Hijab Itu Sesuai Fitrah Manusia

Hijab atau jilbab yang pernah ramai ditolak kini sudah tidak lagi jadi masalah dan diterima di berbagai kalangan di dunia. Selain sebagai perintah agama, berhijab sudah dianggap sebagai satu budaya berpakaian muslimah. Tak sedikit perusahaan fashion kelas dunia yang menjadikan hijab atau jilbab sebagai produk berkelas, dengan target kalangan atas.

Beberapa perusahaan fashion terkenal telah menciptakan lini produk hijab atau jilbab untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. Beberapa di antaranya tampaknya termasuk Zara, H&M, Uniqlo, Mango, DKNY, dan banyak lagi. Namun, penting juga dicatat, situasi pasar dan produk dapat berubah dari waktu ke waktu, sehingga produksi mereka bisa turun-naik.

Kenyataan di atas memberikan konteks yang relevan mengenai pentingnya hijab dalam konteks peradaban modern. Pengakuan bahwa hijab sudah diterima di berbagai kalangan dan dianggap sebagai budaya pakaian muslimah di seluruh dunia serta digunakan oleh perusahaan fashion kelas dunia dengan target kelas atas menunjukkan bagaimana pandangan terhadap hijab telah berubah dan berkembang.

Ulama pembaharu asal Turki, Syekh Badiuzzaman Said Nursi, di awal abad ini sudah pernah membahas tentang pentingnya hijab (atau jilbab) dalam pandangan peradaban modern. Di kitab karyanya, "al-Lama'at" (halaman 372-373), dia menyatakan bahwa peradaban modern yang mencampakkan hijab sesungguhnya bertentangan dengan fitrah manusia. 

Dalam pandangannya, sebagian besar perempuan memiliki naluri untuk menghindari pandangan jahat dan penglihatan yang mengganggu dari pria, bahkan di lingkungan yang bebas buka aurat sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa perintah al-Qur'an untuk berhijab sejalan dengan fitrah manusia dan berfungsi sebagai perlindungan bagi perempuan.

Menurut Said Nursi, perempuan cenderung khawatir terhadap pria asing karena kesenangan singkat dapat berujung pada konsekuensi berat seperti kehamilan, yang menuntutnya bertanggungjawab membesarkan anak tanpa ayah selamanya. Karena itu, naluri fitrahnya mengarahkannya untuk menjauhi pria yang bukan mahram dan menggunakan hijab sebagai benteng pengaman diri.

Sebagai contoh konkret, Said Nursi menyebutkan insiden tukang semir sepatu yang dengan terang-terangan mengganggu istri pejabat tinggi yang membuka auratnya di jantung ibu kota Ankara, Turki. Bagi Said Nursi, perlakuan semacam itu menjadi bukti nyata bagaimana ketidaktahuan dan penentangan terhadap hijab dapat berakibat buruk dan menyakiti perempuan.

Dengan pandangan ini, Said Nursi ingin menyampaikan pesan bahwa hijab bukanlah halangan bagi perempuan, melainkan merupakan perlindungan dan sarana untuk menjaga kehormatan serta martabat diri. Peradaban yang menghormati hijab dan memahami fitrah manusia akan memberikan keadilan dan rasa aman bagi perempuan dalam berbagai lapisan masyarakat. (Ahmadie Thaha, Ma'had Tadabbur al-Qur'an)
Share:

Tidak ada komentar: