Media Jadul Merajai TikTok

Oleh Ahmadie Thaha
Ma'had Tadabbur al-Qur'an

Perubahan revolusioner terjadi ketika Daily Mail, yang dikenal sebagai Mail Online, memasuki dunia TikTok, mengalami transformasi total menjadi media yang dicintai oleh Generasi Z. Awalnya, Daily Mail hanya koran cetak jadul pilihan utama kalangan tua berusia rata-rata 56 tahun. Namun, sekarang, mereka tak hanya berusaha mencapai pembaca dari kelompok umur tersebut, tapi berusaha menjangkau setiap generasi dalam sebuah keluarga, dan TikTok menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi mereka.

Adaptasi dan penyesuaian, itulah kata kunci dari perubahan ini. Daily Mail tidak hanya berpikir mempertahankan basis pembaca lama, tapi juga berani mengambil risiko untuk berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kesuksesan mereka dalam bertransformasi menjadi penerbit berita terbesar di TikTok sekali lagi membuktikan bahwa inovasi dan adaptasi merupakan kunci utama untuk menarik perhatian generasi baru dan mempertahankan relevansi di dunia media yang terus berubah.

Keputusan untuk melibatkan mantan Perdana Menteri Boris Johnson sebagai bintang TikTok yang tak terduga membawa dampak positif yang signifikan. Video promosi yang direkam untuk mendukung kolom mingguannya sangat populer di platform tersebut, menghasilkan peningkatan jangkauan Daily Mail lebih dari 1.500 persen dalam enam bulan terakhir. Bahkan, pada 4 Oktober, ia mengklaim sebagai penerbit berita terbesar di TikTok.

TikTok telah menjadi bagian dari strategi Daily Mail sejak kuartal pertama tahun 2020. Namun, strategi ini diperkuat dengan penunjukan Lucy White sebagai pimpinan TikTok global pada tahun 2022, dan semakin diperkuat dengan kedatangan Phil Harvey sebagai Kepala Video Sosial pada Maret tahun ini.

Phil Harvey menjelaskan bahwa investasi mereka di TikTok dan dalam podcast adalah bagian dari upaya untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Ini bukan hanya tentang mencapai audiens yang berbeda, tetapi juga tentang membawa merek dan jurnalisme mereka kepada seluas mungkin orang, termasuk generasi yang belum pernah mereka jangkau sebelumnya.

Harvey menyoroti bahwa transformasi ke TikTok memberikan wawasan baru tentang bagaimana Generasi Z mengonsumsi konten berita. Untuk itu, mereka tak hanya memahami bahasa dan gaya unik TikTok, tapi juga memahami pentingnya menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi dan minat Generasi Z. Keterlibatan aktif dengan komentar dan tren menunjukkan pentingnya keterbukaan dan responsif terhadap audiens baru.

Dengan kata lain, Daily Mail berhasil membuktikan bahwa media warisan seperti mereka dapat beradaptasi dan berhasil terlibat dengan generasi yang lebih muda melalui pendekatan inovatif dan berani. Ini menegaskan bahwa fondasi yang kuat dapat menjadi batu loncatan untuk transformasi dan kesuksesan di era digital yang terus berkembang.

Penting dicatat bahwa Daily Mail memperluas jangkauannya di TikTok dengan cerdas memanfaatkan format konten yang sesuai dengan minat audiens, termasuk berita lokal, kejahatan, olahraga, dan hiburan. Mereka dapat menarget minat audiens lebih tepat melalui sub-feed yang disediakan. Strategi ini memungkinkan mereka berinteraksi dengan audiens baru secara efektif dan membangun merek mereka melalui format komunikasi yang disukai Generasi Z.

Daily Mail dengan jadwal ketat terus memproduksi konten dengan gaya dan bahasa yang sesuai dengan TikTok. Mereka umumnya membuat video berita singkat yang menyajikan informasi penting tentang berita terbaru dengan gaya yang ceria, menggunakan musik dan efek visual khas TikTok. Mereka juga memperkenalkan rubrik-rubrik khusus seperti "Trendy News of the Day" yang memuat konten yang sedang viral di TikTok.

Perubahan ini memberikan pelajaran berharga tentang betapa pentingnya adaptasi media tradisional untuk mencapai generasi baru. Diversifikasi dan inovasi dalam strategi pemasaran menjadi sangat penting untuk memastikan relevansi dan daya saing dalam era digital. Menggunakan platform yang sesuai dan memahami bahasa serta minat audiens, itulah kunci untuk sukses dalam mencapai target yang lebih luas.

Perjalanan transformasi Daily Mail ke TikTok bermula dari upaya mereka merespons pergeseran tren konsumsi berita. Generasi Z, yang tumbuh dengan cepat, membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam mendapatkan informasi. Mereka lebih suka konten yang ringkas, tajam, dan mudah dicerna, sesuai dengan gaya hidup mereka yang serba cepat dan singkat. Daily Mail menyadari bahwa untuk terus eksis, relevan, bahkan dapat memperluas jangkauan, mereka harus memasuki dunia di mana Generasi Z menghabiskan sebagian besar waktu online: TikTok.

Pada kenyataannya, platform media sosial seperti TikTok memang telah menjadi wadah penting untuk menyebarkan informasi dan konten, khususnya di antara Generasi Z. Generasi ini tumbuh dalam era di mana teknologi dan konektivitas online menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup mereka. Karena itu, adaptasi ke platform seperti TikTok bukan hanya pilihan, melainkan suatu keharusan untuk mempertahankan relevansi dan daya saing.

Keberhasilan Daily Mail di TikTok juga menegaskan pentingnya konten yang dapat terhubung dengan audiens secara emosional dan menghibur. TikTok memungkinkan media untuk berkolaborasi dengan tren dan budaya populer, memastikan konten mereka relevan dan menarik bagi audiens yang lebih muda. Hal ini memberikan pelajaran berharga bagi media lain untuk memahami bahwa berubah dengan cepat sesuai dengan kebutuhan dan preferensi audiens adalah kunci untuk mencapai kesuksesan di era media digital yang dinamis.

Harvey menekankan bahwa, selain di TikTok, Daily Mail ingin membangun audiens di berbagai platform, termasuk melalui podcast. Hal ini menggarisbawahi pentingnya diversifikasi. Media modern harus mempertimbangkan berbagai jalur untuk menyampaikan konten mereka, karena setiap platform memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi cara audiens mengonsumsi informasi. Kini, membawa berita ke lingkungan mobile melalui podcast atau menyajikannya dalam format singkat di TikTok adalah bagian integral dari strategi media yang efektif.

Langkah pertama transformasi Daily Mail dimulai dengan memahami bahasa dan gaya unik TikTok. Tim Daily Mail dengan cermat mempelajari tren, meme, dan format yang populer di platform ini. Mereka memahami bagaimana suara, efek visual, dan transisi berkontribusi pada daya tarik konten. Hal ini memungkinkan mereka menciptakan "TikTok edits" yang menarik dan menghibur, sesuai dengan selera dan preferensi audiens Generasi Z.

TikTok bukan hanya soal format. Pengelola Daily Mail juga menyadari, betapa penting di TikTok menyajikan konten yang menarik dan bervariasi. Mereka mengembangkan berbagai jenis konten, seperti eksplainer, wawancara di jalan, dan eksperimen sosial. Misalnya, satu produser Daily Mail berkeliling di jalanan New York dengan mengenakan kaos bergambar mugshot Donald Trump pada hari berikut setelah mugshot tersebut dirilis, dan merekam reaksi masyarakat. Pendekatan ini memberikan nuansa baru pada cara menceritakan berita dan membuatnya lebih menarik bagi audiens TikTok.

Namun, perubahan ini tidak hanya terbatas pada produksi konten. Organisasi harus memastikan bahwa seluruh tim memahami perubahan budaya dan mengadopsi pendekatan baru yang dibutuhkan. Daily Mail membentuk tim khusus yang mencerminkan sasaran audiens mereka, dengan 50 persen terdiri dari jurnalis dan 50 persen sisanya dari spesialis media sosial. Tim ini terus berkembang, fokus pada produksi konten yang terstruktur dengan bimbingan data untuk memperoleh keputusan editorial yang tepat.

Sekali lagi, transformasi ini memberi kita pelajaran betapa pentingnya fleksibilitas dan inovasi dalam dunia media. Perubahan cepat dalam preferensi konsumen mengharuskan perusahaan beradaptasi dan mencari cara baru untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Investasi dalam riset dan pemahaman mendalam tentang platform baru seperti TikTok merupakan kunci untuk sukses menciptakan koneksi yang relevan dengan audiens baru, seperti Generasi Z.

Namun, tidak hanya memproduksi konten dengan gaya yang sesuai dengan TikTok, Daily Mail juga berfokus pada interaksi dengan audiensnya. Mereka memahami pentingnya keterlibatan dan respons terhadap komentar, pesan, dan tren yang muncul di TikTok, platform yang digunakannya. Respons positif dari Generasi Z menjadi penegas bahwa perubahan strategi ini berhasil, terbukti banyak komentar memuji gaya dan konten baru yang dihadirkan. Hal ini membuktikan Daily Mail berhasil membina hubungan positif dengan audiens baru mereka.

Menurut analisis Press Gazette, Daily Mail berhasil mengukuhkan posisinya di media sosial. Mereka telah mampu mengambil langkah progresif dalam mendiversifikasi strategi pemasaran mereka dengan memasuki ranah TikTok, platform yang popular di kalangan Generasi Z. Daily Mail berhasil menjadi penerbit berita terbesar di TikTok, dengan jumlah pengikut yang signifikan. Hal ini menunjukkan keberhasilan adaptasi mereka terhadap perubahan tren konsumsi berita, memperluas jangkauan mereka ke generasi muda.

Hanya saja, informasi spesifik mengenai pendapatan Daily Mail dari keterlibatannya di TikTok, termasuk perkiraan angka perolehan pemasukan per tahun, tak tersedia datanya. Namun, pemasukan yang diperoleh Daily Mail dari keterlibatan di TikTok dapat dipastikan berasal dari beberapa sumber. Salah satu sumber potensial adalah iklan. TikTok memiliki berbagai model iklan, seperti iklan tampilan, iklan video, dan sponsor konten, yang memungkinkan penerbit untuk mendapatkan penghasilan dari promosi dan kemitraan dengan merek.

Yang pasti, selain itu, Daily Mail juga dapat mengarahkan lalu lintas dari TikTok ke situs web mereka, meningkatkan lalu lintas dan kemungkinan konversi ke pembaca berlangganan atau pembaca yang mengakses konten premium mereka, yang dapat menjadi sumber pendapatan tambahan.

Dalam konteks media tradisional yang sering disebut sebagai "legacy publisher," Daily Mail memberikan contoh sukses bahwa warisan dan adaptasi tidak saling mengecualikan. Media yang telah ada lama dapat mengambil risiko dan memasuki ranah baru dengan keberhasilan yang luar biasa. 

Ini membuktikan bahwa transformasi adalah tentang kesediaan bereksperimen dan menciptakan cara baru untuk terhubung dengan audiens, bahkan di luar zona kenyamanan. Media warisan memiliki kesempatan untuk memimpin perubahan dan mempertahankan posisi utama mereka di dunia digital yang terus berkembang.

(Ahmadie Thaha)

(Ahmadie Thaha)
Share:

Tidak ada komentar: