Anakku, Wujudkan Visi Pernikahanmu

Oleh Jamil Azzaini

Tadi malam, saat sedang menikmati makan malam masakan ibu saya yang datang dari kampung, tiba-tiba anak pertama saya (Nadhira) berkata "pak, suapin." Entah mengapa, ketika itu perasaan suka cita bertambah semakin membuncah. Anak pertama saya, besok sudah menikah. Setelah ini tentu yang lebih layak nyuapin makan adalah suaminya bukan saya.

Nadhira, adalah anak pertama saya yang terlahir saat saya masih kuliah di IPB. Mendidik anak dengan penuh keterbatasan financial dan ilmu parenting adalah hal yang saya hadapi ketika itu. Nadhira adalah "kelinci percobaan" saya dalam mendidik anak. Banyak hal salah yang pernah saya lakukan. Banyak hal yang kurang tepat yang saya perbuat. Maafkan saya anakku.

Besok, engkau menikah. Statusmu besok telah berubah. Ketundukan dan kepatuhanmu yang utama untuk sesama manusia beralih ke lelaki lain, bukan lagi kepada bapakmu. Dukung suamimu melebihi dukunganmu kepada bapakmu. Hormati suamimu melampui rasa hormatmu kepada bapakmu. Layani suamimu dengan penuh cinta dan setulus hatimu. Ingatlah anakku, kunci surgamu ada dikeridhoan suamimu.

24 tahun, orangtuamu telah mendidik dan menyiapkanmu. Dengan berbagai keterbatasan kami selalu berupaya memberi yang terbaik, meski ternyata dikemudian hari kami menyadari bahwa ada beberapa yang keliru. Namun, diantara kekeliruan-kekeliruan yang kami lakukan, percayalah tak ada niat sedikitpun kami "main-main" menyiapkanmu. Kamu tahu dan menyaksikan khan, bahwa orang tuamu selalu berusaha memberi yang terbaik untukmu, untuk masa depanmu, untuk akheratmu.

Bapak tahu kegigihanmu, kelembutanmu, daya juangmu, karaktermu dan kebaikan-kebaikanmu. Bapak juga tahu betapa dirimu sangat kuat menjaga harga diri dan kemuliaanmu. Saat ada lelaki yang mengajak pacaran, kau menolaknya dengan cara yang elegant. Saat ada lelaki yang mengajakmu menikah, langsung kau minta lelaki itu menemui bapakmu. Sungguh, rasa hormat dan kepasrahanmu kepada orangtuamu membuatmu semakin mulia dimataku. Dan saya sangat berharap juga semakin mulia dalam pandangan penduduk langit.

Anakku, suamimu belumlah mapan. Jadilah istri yang membuat suamimu mampu menyusun pondasi kemapanan dengan perasaan nyaman. Saat ia gelisah, kaulah yang membantu menentramkannya. Saat ia putus asa, tugasmulah yang menyalakan cahaya agar ia tahu berbagai jalan yang bisa ia lalui. Namun, sehebat apapun dirimu, tetaplah tempatkan dirimu sebagai istri.

Anakku, kulepas engkau untuk dididik lelaki lain. Lelaki yang lebih siap menghadapi perubahan yang terjadi. Lelaki yang punya energi dan visi besar yang juga kemungkinan besar mampu mewujudkan visi pernikahanmu. Izinkan suatu saat nanti, bapakmu masih bisa nyuapin makan malammu. Sembari nyuapin makan, bapak ingin mendengar cerita tentang perjuanganmu dan suamimu mewujudkan visi pernikahanmu.

Salam SuksesMulia

Jamil Azzaini

Share:

Tidak ada komentar: