepada para pembuat film, terutama dari kalangan muda, untuk mengikuti Pitching Forum. Di Pitching Forum ini mereka diminta mempresentasikan ide cerita film pendek. Ide-ide yang dianggap berkualitas akan mendapat dana pembiayaan untuk membuat film dari Cinema XXI.

Sebelum menampilkan gagasannya, para pembuat film ini diharuskan mengikuti workshop pembuatan film secara intensif selama dua hari, yaitu pada 19-20 Januari 2015. Dari workshop itu, panitia akan menyaring 10 peserta untuk ikut Pitching Forum. Tiga gagasan yang terpilih melalui forum tersebut akan diberi bantuan dana masing-masing sebesar Rp 10 juta untuk merealisasikan proyek mereka.

Pada puncak perayaan XXI SFF akan diputar film hasil Pitching Forum tahun sebelumnya. Ada tiga film yang akan diputar pada malam pembukaan XXI SFF 2015, yaitu Catur (Bandung), Listen (Jakarta), dan Potret (Yogyakarta). Selain itu, panitia juga akan memutar cuplikan film animasi Indonesia berjudul Battle of Surabaya karya STMIK Amikom Yogyakarta.

Nauval mengungkapkan, program festival tahun ini akan lebih padat, karena panitia menyediakan banyak kegiatan yang semuanya bisa diikuti secara gratis. Penonton bisa menyaksikan sejumlah film pendek berkualitas dari mancanegara yang dikemas dalam program International Shorts.

Mereka yang ingin mendapat ilmu dari sineas profesional bisa hadir di Program Focus On. Di sesi ini, Riri Riza sebagai sutradara akan membagikan pengalamannya membuat film.

Selain itu masih ada para pembuat film pendek profesional dari luar negeri yang akan ikut menjadi pembicara di program Masterclass.

Salah satu film yang menjadi sorotan pemutaran film di festival ini adalah film pendek berjudul Maryam karya Sidi Saleh. Maryam berhasil meraih penghargaan sebagai Film Pendek Terbaik di ajang festival film bergengsi dunia, yaitu Festival Film Venice ke-71 pada bulan Juni lalu. Maryam berkisah tentang pluralisme di Indonesia.

Sidi mengatakan, film pendek Indonesia sudah beberapa kali mendapat penghargaan di luar negeri. Namun, di Indonesia, film ini belum menjanjikan secara materi. "Kebanyakan film pendek dibuat hanya untuk memenuhi hasrat idealisme pembuat film itu sendiri," ujar Sidi.

Di luar negeri, film pendek sudah bisa mendatangkan uang. Karya-karya film pendek dalam bentuk omnibus (gabungan film pendek) mampu sejajar dengan film cerita panjang dalam hal perolehan uang.

Tingginya animo anak muda memproduksi film membuat panitia XXI SFF sepakat untuk mengadakan workshop film ke kantong-kantong komunitas film di enam kota, yaitu, Jakarta, Makassar, Lampung, Malang, Kupang, dan Denpasar.

Share:

Tidak ada komentar: