Strategi Kampanye Jokowi di Pilgub 2012

Berikut Strategi Kampanye Jokowi di Pilgub 2012, sebagaimana menurut Eep Saefullah Fatah:

1. Petakan seluruh kelurahan dan kecamatan di DKI Jakarta dan pilih mana kelurahan yang penduduknya paling padat. Karena peluang menang terbesar ada di daerah dengan jumlah penduduk terpadat.

2. Petakan daerah mana saja yang angka Golputnya (pada Pilkada sebelumnya) tinggi. Bayangkan pada Pilgub 2007, dari 5 juta lebih pemilih di DKI, sekitar 2,5 juta Golput. Petakan siapa mereka, ada di mana mereka?

3. Cari kelurahan dengan rata-rata anggota keluarga (KK) paling banyak. Saat itu setiap KK di DKI rata-rata memiliki anggota 2,5 jiwa. Cari keluarahan yang rata-rata anggota KK nya paling banyak. Pilih kelurahan yang rata-rata anggota KKnya 6-10 orang. Hitung2annya begini, jika kampanye Anda dihadiri 100 orang, dan dia berasal dari keluarga yang anggota keluargnya 10 orang, maka Anda punya potensi dipilih oleh 1.000 orang. Dampak multiplikasi seperti itu sangat berpengaruh.

4. Petakan kelurahan yang paling padat warga miskinnya. Mengapa, survei menyebutkan bahwa di Jakarta media yang paling mempengaruhi pilihan orang adalah berita televisi, bukan iklan televisi!. Pada waktu itu, iklan televisi dibawah 4% peranannya, berita TV mencapai 80%. Spanduk, baliho, media luar raug 4% lebih (sangat tidak signifikan). Dan faktor nomor duanya adalah kontak langsung dengan kandidat. JAdi kuncinya adalah serajin mungkin berkeliling, bertemu dengan sebanyak mungkin calon pemilih dan sebegitu atraktif gaya kampanyenya agar sering muncul di berita televisi. Bukan mengeluarkan uang banyak untuk beriklan televisi! Persoalannya orang miskin tidak nonton berita TV, maka mereka harus menjadi prioritas dikunjungi. Peta dan datanya disiapkan.

5. Kelurahan yang paling padat warga menengah kebawah. Dilihat pekerjaannya, pengangguran, pekerja sektor informal, pekerja kasar, petani, nelayan. Dikumpulkan dari data statistic dicari dan dipetakan lokasinya di mana saja, di kelurahan mana yang paling padat kelompok pemilih  tersebut.  Semuakandidat berebut di kantong itu, maka kantong2 itu harus direbut.

6. Keluarahan yang paling pada warga etnis Jawa-nya. Karena pada tahun 2012, 36% pemilih Jakarta adalah orang Jawa. Orang Betawi jauh dibawahnya, hampir sama dengan orang Sunda. Makanya jangan terlalu fokus ke isu2 betawi karena jumlahnya sedikit.

7. Petakan keluarahan yang pemeluk agamanya beragam/majemuk. Karena Jokowi wakilnya Ahok. Kalau Kelapa Gading, sangat kuat Kristennya, sudah pasti banyak yang pilih Ahok. Sebaliknya kawasan Mampang, sangat kuat Islamnya, sehingga nggak akan pilih Jokowi-Ahok. Maka carilah yang ditengah-tengah (majemuk). Dari 267 kelurahan, akhirnya terambilah 77 keluarahan prioritas. Yang ketika dihitung, jika Jokowi menang di 77 kelurahan itu, maka Jokwoi bisa memenangkan Pilgub.

Ke-7 kriteria ini kita sebut zona 1 yang merupakan prioritas. Zona 2 dan 3 tetap tidak diabaikan, namun lebih mengandalkan jejaring lain misalnya struktur partai, dll. Kalua resources berlebih, maka masuk juga ke zona 2.

Lalu kemudian, Pilkada juga sangat memperhatikan diferensiasi. Kandidat harus memiliki perbedaan. Jika kandidat yang akan dilawan arogan, maka harus dicari kandidat yang bisa membuat orang lain nyaman. Sementara jika yang dihadapi kandidat yang dianggap berani/tegas. Maka harus diusung kandidat yang juga berani dan tegas agar tidak tenggelam dari lawan.

Diferensiasi lainnya, saat itu dari 6 pasang kandidat, 4 kandidat semua nyerang Foke (Petahana), gebukin Foke. Jokowi ambil sikap tidak nyerang petahana sebagai sebuah diferensiasi.

Kemudian menyampaikan pesan2 untuk calon pemilih, jangan dengan pesan2 yang rumit atau njlimet, tapi dengan pesan2 yang sederhana yang mudah dimengerti sehingga mudah dipahami. Misalkan soal mengatasi banjir, kasih pesan yang sederhana tentang apa yang akan dilakukan untuk mengatasi banjir.

Share:

Tidak ada komentar: