Layar Tancep 5.1: Pemutaran Ruang Terbuka Kualitas Bioskop

Semua orang butuh hiburan, karena kita semua butuh pelepasan, dari stress bekerja seharian, stress karena masalah di rumah, stress karena diputusin pacar, apapun. Semua orang perlu hiburan sebagai sarana pengalihan, dan salah satu bentuk hiburan yang cukup populer adalah menonton film.

Di zaman sekarang ini menonton film bisa dilakukan di mana saja, di bioskop, di rumah, di jalan, bahkan di toilet umum. Meski begitu, tidak ada yang bisa menggantikan kenikmatan menonton film di ruangan gelap dengan layar besar dan tata suara yang menggelegar. Lebih seru lagi kalau bisa nonton ramai-ramai, karena kita bisa serius bareng, ketawa bareng, bahkan menangis bareng. Seusai credit title bergulir, kita pun bisa langsung membahas film yang baru ditonton.

Sensasi menonton semacam ini bisa kita dapatkan di bioskop, sayangnya tidak semua film diputar di bioskop. Film-film yang dibuat secara swadaya, semisal film-film produksi komunitas, hampir tidak mungkin masuk bioskop karena tata distribusi kita belum mampu mengakomodir hal tersebut. Pertimbangkan juga lokasi bioskop yang ada sekarang kebanyakan di kota-kota besar. Bagaimana dengan kawan-kawan kita di kota kecil dan pedalaman?

Memang, sekarang ini, sudah ada beberapa tempat pemutaran film non-bioskop. Tempat pemutaran ini dibuat hampir menyerupai sebuah ruang bioskop, tetapi dengan skala yang lebih kecil. Biasanya hanya muat 8-30 orang saja. Tempat ini menerima siapa saja yang ingin memutar/menonton filmnya di sana, tanpa perlu ada kontrak atau apalah. Sayangnya tempat-tempat semacam ini masih sangat terbatas jumlahnya, mengingat modal untuk membangun ruang pemutaran semacam ini tidaklah sedikit.

Cara paling efektif (dan masih lazim digunakan) untuk melakukan pemutaran yang dapat mencapai penonton di pedalaman adalah layar tancap. Kebutuhannya tidak banyak: cukup bentang layar, pasang peralatan, gelar tikar, dan pemutaran dapat dimulai. Tidak perlu membangun ruangan dengan peredam dan setting akustik. Memang ketiadaan kedua hal ini menghadirkan sejumlah masalah tersendiri: lokasi pemutaran berisik, kadang suara orang seliweran mengalahkan suara film, speaker tidak cukup kuat untuk meredam suara lingkungan, dan sejenisnya.

Tapi marilah kita melihat ini bukan sebagai masalah, tapi sebagai tantangan. Justru di situ serunya pemutaran layar tancap, dan pemutaran layar tancap dengan kualitas gambar dan tata suara yang layak bukannya tidak mungkin diwujudkan. Layak dalam kasus ini adalah penggunaan proyektor yang mumpuni dan juga tata suara 5.1 Surround seperti di gedung bioskop.

Seperti yang kita ketahui, hampir semua gedung bioskop mengadopsi sistem tata suara Surround. Sistem ini diciptakan untuk menambah kenikmatan menonton, di mana penonton akan merasa berada dalam ruang cerita film yang sedang disaksikannya.

Sayangnya pemutaran layar tancap selama ini hampir tidak pernah bisa menyamai atau bahkan mendekati kualitas yang kita dapatkan di gedung bioskop. Beberapa waktu lalu saya mengikuti acara layar tancap pemutaran film yang saya kerjakan, Postcards from the Zoo, di Kineruku, Bandung. Film ini dibuat menggunakan format 35mm dan tata suara 5.1 Surround. Pemutaran hari itu cukup sukses dengan tiket yang sold out. Tapi saya merasa tidak puas dengan kualitas gambar dan suara yang disajikan ke penonton, yang kebetulan harus membayar untuk pemutaran film tersebut. Seusai pemutaran saya sempat mengobrol dengan seorang teman dari kampus saya, seorang pekerja di bidang televisi. Dia sangat menyayangkan kualitas proyektor yang dipakai. Waktu itu layar yang dipakai lebarnya hampir tiga meter, tapi proyektor yang dipakai beresolusi VGA (640 x 480) dengan intensitas cahaya sekitar 1.500 Lumens. Filmnya sendiri diputar menggunakan DVD. Hasilnya terlihat di layar: gambar tidak terlalu terang dan buram.

Dari obrolan itu saya tiba-tiba teringat ketika saya dulu datang ke Busan International Film Festival 2008. Ada satu venue bernama Open Air Cinema, yang pada dasarnya adalah pemutaran film di tempat terbuka, tapi tanpa mengurangi kualitas seperti di bioskop pada umumnya. Proyektor yang digunakan pada waktu itu adalah proyektor 35mm, dan tata suara yang digunakan adalah 5.1 Surround. Beberapa speaker surround diletakan mengelilingi penonton yang duduk di kursi lipat, persis seperti gedung bioskop.

Saya lalu berpikir, mengapa tidak mengadakan pemutaran di ruang terbuka tapi dengan kondisi selayaknya gedung bioskop? Atas keinginan ini, saya coba susun sistem Layar Tancep 5.1, sistem yang saya rasa bisa menciptakan pemutaran ruang terbuka dengan kualitas bioskop. Sistem ini terbuka bagi kawan-kawan pecinta dan pegiat film yang ingin mengadakan pemutaran dengan kualitas audiovisual yang mumpuni. Saya pribadi terbuka untuk diskusi lebih lanjut dengan kawan-kawan apabila ada tanggapan, pertanyaan, maupun usulan terhadap sistem ini.

Baca artikel ini di sumbernya, lbh lengkap:
http://cinemapoetica.com/layar-tancep-5-1-pemutaran-ruang-terbuka-kualitas-bioskop/

Share:

Tidak ada komentar: