Hati-hati dengan Buku-buku Terjemahan Penerbit Al-Kautsar - Secuil Kasus dari Terjemahan Muqaddimah Ibnu Khaldun

Saya barusan kesel sendirian di depan komputer. Pasalnya, saya terkaget-kaget membaca terjemahan kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun yang diterbitkan penerbit Pustaka Al-Kautsar. Saya sudah menemukan banyak kesalahan dalam terjemahan tim Pustaka Al-Kaustar ini sebelumnya, tapi kali ini saya terpaksa harus menulis di sini biar Anda berhati-hati membaca buku-buku terjemahan, apalagi atas kitab-kitab klasik yang bahasanya rumit minta ampun seperti Muqaddimah.

Coba perhatikan naskah asli bahasa Arab yang saya ambil dari kitab Muqaddimah ini (hlm 158, terbitan Dar al-Sya'ab, Kairo, ditahqiq Abdul Wahid Wafi):

و كذلك وجد بخط أحمد بن محمد بن عبد الحميد عمل بما يحمل إلى بيت المال ببغداد أيام المأمون من جميع النواحي نقلته من جراب الدولة 

Kalimat itu diterjemahkan begini oleh Penerbit Al-Kautsar:

"Dalam sebuah literatur yang ditulis oleh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Hamid tentang kegiatan pengumpulan dana dari berbagai daerah ke Baitul Mal di Baghdad pada masa pemerintahan Al-Makmun, yang dimasukkan dalam ransel yang disediakan kerajaan disebutkan."

Apanya yang salah? Para penerjemah Muqaddimah terbitan Al-Kautsar -- keroyokan dari Masturi Irham Lc, Malik Supar Lc, dan Abidun Zuhri, dan dibantu suntingannya oleh M. Nurkholish Ridwan (mantan Pemred Sabili, sering diminta beberapa tv jadi penerjemah live terutama peristiwa di Timteng) -- rupanya begitu sembrono menerjemahkan kata jirab ad-dawlah (جراب الدولة) dengan "ransel yang disediakan kerajaan." Saya jadi geli dibuatnya, karena tidak nyambung dan ngaco tak masuk akal: mana mungkin dana-dana jutaan sebanyak yang disebutkan dalam daftar itu bisa dimasukkan ke dalam ransel? Sebesar apa ranselnya?

Itu baru kesalahan secuil kata yang, karena terjemahannya ngaco, bisa menimbulkan kekacauan pemahaman. Nah, bagaimana kalau kita bisa menemukan banyak lagi kekacauan dalam terjemahan Muqaddimah terbitan Pustaka Al-Kautsar, apakah kita nanti tidak dibuatnya bertambah bingung? Karena itu, sekali lagi, hati-hati membeli buku-buku terjemahan kitab klasik yang belakangan ini banyak diterbitkan orang. Jika Anda mampu membaca kitab aslinya, lebih baik Anda membaca langsung kitab-kitab itu dari sana. Atau boleh juga membaca terjemahannya, tapi usahakan tetap merujuk ke kitab aslinya untuk sekaligus mencek keakuratan terjemahan kitab yang bersangkutan. 

Franz Rosental, penerjemah Muqaddimah ke dalam bahasa Inggris, mengartikan Jirab ad-Dawlah sebagai nama sebuah kitab. Coba tengok terjemahan versi Rosental atas teks Arab tadi, dilengkap dengan catatan kaki yang cukup panjang, sebagai berikut:

There exists in the handwriting of Ahmad b. Muhammad b. 'Abd-al-Hamid a list showing the receipts of the treasury at Baghdad from all regions (of the realm) in al-Ma'mun's day. I copied it from the book of Jirab ad-dawlah: (120)

Saya menerjemahkannya begini:

Di dalam karya tulis tangan Ahmad bin Muhammad bin Abdul Hamid dimuat satu daftar yang memperlihatkan penerimaan dana kas Baitul Mal di Baghdad, (yang dikumpulkan) dari seluruh wilayah (kerajaan) pada masa al-Makmun. Saya menyalinkannya dari kitab Jirab ad-Dawlah.

Adapun catatan kaki berikut ini, saya ambil dari terjemahan karya Franz Rosental, sehingga makin jelas maksud kalimat dari Muqaddimah di atas tadi:

(120)

Jirab ad-dawlah means something like "public purse." It would seem to be the title of a book. However, an artist and litterateur called Ahmad b. Muhammad is known to have lived ca. 900, and to have been known under the name of Jirab ad-dawlah. He wrote a book of jokes and anecdotes entitled Tarwih al-arwah. Cf. Ibn an-Nadim, Fihrist, p. 153 of the Flugel ed., p. 218 of the edition, Cairo, 1348/1929--30. The work is also quoted by Ibn Abi Usaybi'ah, `Uyun al-anba', I, 181, 1. 22, exactly as Ibn Khaldun quotes it. There can be little doubt that this is the work referred to here. Like Ibn Hamdun's Tadhkirah, it may have contained a large selection of interesting topics. A MS appears to be preserved in Paris, MS. Ar. 3527; cf. GAL, Suppl.,1, 599. It can be expected to solve the problem. Ibn Khaldun certainly did not quote the work directly, but the exact source on which he drew cannot be named.

The list that follows is well known from a number of works. A compre­hensive study of it was made by A. von Kremer, Kulturgeschichte des orients (Vienna, 1875), 1, 263 ff; cf., in particular, I, 356-59. Related material may be found also in Ibn Hamdun, Tadhkirah, in the Topkapusaray MS. Ahmet III, 2948, Vol. XII, fols. 186 ff., as part of Ch. XLIX, which deals with history. The oldest and closest available parallel to Ibn Khaldun's text is found in al-Jahshiyari, Wuzara', ed. H. von Mzik (Bibliothek arabischer Historiker and Geographen, No. 1) (Leipzig, 1926),fols. 179a-182b.

Von Kremer proved that the list does not date from the time of al-Ma'mun but reflects a situation that existed ca. 785/86. The introductory remarks accompanying the list in al-Jahshiyari show that although it was finally written down under al-Ma'mun or later, its material goes back to the time of ar-Rashid or somewhat earlier.

The variants found in al-Jahshiyari are noted here only so far as they concern Ibn Khaldun's text. Additional data, as found in some places in al­Jahshiyari, are, as a rule, not indicated. In general, the few footnotes appended here are, of course, not meant to constitute a commentary on the text.

Cf. also R. Levy, The Sociology of Islam (London, 1931-33), I, 343-47, and B. Spuler, Iran in fruh-islamischer Zeit (Wiesbaden, 1952), pp. 467 ff.


Posted via email from ahmadie thaha

Share:

5 komentar:

abduh z.a mengatakan...

mohon maaf, judulnya sangat tdk elok. terkesan tendensius n provokatif. akan lebih santun n terhormat, jika antm menyebutkan satu buku itu saja. tak perlu mengatakan "buku-buku terjemahan", karena buku2 terjemahan yg diterbitkan pustaka al-kautsar sangat banyak, sekitar 600-an judul. jika ada kesalahan dlm suatu buku terjemahan, itu hal yg wajar. penerbit mana yg buku terjemahannya zero kesalahan, TIDAK ADA. bahkan mungkin buku yg antum terjemahkan sekalipun.

sederhana saja, saya minta contoh tiga kesalahan FATAL lagi dari buku tsb, n tiga buku pustaka al-kaustar lain yg ada kesalahannya. meski pasti ada, tp antm perlu membuktikannya.

terima kasih.
abduh z.a
pemred pustaka al-kautsar

M. Nurkholis Ridwan mengatakan...

Salam.

Ramadhan karim.

Sebenarnya saya tidak begitu tertarik mengomentari artikel yang tendensius seperti ini dari seorang senior yang saya hormati, mas ahmadie thaha. Pertama, sebenarnya, hal ini bisa disampaikan langsung untuk dapat segera diperbaiki. Karena tentu Pustaka Al-Kautsar akan sangat senang jika mendapat masukan dan perbaikan. Seperti yang telah disampaikan oleh rekan saya, Ustadz Abduh,tidak ada buku yang zero kesalahan.

Kedua, saya sudah pernah berkomentar di facebook, ketika mas ahmadie menulis komentarnya. Sayangnya, beliau menghapus komentar saya. Saya berbaik sangka, bahwa beliau barangkali tidak sengaja. Namun jika sengaja, tentu dari sudut pandang jurnalisme maupun obyektivitas ilmiah, hal itu tidak bijak. Saya berharap, komentar saya ini pun tidak dihapus oleh Mas Ahmadie.

Ketiga, Pustaka Al-Kautsar, alhamdulillah, telah lebih dari 20 puluh tahun, berkiprah di dunia perbukuan nasional. Apakah semua upaya itu diberangus oleh "kemungkinan kekeliruan" yang terdapat dalam satu buku. Apalagi jika buku itu, kategori buku referensi, yang setiap orang yang paham bahasa Arab, akan berusaha maksimal & tak ada yang mengklaim bahwa dirinya bisa paling benar dan sempurna dalam menerjemahkan Mukaddimah Ibnu Khaldun.

Saya berkomentar seperti ini karena mendapat pertanyaan dari seorang kawan via fesbuk setelah membaca tulisan Mas Ahmadie.

Over all, terima kasih atas koreksian dan masukannya. Semua pihak, siapa saja, akan kami berikan respek yang sama atas saran, kritik, dan masukannya, insya Allah.

Salam hormat
M. Nurkholis Ridwan
GM Pustaka Al-Kautsar

Unknown mengatakan...

yg ngga setuju trmsk kaum salafi wahabi...

Anonim mengatakan...

Tolak gerakan arabisasi di bumi Indonesia. Karena salafi wahabi tak akan mendapatkan apapun dari masyarakat pribumi, tak juga surga-tak juga neraka.

Wong Edan mengatakan...

Saya mengoleksi beberapa Buku-Buku Terbitan Penerbit "Salafy (kata orang-orang)". Saya juga penerjemah tersumpah Inggris-Indonesia. Menurut Saya kalau ada kesalahan dalam Penerjemah memang harus diberitahukan, bukan dihujat, dicaci maki, karena menerjemah bukanlah pekerjaan yang gampang dan tidak ada penerjemah di dunia ini yang menerjemahkan persis seperti bahasa asalnnya, apalagi tanpa kesalahan. Kesalahan menerjemahkan satu kata atau paragrap bukan berarti salah keseluruhan, apalagi mencap salah semua buku yg diterbitkan oleh penerbit yang sama. sekali lagi saya bukan "Salafy" ataupun yang lainnya, Saya hanya pencinta Allah dan Rasul dan mengoleksi buku-buku untuk sumber Ilmu.

Wass.
Sutan Amri